Aku.
Tak pernah lagi mengusir rindu
Menghirup nafas, membiarkn rindu menelusup ke dada
Menikmatinya diam-diam
Sambil mengigat-Nya
Dan masih ada ingatan yang menjaring wajahmu
Di antara desah nafas
Aku tak perlu mengusir rindu
Biarkan dia menjelajah
Di tempat yang semestinya
Sungguh tak perlu mengusirnya
Bisa-bisa dia berubah ganas menjadi badai
Bukankah rindu telah kau takar
Agar angin yang mengingatkanmu pada-Nya
Betapa indah segala cipta-Nya
Biar rindu menjadi angin sepoi
Yang akan menawarkan sejuk di hati
Saat melihat ideologi terinjak-injak.
Bagi kami sekeluarga berobat ke dokter dan dirawat inap di rumah sakit adalah pilihan terakhir. Ibu saya pernah mengalami trauma pasca kematian adik saya. Usianya baru tiga bulan saat itu, Amal, nama almarhum demam tinggi dan sangat rewel, situasi yang tidak biasa karena biasanya Almarhum adalah bayi yang tidak rewel. Saat itu, Ibu akhirnya memutuskan untuk membawa adik saya ke rumah sakit, setelah dirawat inap tiga hari. Amal meninggal. Saya lupa apa penyebab kematiannya, usia saya saat itu masih tiga tahun, tapi konon saat itu adik saya mengalami mal praktek. Selepas kejadian tersebut, Ibu akhirnya sangat trauma. Bahkan saat saya sakit tipes, hampir satu bulan lamanya saya bedrest di rumah, ibu tidak ingin saya dirawat di rumah sakit. Mungkin kasus tentang adik saya tersebut hanya satu di antara ratusan kasus yang terjadi, sebagian diketahui oleh publik sebagian lagi hanya menjadi cerita yang tidak tersampaikan. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu fa...
Komentar