Langsung ke konten utama

Merapal Dosa

Pernah aku ingin berhenti berbicara
Saat menyadari mulutku memuntahkan peluru
Sungguh sulit mengalahkan malaikat
Apa lagi membuat bidadari cemburu
Di antara Iman yang masih terengah-engah
Lalu aku berharap saat itu diam saja

Lafal maaf tak terhingga pada lisan
Akan kah menebus dosa agar dapat kembali pada Rabb
Air mata tak terbendung cukupkah menjadi pembasuh noda-noda yang bersemayam di hati untuk bertemu dengan Rasulullah

Lalu tentang laku yang tak seharusnya
Juga hati yang terkadang lepas kendali

Kembalilah pada-Nya
Ke mana lagi kulabuhkan maaf
Di mana lagi kuakui khilaf

Pantaskah aku di sini
Di tengah-tengah cahaya
Saat mungkin aku menjadi penyebab padamnya cahaya di hatimu
Oh.. Sungguh...

Maka aku kembali bercermin
Sunguh malu hati ini
Bahwa cinta-Mu masih kau tebar
Di seluruh penjuru jiwaku

Aku masih akan tetap menengadah pada-Mu
Akan selalu begitu,

Menahan lisan
Menahan laku
Menahan sikap
Saat akal dan ilmu bersepakat
Untuk menghakimi

Komentar

Andi Asrawaty mengatakan…
Pembaca yang baik hati, setidaknya tinggalkanlah jejak bahwa kau pernah membaca, sebuah komentar berisi saran mungkin, tanda smile, atau cukup mencontreng puisi in menarik, lucu, atau apa sajalah.. :)
Unknown mengatakan…
Kekauan akan ada dalam sikap, karena manusia penuh batas dalam gerak, hanya lafas pada kata yang mesti diukur agar terukur, namun manusia bijak akan meninggalkan jejak nilai pada tiap kalimat-kalimatanya yang baik. komitmen Iatiqomah dalam Agamaku Islam, Alam semesta adalah Ayat yang merupakan petumjuk dalam melangkahnya kita menuju keaempurnaan sejati.

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari Palayanan Kesehatan Makassar, Menebar Inspirasi dan Manfaat Bersama Astra

Bagi kami sekeluarga berobat ke dokter dan dirawat inap di rumah sakit adalah pilihan terakhir. Ibu saya pernah mengalami trauma pasca kematian adik saya. Usianya baru tiga bulan saat itu, Amal, nama almarhum demam   tinggi dan sangat rewel, situasi   yang tidak biasa karena biasanya Almarhum adalah bayi yang tidak rewel. Saat itu, Ibu akhirnya memutuskan untuk membawa adik saya ke rumah sakit, setelah dirawat inap tiga hari. Amal meninggal. Saya lupa apa penyebab kematiannya, usia saya saat itu masih tiga tahun, tapi konon saat itu adik saya mengalami mal praktek. Selepas kejadian tersebut, Ibu akhirnya sangat trauma. Bahkan saat saya sakit tipes, hampir satu bulan lamanya saya bedrest di rumah, ibu tidak ingin saya dirawat di rumah sakit.  Mungkin kasus tentang adik saya tersebut hanya satu di antara ratusan kasus yang terjadi, sebagian diketahui oleh publik sebagian lagi hanya menjadi cerita yang tidak tersampaikan. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu fa...

Alasanku Meninggalkanmu Saat Itu...

Dulu pas awal2 nikah, sy juga suka nonton GGS  (Ganteng-ganteng Serigala) 😁, sekitaran tahun 2015, suka nonton sama suami... N ngefans sama si Prilly ini, di situ actingnya lebay, tapi suka sekali... Ternyata memang krn dia sekeren ini, dengan berbagai prestasinya... Di full podcastnya Domani Siblings juga akhirnya tau kenapa dia sesakit itu sama si lawan mainnya waktu. Oia ini link full podcastnya Domani yang ngewawancara Prilly sampai akhirnya Prilly buka-bukaan: https://youtu.be/bj4WVd2I_vM?si=qrmvB3l_7I-kcSUh Dan sempat heran aja, kenapa dia segitu ngak maunya disangkut pautkan dengan si lawan mainnya. Dan sangat ingin membuktikan bahwa dia juga bisa acting dan jadi terkenal karena bakatnya sendiri, atas kerja keras berdiri di atas kaki sendiri, tentunya dengan doa dan dukungan orang-orang terdekatnya... Ternyata oh ternyata, bukan aja tak dianggap tapi sempat di block kariernya... Sedih banget ngak sih... Yah.. Hal yang paling menyakitkan bagi perempuan adalah tidak diangg...

Aku yang Tersesat Di Bawah Ribuan Bintang

Aku tak lagi sama Bumi berputar dengan cepat Bocah-bocah yang dulu berlarian saat dikampung Sekarang sudah menjelma menjadi Ibu dan Bapak Aku tak lagi padai menyulam kata Kata-kata indah dari sanubariku tetiba ludes Oleh dinamika kehidupan  Aku berada di bawah puisi bintang-bintang Namun, Tak tahu lagi kubaca puisi dari rasi bintang tidak kulihat lagi jalan pulang Dulu, aku dapat mendengar suara angin Berbuai, bahkan berkirim dan menitipkan pesan padanya Kini, angin hanya menghembuskan hawa panas yang ketus Aku masih di bawah bintang-bintang Berharap menemukan bintang jatuh Untuk mengabulkan permintaanku Aku ingin kembali ke masa dimana  Aku dapat membaca Kemana arah bintang yang membawaku pulang