Kelopak mata bak menanggung berkilo-kilo beban
Kepala serasa ditumbuhi serabut yang menyerang saraf-saraf
Entah ini sudah yang keberapa, terus menguap
Tapi ada yang terus terbang merayap
Menatap wajah-wajah, silih berganti
Mengatur rencana-rencana, yang masih absurb
Menganalisa kabar-kabar yang menggilas
Juga menanangkap kenangan-kenangan yang masih terperangkap
Menjeritkan hal-hal yang ingin diubah
Membaca peristiwa-peristiwa yang kapan berakhir
Mencoba menebak-nebak cara bergerak seperti para penjejak sejarah yang tangguh
Dan kita terus terjaga
Untuk melawan hal yang mengungkung
Bagi kami sekeluarga berobat ke dokter dan dirawat inap di rumah sakit adalah pilihan terakhir. Ibu saya pernah mengalami trauma pasca kematian adik saya. Usianya baru tiga bulan saat itu, Amal, nama almarhum demam tinggi dan sangat rewel, situasi yang tidak biasa karena biasanya Almarhum adalah bayi yang tidak rewel. Saat itu, Ibu akhirnya memutuskan untuk membawa adik saya ke rumah sakit, setelah dirawat inap tiga hari. Amal meninggal. Saya lupa apa penyebab kematiannya, usia saya saat itu masih tiga tahun, tapi konon saat itu adik saya mengalami mal praktek. Selepas kejadian tersebut, Ibu akhirnya sangat trauma. Bahkan saat saya sakit tipes, hampir satu bulan lamanya saya bedrest di rumah, ibu tidak ingin saya dirawat di rumah sakit. Mungkin kasus tentang adik saya tersebut hanya satu di antara ratusan kasus yang terjadi, sebagian diketahui oleh publik sebagian lagi hanya menjadi cerita yang tidak tersampaikan. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu fa...
Komentar