Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 22, 2010
Dua kali Januari,,, Februari,,, kuharap maret juga , lalu disusul april... dst yah aku ingat-ngat sekali hari itu hari di mana pertama kali tulisanku termuat di Fajar, Tulisan itu lahir pada malam dimana orang-orang saat itu sedang asyik mergumul di bawah cahaya rembulan yang hampir bulat penuh. tepat pada jam dua belas ribuan cahay melejit keangkasa. di tengah kesendirianku malam itu, aku tidak terasing. Aku ditemani oleh lahirnya puisiku. semburat raut kebahagiaan memenuhi jiwaku... Kemudian Februari, aku menulis sebuah resensi... Yah resensi... Dan lagi-lagi aku mujur, tulisan itu terbit. Senang, tapi sekaligus sedih, sedikit malu dan berbagai rasa yang entah apa. tapiku coba tutupi dengan rasa senang itu. hah,, sedih karena merasa kata-kataku begitu sederhana, sedih karena mengingat ketidakprofesionalanku, satu, aku masih memaklumi, tapi kemudian ketemukan dua, tiga, bahkan mngkin lima kata yang salah ketik. Aku merasa terkucilkan oleh tulisanku sendiri. keindahan tulisan bukanlah

Keunikan Sastra dalam Buku Aji Bello

Saat orang orang di ruang tunggu lebih asyik bersms dan menelpon ria daripada membaca Koran. Penumpang lebih memilih menghisap rokok ketimbang membaca kumpulan cerpen. Sudah sangat minim mahasiswa yang rajin membaca apalagi menulis. Begitu susah menemukan calon pegawai tamatan S1 yang mampu membuat proposal yang bagus atau rencana kerja yang baik. Benar apa kata Taufik Ismail generasi kita rabun baca, dan lumpuh menulis. Mereka juga seakan tidak peduli lagi dengan budayanya sendiri. Mereka lebih bangga dan sibuk berlomba-lomba mengikuti perkembangan budaya lain, jangan heran kalau suatu hari kita akan belajar budaya kita sendiri dari bangsa lain. Padahal bangsa yang hebat adalah bangsa yang berbudaya dan majunya suatu bangsa terletak pada majunya budaya membaca dan menulis. Apalah jadinya bangsa ini nanti? Inilah kegelisahan yang acap kali dirasakan segelintir anak muda di kampus merah atas fenomena di atas. Di tengah keterasingan media liteasi dimana membaca dan menulis bukan lagi