Kita
benar-benar gadis aneh. Bukankah begitu? Ingatkah kau bahwa kita berdua
hampir tidak pernah selfie jika bertemu. Hei, kita hidup di jaman mana?
Sesekali jika bertemu kita harus berselfie ria biar membuktikan
keberadaan bahwa kita hidup di jaman ini. Haha, oh yah tapi sebenarnya
bukan denganmu saja, dengan beberapa orang yang lain pun kita begitu
jarang berselfie ria.
Oh yah, denganmu, aku ingat sepanjang kebersamaan kita kira-kira empat tahun, hanya satu kali kita berselfie ria dan "gila-gilaan" sampai akhirnya kita terpisah oleh jarak.

Kita,
lebih banyak menghabiskan waktu bersama, berdiskusi. Baru-baru ini kau
menambahkan istilah "mikir cantik". Kita tengah memikirkan generasi,
politik, masa depan, cinta, mengecharge iman, bercerita terntang sastra,
menghitung rintik hujan, mendengar bisikan angin, lalu menebak bentuk
awan. Lalu hal-hal yang lain. Dan selalunya, kita memilih untuk bertemu
di rumah.
Rasanya
tidak terpikirkan untuk keluar, bahkan sekadar mencari angin, atau
suasana baru. Kita lebih memilih untuk menyeduh teh di
rumah,beristirahat. Belakangan ini aktivitas kita terlalu sibuk, lalu
rumah akan menjadi tempat yang paling nyaman. Jika lapar bisa segera
langsung makan. Jika capek bisa segera berbaring. Jika waktu salat telah
tiba, tak usah capek-capek mencari tempat wudhu yang cocok agar aurat
kita tak terlihat saat membuka hijab.
Oh yah, pernahkah
aku bercerita padamu bahwa tahun ini rasanya tahun terberat dalam
hidupku. Tapi lupakan, yakin padaku seperti aku yakin padamu bahwa
seberat apapun cobaan yang datang, hal itu hanya akan menjadi seperti
saat kita menaiki roller coaster di titik tercepat saat ia menikung. Memang mengejutkan, tapi nantinya setelah melewatinya, akan ada kelegaan. Huff...
Dan,
kata-kata serta keteguhan hati bahwa kita masih berada ada jalannya
akan membuat hati kita sejuk, seperti daratan yang di atasnya telah
dipenuhi salju, sehingga seberapa cepat dan panasnya gesekan bola api
yang terus menggelinding semakin membesar, kita tak akan pernah goyah.
Yah, kata-kata kita berubah menjadi amunisi yang dapat meluluhlantakkan kejenuhan yang bertumpuk.
Imam
Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari jalan Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Islam datang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali
menjadi asing sebagaimana kedatangannya. Maka beruntunglah orang-orang
yang asing itu.” (HR. Muslim [145] dalam Kitab al-Iman.Syarh Muslim, 1/234)
Makassar, 7 Aril 2015
Saat terkapar di antara tumukan jurnal
Komentar