Langsung ke konten utama

Aliran Rasa : Melalui Babak Main 1

Akhirnya babak main satu di sambut semai kampung komunitas, Ibu profesional sebentar lagi usai. Rasanya nano nano sih, namun tentu saja rasa senang mendominasi. 

Dapat mengerjakan tugas di sela-sela tugas domestik dan publik merupakan hal yang menantang. Kita bisa saja punya sejuta alasan untuk tidak mengerjakan. Tapi, hanya butuh satu alasan untuk mengerjakan. Dan saya memilih menjadi Ibu Bahagia dengan mengerjakan tugas ini dengan bahagia pula.
Tugas yang dikerjakan di babak main 1 ini adalah tentang potensi diri. Dan tugas ini sungguh sangat membantu saya untuk kenbali mengenali siapa sih saya sesungguhnya, apa potensi saya, juga apa kekurangan saya.

Yah, musuh terbesar terkadang berasal dari dalam diri. Jadi, sangat penting untuk mengenal diri kita. Mengetahui hal-hal apa yang membuat kita bersemangat dan berbinar, yah, menggali lebih dalam passion dalam diri kita.

Ada lagi yang menarik di babak main 1 ini adalah gelanggang inspirasi. Obrolan sederhana yang dapat membuat energi kembali terisi. Yunda Septi, mengingatkan jika kuta perlu mengontrol kebahagiaan, semangat dan energi.

Saya sadar, ternyata inilah yang selama ini salah pada diri saya. Saya terlalu bersemangat hingga kadang diakhir saya malah kecewa atau kehilangan semua energi saya.

Untuk tetap memiliki high energy kita harus bisa mengontrolnya, maka energi ini akan terus bertambah dan terus terjaga dalam melaksanakan semua tugas dan kewajiban kita.

Oia satu lagi, tugas-tugas baik di sektor domestik maupun publik merupakan satu kesatuan. Kita tidak perlu memisahkannya, kita harus mampu mengerjakan semuanya dengan bahagia. Salah satu caranya dengan menentukan prioritas. Namun, jika pun kita sanggup menjalankannya bersama. Maka jangan takut. Jalanilah dengan ceria.

#AliranRasa1
#BabakMain1Orientasi
#KampungMainKomunitas
#KomunitasIbuProfessional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar dari Palayanan Kesehatan Makassar, Menebar Inspirasi dan Manfaat Bersama Astra

Bagi kami sekeluarga berobat ke dokter dan dirawat inap di rumah sakit adalah pilihan terakhir. Ibu saya pernah mengalami trauma pasca kematian adik saya. Usianya baru tiga bulan saat itu, Amal, nama almarhum demam   tinggi dan sangat rewel, situasi   yang tidak biasa karena biasanya Almarhum adalah bayi yang tidak rewel. Saat itu, Ibu akhirnya memutuskan untuk membawa adik saya ke rumah sakit, setelah dirawat inap tiga hari. Amal meninggal. Saya lupa apa penyebab kematiannya, usia saya saat itu masih tiga tahun, tapi konon saat itu adik saya mengalami mal praktek. Selepas kejadian tersebut, Ibu akhirnya sangat trauma. Bahkan saat saya sakit tipes, hampir satu bulan lamanya saya bedrest di rumah, ibu tidak ingin saya dirawat di rumah sakit.  Mungkin kasus tentang adik saya tersebut hanya satu di antara ratusan kasus yang terjadi, sebagian diketahui oleh publik sebagian lagi hanya menjadi cerita yang tidak tersampaikan. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu fa...

Alasanku Meninggalkanmu Saat Itu...

Dulu pas awal2 nikah, sy juga suka nonton GGS  (Ganteng-ganteng Serigala) 😁, sekitaran tahun 2015, suka nonton sama suami... N ngefans sama si Prilly ini, di situ actingnya lebay, tapi suka sekali... Ternyata memang krn dia sekeren ini, dengan berbagai prestasinya... Di full podcastnya Domani Siblings juga akhirnya tau kenapa dia sesakit itu sama si lawan mainnya waktu. Oia ini link full podcastnya Domani yang ngewawancara Prilly sampai akhirnya Prilly buka-bukaan: https://youtu.be/bj4WVd2I_vM?si=qrmvB3l_7I-kcSUh Dan sempat heran aja, kenapa dia segitu ngak maunya disangkut pautkan dengan si lawan mainnya. Dan sangat ingin membuktikan bahwa dia juga bisa acting dan jadi terkenal karena bakatnya sendiri, atas kerja keras berdiri di atas kaki sendiri, tentunya dengan doa dan dukungan orang-orang terdekatnya... Ternyata oh ternyata, bukan aja tak dianggap tapi sempat di block kariernya... Sedih banget ngak sih... Yah.. Hal yang paling menyakitkan bagi perempuan adalah tidak diangg...

Aku yang Tersesat Di Bawah Ribuan Bintang

Aku tak lagi sama Bumi berputar dengan cepat Bocah-bocah yang dulu berlarian saat dikampung Sekarang sudah menjelma menjadi Ibu dan Bapak Aku tak lagi padai menyulam kata Kata-kata indah dari sanubariku tetiba ludes Oleh dinamika kehidupan  Aku berada di bawah puisi bintang-bintang Namun, Tak tahu lagi kubaca puisi dari rasi bintang tidak kulihat lagi jalan pulang Dulu, aku dapat mendengar suara angin Berbuai, bahkan berkirim dan menitipkan pesan padanya Kini, angin hanya menghembuskan hawa panas yang ketus Aku masih di bawah bintang-bintang Berharap menemukan bintang jatuh Untuk mengabulkan permintaanku Aku ingin kembali ke masa dimana  Aku dapat membaca Kemana arah bintang yang membawaku pulang