Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Reborn

Pernah Aku merasa ditinggalkan Hingga penaku tak lagi tajam Sajak-sajak ku tumpul Puisi yang kuciptakan tidak lagi bernada Lumpuh oleh keadaan Setelah kepergian gelap Cahaya tidak lagi berarti Kini dalam redup Cahaya memiliki arti Kembali penaku bernas Tulisanku menbali mengaum Siap menerkam mereka yang arogan Mengaku berkilau padahal semua bermodal dusta Mengaku berkuasa nyatanya membeli tahta Mengaku berwibawa tapi mempermainkan kaum hawa Aku telah kembali Membawa setumpuk kenangan Juga harapan tentang asa dan angan Mengisi tintaku dengan ilmu,petisi dan intuisi

Menepi

Aku butuh menepi sejenak Dari riak mimpi yang berserak Aku ingin sejenak berhenti Merenungi hari-hari sepi yang mulai ramai Menyeduh teh, bersandar dibahumu Lalu terlelap melupakan penat yang membuat jemu Aku butuh menghela nafas panjang Membiarkan hawa panas dalam pikiranku menguap Aku butuh berteduh di dadamu yang lapang Merasakan buaian hingga terlelap Tak usah ada kata-kata Cukuplah kita memandang horizon jauh Sambil mendengarkan burung-burung yang menyanyi Biarkan tatapan matamu saja yang membentuk sajak Di antara aroma pagi yang menyeruak mesra Membuat cinta selalu utuh Karena kadang hidup membuat segala berjarak Agar aku dapat kembali melanjutkan mimpi

Lelaki Laut

Lelaki Laut Semakin aku menyelam kedasar semakin aku takjub Ketemukan warna yang mengalihkanku pada pelangi Dan membuatku sadar, kenapa  aku ditakdirkan disisimu Lelaki Lautku, Aku tak menyangka bahwa kau dapat bersabar dalam kekekaranmu Aku sekaligus terpesona dalam kesabaramu tersimpan ketegasan Aku Jatuh cinta Untuk kesekian kalinya Padamu

Aku Merindukanmu

Aku merindukanmu Tapi tak tahu harus bagaimana ku katakan Oh bukan Aku tak ingin mengatakannya Aku takut rindu itu semakin menjadi Karena untuk waktu dekat ini Pertemuan itu masih samar Aku takut ungkapan rindu Akan membuat mata kita akan banjir Air mata Hati kita akan semakin pilu Tanpa bisa berbuat apa-apa Maka disini a ku menghitung hari Kapan aku dapat memandang wajahmu Kapan aku bisa Meredam lukamu Kapan aku mampu Memberi bahagia dalam hatimu Dengan sebuah perjumpaan Aku merindukanmu Sangat Semoga doa-doa terkabul untukmu Saat rindu menjerit-jerit Saat bayangmu terus berada dalam benakku Aku mencintaimu, selalu Ummiku Saat rindu menusuk, aku hanya bisa mengatakannya lewat puisi

Aku Memilih Bersabar

Aku bosan, harus menunggu dan bersabar. Aku kesal, menunggu benalu yang membuatku muak untuk bertemu Aku muak bersabar dengan ketidakbebasanku Aku ingin mengusir benalu Sayangnya, rumah ini belum milikku seutuhnya Aku harus sedikit bersabar Aku menghanguskan semua bakatku Terkurung di dalam rumah yang bukan milikku Di mana aku harus memulai? Aku harus memulai sesuatu hal yang baru Memulai petualanganku Aku tidak bisa hanya diam Aku harus bergerak Melupakan benalu Dan memulai aktivitasku Menganggap benalu tidak pernah ada Sampai dia minggat Sayangnya benalu ini tidak punya rasa malu

Melepaskan

Berhenti beberapa saat, bukan berarti menyerah. Ada saatnya kita melepaskan sesuatu. Saat kita merasa tidak nyaman. Ada baiknya kita pergi, untuk berkontemplasi. Mencoba mengintropeksi kesalahan. Lalu mengasah keteramlilan agar lebih tangguh. Agar kita mampu menahan ketika terlibas. Dunia begitu luas Pergilah ke tempat kau merasa nyaman Lalui hari-harimu dengan bahagia Isi dengan hal yang menyenangkanmu Lepaskan Terima Melangkah Bahagia Buol, 6 Desember 2019 Aku masih saja naif, aku masih saja polos