Langsung ke konten utama

Gadis Anti-Mainstream

Kita benar-benar gadis aneh. Bukankah begitu? Ingatkah kau bahwa kita berdua hampir tidak pernah selfie jika bertemu. Hei, kita hidup di jaman mana? Sesekali jika bertemu kita harus berselfie ria biar membuktikan keberadaan bahwa kita hidup di jaman ini. Haha, oh yah tapi sebenarnya bukan denganmu saja, dengan beberapa orang yang lain pun kita begitu jarang berselfie ria.

Oh yah, denganmu, aku ingat sepanjang kebersamaan kita kira-kira empat tahun, hanya satu kali kita berselfie ria dan "gila-gilaan" sampai akhirnya kita terpisah oleh jarak.
Yah, kita memang gadis yang seperti pada umumnya. Saya bahasakan saja begini biar keren, gadis anti-mainstream biar tidak ada yang menjuluki kita lebih dulu gadis "out of date". Tapi whatever, kita adalah kita, dan bukan berarti ketika moment kebersamaan kita tidak sempat terjepret kamera lalu kemudian sirna begitu saja. Dia akan menjadi kenangan yang tersimpan, tak akan pernah terhapus seperti memori hape, yang bisa terhapus atau hilang sewaktu-waktu. Dia akan mengabadi di hati kita. 
Kita, lebih banyak menghabiskan waktu bersama, berdiskusi. Baru-baru ini kau menambahkan istilah "mikir cantik". Kita tengah memikirkan generasi, politik, masa depan, cinta, mengecharge iman, bercerita terntang sastra, menghitung rintik hujan, mendengar bisikan angin, lalu menebak bentuk awan. Lalu hal-hal yang lain. Dan selalunya, kita memilih untuk bertemu di rumah. 
Rasanya tidak terpikirkan untuk keluar, bahkan sekadar mencari angin, atau suasana baru. Kita lebih memilih untuk menyeduh teh di rumah,beristirahat. Belakangan ini aktivitas kita terlalu sibuk, lalu rumah akan menjadi tempat yang paling nyaman. Jika lapar bisa segera langsung makan. Jika capek bisa segera berbaring. Jika waktu salat telah tiba, tak usah capek-capek mencari tempat wudhu yang cocok agar aurat kita tak terlihat saat membuka hijab.
Oh yah, pernahkah aku bercerita padamu bahwa tahun ini rasanya tahun terberat dalam hidupku. Tapi lupakan, yakin padaku seperti aku yakin padamu bahwa seberat apapun cobaan yang datang, hal itu hanya akan menjadi seperti saat kita menaiki roller coaster di titik tercepat saat ia menikung. Memang mengejutkan, tapi nantinya setelah melewatinya, akan ada kelegaan. Huff...

Dan, kata-kata serta keteguhan hati bahwa kita masih berada ada jalannya akan membuat hati kita sejuk, seperti daratan yang di atasnya telah dipenuhi salju, sehingga seberapa cepat dan panasnya gesekan bola  api yang terus menggelinding semakin membesar, kita tak akan pernah goyah. 

Yah, kata-kata kita berubah menjadi amunisi yang dapat meluluhlantakkan kejenuhan yang bertumpuk.

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam datang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi asing sebagaimana kedatangannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim [145] dalam Kitab al-Iman.Syarh Muslim, 1/234)

Makassar, 7 Aril 2015
Saat terkapar di antara tumukan jurnal

Komentar

Unknown mengatakan…
seorang gadis tidak perlu selu selfi atau apalah itu namanya,,,,seorang gadis yang sempuna tdak bisa dilihat oleh orang lain tapi dirasakan didalam hati yang tulus....

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari Palayanan Kesehatan Makassar, Menebar Inspirasi dan Manfaat Bersama Astra

Bagi kami sekeluarga berobat ke dokter dan dirawat inap di rumah sakit adalah pilihan terakhir. Ibu saya pernah mengalami trauma pasca kematian adik saya. Usianya baru tiga bulan saat itu, Amal, nama almarhum demam   tinggi dan sangat rewel, situasi   yang tidak biasa karena biasanya Almarhum adalah bayi yang tidak rewel. Saat itu, Ibu akhirnya memutuskan untuk membawa adik saya ke rumah sakit, setelah dirawat inap tiga hari. Amal meninggal. Saya lupa apa penyebab kematiannya, usia saya saat itu masih tiga tahun, tapi konon saat itu adik saya mengalami mal praktek. Selepas kejadian tersebut, Ibu akhirnya sangat trauma. Bahkan saat saya sakit tipes, hampir satu bulan lamanya saya bedrest di rumah, ibu tidak ingin saya dirawat di rumah sakit.  Mungkin kasus tentang adik saya tersebut hanya satu di antara ratusan kasus yang terjadi, sebagian diketahui oleh publik sebagian lagi hanya menjadi cerita yang tidak tersampaikan. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu fa...

Alasanku Meninggalkanmu Saat Itu...

Dulu pas awal2 nikah, sy juga suka nonton GGS  (Ganteng-ganteng Serigala) 😁, sekitaran tahun 2015, suka nonton sama suami... N ngefans sama si Prilly ini, di situ actingnya lebay, tapi suka sekali... Ternyata memang krn dia sekeren ini, dengan berbagai prestasinya... Di full podcastnya Domani Siblings juga akhirnya tau kenapa dia sesakit itu sama si lawan mainnya waktu. Oia ini link full podcastnya Domani yang ngewawancara Prilly sampai akhirnya Prilly buka-bukaan: https://youtu.be/bj4WVd2I_vM?si=qrmvB3l_7I-kcSUh Dan sempat heran aja, kenapa dia segitu ngak maunya disangkut pautkan dengan si lawan mainnya. Dan sangat ingin membuktikan bahwa dia juga bisa acting dan jadi terkenal karena bakatnya sendiri, atas kerja keras berdiri di atas kaki sendiri, tentunya dengan doa dan dukungan orang-orang terdekatnya... Ternyata oh ternyata, bukan aja tak dianggap tapi sempat di block kariernya... Sedih banget ngak sih... Yah.. Hal yang paling menyakitkan bagi perempuan adalah tidak diangg...

Aku yang Tersesat Di Bawah Ribuan Bintang

Aku tak lagi sama Bumi berputar dengan cepat Bocah-bocah yang dulu berlarian saat dikampung Sekarang sudah menjelma menjadi Ibu dan Bapak Aku tak lagi padai menyulam kata Kata-kata indah dari sanubariku tetiba ludes Oleh dinamika kehidupan  Aku berada di bawah puisi bintang-bintang Namun, Tak tahu lagi kubaca puisi dari rasi bintang tidak kulihat lagi jalan pulang Dulu, aku dapat mendengar suara angin Berbuai, bahkan berkirim dan menitipkan pesan padanya Kini, angin hanya menghembuskan hawa panas yang ketus Aku masih di bawah bintang-bintang Berharap menemukan bintang jatuh Untuk mengabulkan permintaanku Aku ingin kembali ke masa dimana  Aku dapat membaca Kemana arah bintang yang membawaku pulang