Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Kabar Angin

Aku mendengar kabar angin Yang berseliweran, tepat di atas kamarku Hati tak karuan Kepala berdenyut Gundah datang Aku berharap semua hanya kabar angin Tentang sibuk memasang-masangkan Takut tak kuasa berontak Lalu terbawa arus Lalu aku menghilang dibawa angin Jauh Aku masih deg-deg an Berharap semua hanya kabar angin Yang tidak benar-benar sampai Membawaku pergi Lagi, hanya berharap pada Sang Penguasa angin Semoga yang benar2 datang nantinya adalah yang terbaik

Merapal Dosa

Pernah aku ingin berhenti berbicara Saat menyadari mulutku memuntahkan peluru Sungguh sulit mengalahkan malaikat Apa lagi membuat bidadari cemburu Di antara Iman yang masih terengah-engah Lalu aku berharap saat itu diam saja Lafal maaf tak terhingga pada lisan Akan kah menebus dosa agar dapat kembali pada Rabb Air mata tak terbendung cukupkah menjadi pembasuh noda-noda yang bersemayam di hati untuk bertemu dengan Rasulullah Lalu tentang laku yang tak seharusnya Juga hati yang terkadang lepas kendali Kembalilah pada-Nya Ke mana lagi kulabuhkan maaf Di mana lagi kuakui khilaf Pantaskah aku di sini Di tengah-tengah cahaya Saat mungkin aku menjadi penyebab padamnya cahaya di hatimu Oh.. Sungguh... Maka aku kembali bercermin Sunguh malu hati ini Bahwa cinta-Mu masih kau tebar Di seluruh penjuru jiwaku Aku masih akan tetap menengadah pada-Mu Akan selalu begitu, Menahan lisan Menahan laku Menahan sikap Saat akal dan ilmu bersepakat Untuk menghakimi

Apa yang bisa kuhadiahkan selain kata-kata, Dik?

Aku seorang penulis (walaupun penulis blog) maka biarlah kurangkaikan kata-kata khusus di hari ini. Mungkin kau pikir aku melupakan hari ini. Hari di mana kau lahir ke dunia. Bagaimana bisa? Sedangkan saat itu aku menanti-nanti kehadiranmu di dunia. Oh, bukan aku saja, tapi kami tepatnya, Ummi, Etta, juga Dg Asrul, saat itu tentu saja Fila belum lahir. Kau pikir aku sudah melupakan hari ini, hari yang bertepatan dengan hari bumi, 22 April. Maka syukurlah, hari ini aku punya sedikit waktu untuk merangkai kata sebagai kado untukmu. Tahukah, saat itu hari minggu, seperti biasa, aku menemani Ummi jalan-jalan, perut Ummi sudah besar, saking besarnya, Ummi tidak bisa melihat kakinya sendiri. Saat itu usia Ummi tidak muda lagi seperti saat mengandung Dg Asrul yang hanya berbeda 4 tahun dariku, saat usia Ummi masih 20 tahunan, kria-kira ummi mengandung dg Asrul usia 25 dan mengandungku saat usia 29. Saat mengandungmu diperutnya, Ummi sudah berusia 40 tahun. Usia yang cukup rentan un

Kutukan

Hah... Sekelumit kata itu sungguh serupa kutukan Yang menembus dadaku Membuatku uring- uringan sepanjang jam Kutukan Yang tak akan pernah kulupa Aku kasihan padamu Pada moncong yang begitu mudah menyerapah lalu menyejarah Yang selalu kau asah dengan darah Lalu pada korban2 yang jatuh tak lagi pernah bangkit Akh, sungguh aku tak pernah tega Aku berdoa agar kau panjang umur Saat kau bisa melihat Kutukanmu tidak berlaku padaku Suatu hari aku akan datang lagi Melenyapkan kutukan dari titahmu

Subuah Pengakuan

Maaf aku pergi Kau tak lagi membutuhkanku di sini Aku bahagia melihatmu telah berevolusi Walaupun tak pernah kutahu dengan jelas Katamu tak semua yang tampak sperti yg kukira Maka, aku berikan kalimat yang sama Kita masing saling berjalan menuju puncak Dengan posisi yang berbeda Aku memilih pergi Pernah aku nyatakan bahwa aku mempercayaimu Tapi bagaimana mungkin jika kau tidak mencoba mempercayai dirimu sendiri Entahlah, apakah itu artinya kepercayaanku tak penting bagimu Tapi sudahlah, saatnya aku pergi Aku bahagia, melihatmu telah berdiri di tempat yang sama Aku hanya yakin, bahwa sebaik-baik penjaga hanyalah Allah Aku, tak pernah takut meninggalkanmu Pun semua yang terjadi padamu Tak ada hubungannya denganku Aku, bukan siapa-siapa Aku yakin, ketika Allah telah memberikan hidayah maka siapapun tak akan kuasa mencabutnya, pun dirimu sendiri Kini aku pergi Menitipkan segenggam asa padamu, bolehkah? Bukan untukku Suatu hari jika takdir mempertemukan kita kembali