Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Endeavor...

Aku ingin.... menatap penuh persahabatan tersenyum dengan sepenuh hati Melakukannya dengan ketulusan Mengajak tanpa memaksa Mengucapkan tanpa menyinggung Mencontohkan tanpa menggurui Membenarkan tanpa menghakimi Mengoreksi tanpa menghukumi Menjelaskan dengan nalar, faktual, logis dan tentunya dengan hati...

Jejak kata untuk anakku kelak, . .

Nak, jikalau suatu hari engkau menemukan tulisan ini pasti akan ada tanya yang mendera hatimu, karena di setiap sudut tulisan akan kau temukan sebuah nuansa berbeda Mungkin kau akan berpikir badai apa yang telah terjadi di hatiku saat kau mendapati tulisan dengan nuansa sedih, Lalu kau ingin ingin mencakar orang-orang yang telah mengacaukan hatiku, Ketika kau pindah pada tulisan yang membuatmu seakan-akan melihat rona di pipiku, kau juga akan membayangkan apa yang baru saja kualami, dan ingin terbang ke masa itu bukan Setelah itu kau akan berpikir siapa kau, dia, mereka, sayang, yang dimaksudkan oleh ku saat menulis kata-kata itu Tentu kau ingin berjumpa dengan mereka? Kau pasti akan sibuk merangkai suatu tulisan demi tulisan yang lain untuk mengetahui apa sesungguhnya yang terjadi pada ibumu Tidak usah bingung nak yah nak, baca saja, aku ingin kau menjadikan kata-kata adalah sahabatmu yang paling dekat.... Sungguh aku Ingin menjadi ibu suatu saat nanti ...

Menulis: Budaya Imajiner Vs Budaya Terputus

Menulis esensinya adalah membangun, merangkai dan melestarikan sejarah. Sejarah apa? Sejarah ilmu pengetahuan, budaya dan seni. Mungkin sebagai orang yang bisa dikatakan baru dalam dunia kepenulisan, terlalu lancang untuk menulis statement tersebut, tetapi kembali pada hak kebebasan. Siapapun bebas mengemukakan pendapat, dan tak seorang pun yang dapat mengintervensinya. Dengan menulis kita kemudian membangun, merangkai, serta mensinergikan ilmu-ilmu yang sudah ada untuk menemukan sebuah gagasan atau inovasi baru dalam sebuah dunia ide secara tertulis. Dengan menulis pun kita dapat melestarikan sejarah dengan kata yang lebih hidup dan berwarna. Menulis, sebuah hal yang menurut banyak orang bukan pekerjaan mudah, dan benar menulis bukanlah pekerjaan mudah. Menulis adalah sebuah budaya yang sangat bernilai. Kemajuan dan moderanitas suatu bangsa dapat ditakar melalui dunia ide yang diunkapkan secara tertulis. Lalu bagaimana dengan budaya menulis saat ini di Indonesia? Jawabannya dapat

Isapan Darah

Orang-orang dengan peggalan kepala di tangan sebelah kirinya Pisau yang masih berlumuran darah di sebelah kanannya Tapi mereka berjalan tetap dengan perkasa berkeliaran terus mencari mangsa Dengan bebas Tanpa terjerat tembok Tidak ada yang bisa menghentikannya sementara orang-orang malah ikut tertawa menjilati kaki-kakinya saat dari mulutnya terlempar recehan-recehan emas emas yang terbuat dari darah yang dihisap melalui semua lubang Mereka yang terbunuh adalah mereka yang melawan suara-suara lantang peneriak pembunuh tertelan oleh hiruk-pikuk dunia malam siapa yang bisa mendengarnya? Ada yang melihatnya? banyak, tapi tak ada yang mencium amis darahnya. Indra mereka tersumbat batangan-batangan emas Tidak ada lagi Yang mendengar adalah sepersekian persen dari persen yang di persenkan mereka yang dari telinga, hidung, mulut, mata, yang mengeluarkan darah tiada henti

kau dan aku awan dan ombak...

Bila kulihat awan di birunya langit Berarak searah tiupan angin pagi Hatiku selalu bertanya Kemanakah mereka lalu pergi nanti Kala kupandang ombak di birunya langit Berkejar-kejaran tak henti s’panjang waktu Apakah yang mereka cari Sesampainya di tepi pantai pasir Begitu adanya diriku dan dirimu Seiring bersama memadu kisah kasih Selalu ada saja tanya Akankah semua kan berakhir indah Kau bagai awan yang berarak di langit biru Ku bagai ombak berkejaran di lautan Yang seolah dapat berpadu Di cakrawala senja Kita begitu berbeda sayang... Aku Ombak dan kau laut... Tidak pernah mungkin bersatu..... Tapi cukuplah aku selalu melihatmu dari sini... Aku tahu kau selalu menjagaku dari sana... Sampai akhirnya kita akan tiba pada peraduan setelah penantian itu... Info : http://musiklib.org/Agnes_Monica-Awan_Dan_Ombak_(_Feat_Yana_Yulio_)-Lirik_Lagu.htm

Biarkan Aku Menangis...

Aku ingin menangis saat ini saja Biarkan aku menangis kali ini saja Biarkan tetesan bening diantara kelopak mataku jatuh Seperti hujan yang tak kunjung berhenti hari ini Seakan turut menemaniku menangis Menangis bukan larangan kan Menangis bukan dosa kan Maka biarkan aku menangis saat ini Untuk berbagi pada air mata yang tidak akan pernah menertawaiku menangis bukan karena cengeng menangis bukan simbol kelemahan menangis bukan ungkapan kekalahan aku hanya ingin menangis menumpahkan segala tekanan mencoba merontokkan luka karena dengan menangis sebuah ketegaran datang dalam lemahku karena disaat aku menangis sebuah perlawanan tercipta dalam rapuhku karena jika aku menangis sebuah senyum akan terangkai dalam bibirku seperti hangatnya mentari yang akan menggantikan hujan seperti indahnya pelangi yang akan menemani gerimis

Mungkin,,,

Mungkin ini jawaban atas kesetiaan-kesetian itu Mungkin juga ini balasan dari keikhlasan-keikhlasan itu atau mungkin ini hadiah dari pengorbanan-pengorbanan itu untuk waktu-waktu yang telah berlalu untuk kebahagiaan yang selalu di jadikan ada untuk setiap sakit yang sengaja di sembunyikan atau mungkin saja ini hanya prasangka yang berlebih tabi benar, mana ada aksi kalau tiada reaksi sudahlah, syukuri semuanya bukankah telah beribu nikmat telah kita dekap bahkan pedih yang juga merupakan nikmat yang akan mampu menempah kita untuk bertahan dan berjuang Ya Allah, jika ini nikmat maka sungguh sejuta terima kasih untukmu dan jika ini sebuah ujian maka jangan sampai kau membuat kami silau dengan semuanya Ya Allah, sungguh tak ada tempat yang dapat kami tuju selain padamu Jikalau suatu hari niat ini melenceng maka luruskanlah ia... Ya Allah, semoga ini adalah langkah awal untuk kesempatan-kesempatan indah lain yang telah kau tulis di Lauz Mafhus
Mungkin kau salah satu alasan aku berada di sini Tapi tak sepenuhnya sayang, Jalanku lah yang telah membimbingku untuk berada di sini Bukan karena siapa siapa tidak juga kau ataupun aku Dia lah yang kemudian mempertemukan kita Membuat doa-doa kita berpilin Memperlihatkan tujuan kita yang satu arah Aku mau kau tahu sayang, telah lama sebenarnya aku mengadakan pencarian jalan ini lama sebelum kau mengenalku jauh sebelum kita bertemu sampai akhirnya kau mengarahkan tanganmu padaku Telah banyak hari yang telah kita lalui yah sudah sangat banyak kau tahu betapa senangnya aku karena ternyata konflik itu membuat aku mengenalmu lebih dalam Yah, selalu ada hikmah di atas segalanya jalan ini masih panjang sayang yang jelasnya kita tak akan terus tertawa lepas seperti malam ini kadang kala sesekali badai akan datang membuat kita terombang-ambing membuat kita menangis, kecewa, meratap atau ... tapi aku harap kita selalu bersyukur dengan apapun dan bagaimanapun keadaannya

Pertarungan Rasa

Melihat beberapa baris tulisanmu.. sebuah gemuruh melanda hatiku.. Ternyata kau masih saja seperti dulu.. Selalu mengagungkan sebuah janji.. Aku ingat janji itu juga pernah kau ikrarkan untukku.. Walau ikrar itu hanya atas nama kita.. Sampai suatu saat,aku tergoyah.. sampai suatu saat aku menyerah.. Andai kau tahu, alasanku.. Tapi mana mungkin.. Sudahlah bab-bab itu sudah berakhir.. Sekarang kau benar-benar mengikuti permintaanku.. Dengannya... Yang jelasnya bukan untuk memamerkannya padaku.. Kita berada pada jalur masing-masing sejajar.. sebuah garis yang tidak akan mungkin pernah bertemu..

Sepotong cerita di sore ini

Kendaraan tiada hentinya melintasi jalanan yang tidak lagi mengeluarkan panas yang taerangat panas, tentu saja panas itu telah tereduksi oleh berotasinya sang matahari ke arah barat. Sinarnya terasa hangat menimpa wajah dan juga hati. Keluar sebentar menikmati jalan yang dulu selalu terlalui ketika pulang sekolah, berdua ditemani sang mentari yang setia dengan panasnya. Terkadang aku mengeluh mengapa sinarnya begitu panas menerpa seluruh tubuhku. membuat keringatku mengucur deras, terkadang aku singgah di bawah pohon untuk sekedar melepas topi dan mengibas-ngibaskan kewajahku. terkadang aku memaki mentari yang tidak pernah bosan memberikan panas sehingga membuat kulitku menjadi hitam. yah... mentari... Tapi itu dulu, kini aku mencoba menahan keluhan karena bagi petani, cahaya matahari adalah berkah, bagi seorang pengusaha matahari adalah uang, bagi petani matahari sinar cerah untuk memancing, dan yah matahari adalah berkah. Aku masih berjalan melalui jalan-jalan ini kembali,,jalan
pin, aku kembali mendapatkanya.. satu dua atau ... aku lupa aku selalu pelupa... Em,,, aku melihat pin-pin itu di tas, menjadi gantungan kunci atau menjadi bros... tapi pinku akh aku menghilangkannya lagi.. entah yang keberapa kali tapi sudahlah.. aku tidak perlu berkecil hati, karena aku akan mendapatkannya lagi.. selalu seperti hari ini... kalaupun hilang lagi aku tentu akan mendapatkannya lagi.. tapi selalu ada cerita tersediri tentang pin-pin itu, yang tidak akan terganti tentunya yang paling penting aku walaupun tanpa pin itu,, aku akan tetap tetap menunjukkan identitas lebih dari pin itu,,, karena lambangnya telah menyatu di hatiku hari itu aku kembali mendapatkannya Bantimurung, 27 Juni 2010

Palestina Memanggilmu

Oleh Andi Asrawaty “Di negeri kami langit selalu tampak bercahaya, dari jauh sekilas cahaya itu akan tampak indah, berwarna warni menghias angkasa. Namun, siapa sangka? Ternyata cahaya itu datang meminta ribuan tumbal nyawa. Nyawa dari manusia-manusia yang jiwanya tidak pernah merasakan takut tatkala suara-suara raksasa dari rudal-rudal melebur bersama suara-suara senapan yang menebarkan ratusan peluru. Menyayatkan sembilu atas ribuan nyawa. Pembantaian atas penghianatan kemanusiaan itu datang dari sebuah negeri calon penghuni neraka abadi. Mereka datang dengan hasrat kebinatangan, bukan lagi kerasukan, tapi naluri kebinatangan itu telah menelusup, menjalar bahkan telah mendarah daging dalam diri mereka, hingga sebuah nyawa kaumnya tidak lebih berharga dari nyawa seekor nyamuk yang harus segera dimusnahkan.” “Di negeri kami, mereka datang menumpang sebagai pengungsi lalu sedikit demi sedikit menggorogoti perlahan tapi pasti mendesak kami semakin tersingkir dari jalur gaza, jalur ya

Lingkaran Setan Arogansi Mahasiswa

Lingkaran Setan Arogansi Mahasiswa... Itu yang terjadi di kampus merah... Kali ini kampus benar-benar menjadi merah karena ceceran-ceceran darah memenuhi koridor... Aku prihatin, melihat mereka yang mendendangkan nada serang beradu dengan sebuah euforia kekerasan, kebengisan dan kebencian Aku malu, ketika paparasi megabadikan momen tidak tahu malu Aku simpatik, ketika melihat seorang pria berumur separuh baya berdiri gagah seorang diri di tengah pertarungan egosime dan arogansi.... dengan baju putih yang tanpa takut terkena percik merah darah,,, melerai batu-batu yang ikut marah bersama ribuan tuannya... yang tertinggal hanyalah puing-puing kemarahan dan dendam yang entah kapan akan berakhir... dalam sebuah lingkaran setan yang berkedok arogansi arogansi yang katanya milik agent of change,,, Sampai kapan??

kisah sepotong hati

Malam ini aku bertemu sepotong hati. Awalnya hati itu hanya tersenyum manis, hati itu lalu menyapaku. Tapi aku hanya diam, mengacuhkannya tapi juga tak urung mengusirnya. Aku ke kampus dia mengikutiku, aku pulang ke ke rumah dia ternyata ikut, ternyata dia selalu bersembunyi di balik ransel yang aku bawa. Mulanya, aku memang merasa heran mengapa ransel yang kubawa bertambah berat, ternyata hati seberat 0, 64 kg itu menyusup tanpa aku ketahui. Ahk,,, aku masih diam, dia juga tak urung bicara, sungkan mungkin. Lalu aku mencoba tidur, ternyata dia masih bersembunyi di balik selimutku. Aku pura-pura tak menyadarinya. Namun, saat aku terbangun aku tak menjumpainya lagi. Hati itu tidak berada di sini lagi. Aku mencarinya di ransel tapi dia tidak ada, aku lalu mencarinya di dapur, mungkin dia lapar! Pikirku, tapi, ternyata tidak ada juga. Di mana yah perginya hati itu? Aku tidak ambil pusing, mungkin hati itu telah bosan terhadapku. Akirnya, hari demi hari berlalu tanpa sang hati, tapi aku
Untuknya Yang Telah Mengahadap Pada-Nya Satu nyawa telah pergi lagi Meninggalkan sebuah kenangan Maaf aku tak bisa menemani Maaf aku tak dapat mengantar Tapi daoaku akan kukirim Semoga Allah menerima Menyayangi… Saat nyawamu telah kau serahkan Sungguh hanya doa yang dapat kukirimkan Dan sejumput air mata Serta segenggam haru dan kesedihan Dan hari ini aku akan terus beribadah kepadanya Karena hanya ibadahku yang dapat menyambungkan kepadamu Maka tenanglah kau di sana Biar aku yang melanjutkan semuanya Yah akhirnya kau bertemu dengannya Bersama pasangan jiwa yang telah mendahului kita Kini kau menyusul Sedikit mengurangi sedihku karena dia tidak sendiri lagi Maka tunggu aku di sana Setelah cukup bekal menuju surga-Nya

Untuk Sebongkah Jiwa yang Telah Kubunuh dalam Jiwaku....

kau menusuk tepat di jantungku... selamat... maaf sayang,,, ucapan itu berlaku untukku bukan untukmu... suatu saat akan ada yang menyesal... kita berdua... aku berjanji pada diriku sendiri aku akan menyesali kenapa aku pernah bersamamu diatas seutas tali yang begitu rapuh denganmu... dan kau akan menyesali kenapa tidak mencoba bertahan disana. saat aku memilih jatuh dalam kemenanganku.. kenapa kau tidak menggenggam tanganku erat-erat sehingga aku melangkah sendiri... tapi sugguh itu keputusan yang terbaik.. keputusan yang ditakdirkan sang Khalik keputusan yang berada di cahaya setiap doaku malam-malam itu aku bisa melangkah tanpamu.. bahkan sampai hari ini ketika jarak antara kau dan aku tidak pernah terpikirkan sebelumnya... jarak yang tak akan pernah kau temukan ujungnya... sejak hari ini... ketika pisau itu kembali menghujam tepat di jantungku.. kau tahu rasanya, bukan lagi sakit.. tapi menggelitik... sesimpul senyum kemenangan tersinggung dibiirku. malam ini aku memutuskan menyingk

Me and Him

NICE TO MEET U Perjalanan pulang… Kau duduk persis di sebelahku, Kau bilang kau suka sejarah… Kau bercerita padaku tentang revolusi merah Aku bilang aku suka budaya, aku bercerita tentang Ilagaligo... Sejarah dan budaya tidak bisa dipisahkan... katamu padaku… Tah, that’s right.. Kau bilang kau sama sekali tidak setuju jika ada orang Indonesia yang malu dengan Indonesia Indonesia masih punya harapan, terlalu dini untuk menyerah katamu dengan berapi-api… Bukankah kita dilahirkan di tanah Indonesia untuk mengubah Indonesia? Ia, kak aku setuju, aku hanya prhatin saat ini anak muda terseret oleh kehidupan metropolis yang semu, cenderung melupakan sejarah. Untungnya masih ada anak muda seperti kita yang akan memperjuangkan bangsa, kataku sambil menoleh kearahnya dan melemparkan sesinggung senyum untukmu. Aku bilang Sukarno itu komunis… yah karena mungkin aku tdak begitu kenal Sukarno, yang aku tahu Suharto pernah memimpin pada demokrasi terpimpin ingin menjadi presiden seumur hidup. Ah,,, t

Me and Fajar

Hari yang Kutunggu-tunggu Akhirnya Tiba Alhamdulillah, akhirnya hari ini datang juga. Aku sudah berada di Lantai 4 fajar, tepatnya di meeting room. Sebuah ruangan berwarna cream bernuansa minimalis yang ckup luas, kira-kira seluas lapangan basket. Furniture utamanya terdiri dari meja yang besar berukauran 3 kali rumah makan rumahku dilengkapi dengan kursi direksi yang mengelilingi meja tersebut kira-kira cukup menampung 40 orang. Aku leluasa memperhatikan setiap detail ruangan itu, kebetulan aku adalah anggota DPF (baca:Dewan Pembaca Fajar) yang pertama hadir. Tepat di sebuah dinding utama terdapat gambar seorang raja bugis beserta isrinya yang berpakaian kerajaan Sulawesi selatan. Kemudian masing-masing disisi kiri kanan lukisan ada sebuah whiteboard yang berisi komentar dan tanda tangan orang-orang penting kepada fajar. Di sekeliling tembok terdapat bofet yang diatasnya dipajang penghargaan-penghargaan dari berbagai instansi-instansi kepada media fajar baik sebagai pelaksana kunjunga
Dua kali Januari,,, Februari,,, kuharap maret juga , lalu disusul april... dst yah aku ingat-ngat sekali hari itu hari di mana pertama kali tulisanku termuat di Fajar, Tulisan itu lahir pada malam dimana orang-orang saat itu sedang asyik mergumul di bawah cahaya rembulan yang hampir bulat penuh. tepat pada jam dua belas ribuan cahay melejit keangkasa. di tengah kesendirianku malam itu, aku tidak terasing. Aku ditemani oleh lahirnya puisiku. semburat raut kebahagiaan memenuhi jiwaku... Kemudian Februari, aku menulis sebuah resensi... Yah resensi... Dan lagi-lagi aku mujur, tulisan itu terbit. Senang, tapi sekaligus sedih, sedikit malu dan berbagai rasa yang entah apa. tapiku coba tutupi dengan rasa senang itu. hah,, sedih karena merasa kata-kataku begitu sederhana, sedih karena mengingat ketidakprofesionalanku, satu, aku masih memaklumi, tapi kemudian ketemukan dua, tiga, bahkan mngkin lima kata yang salah ketik. Aku merasa terkucilkan oleh tulisanku sendiri. keindahan tulisan bukanlah

Keunikan Sastra dalam Buku Aji Bello

Saat orang orang di ruang tunggu lebih asyik bersms dan menelpon ria daripada membaca Koran. Penumpang lebih memilih menghisap rokok ketimbang membaca kumpulan cerpen. Sudah sangat minim mahasiswa yang rajin membaca apalagi menulis. Begitu susah menemukan calon pegawai tamatan S1 yang mampu membuat proposal yang bagus atau rencana kerja yang baik. Benar apa kata Taufik Ismail generasi kita rabun baca, dan lumpuh menulis. Mereka juga seakan tidak peduli lagi dengan budayanya sendiri. Mereka lebih bangga dan sibuk berlomba-lomba mengikuti perkembangan budaya lain, jangan heran kalau suatu hari kita akan belajar budaya kita sendiri dari bangsa lain. Padahal bangsa yang hebat adalah bangsa yang berbudaya dan majunya suatu bangsa terletak pada majunya budaya membaca dan menulis. Apalah jadinya bangsa ini nanti? Inilah kegelisahan yang acap kali dirasakan segelintir anak muda di kampus merah atas fenomena di atas. Di tengah keterasingan media liteasi dimana membaca dan menulis bukan lagi

Telah Terbit Buku Terbaru FLP Ranting Unhas

Setelah sekian lama menanti, akhirnya buku "Album Cerita Pilihan Aji Bello" berhasil diluncurkan. Diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Refleksi. Menu Buku: Sebatas Penantian (Sultan Sulaiman) Terminal Daya (Qiyash) Silanjuk di Salongge (Epiki Fajargoga) Aji Bello (Fitrawan Umar) Hercules C-130 (Sultan Sulaiman) Ana Arung (Chara Aw) Perjalanan Pulang (ani Dzakiyah) Bulan kedua di rumah kecil kami (Rasdiyanah Nendenk) Lelaki Pendiam Penuh Pesona (Fitrawan Umar) Tatap Surya Seperti Malam (Raidah Intizar) Saat Cinta Dendangkan Luka (El Zukhrufy) Namaku Chloe (asti Eka Ramadani) Mereka bilang, Aku Gila (Radiyanah Nendenk) Mentari, Aku Masih Di sini (Otumi Annisa) Peluh Semesta Waktu (Cheri Tarnad Prodigio) Dearly Beloved Papa (Muthie Salsabil) Darah Kematian (Zulya Hamida) I need You Friend (Nurul) Borwnies itu.. (Yana Yan) My Mysterious Writer (Qiyash) Dapatkan Segera di Toko Buku Gramedia dan Toko Buku Terdekat Atau Hub. FLP UH CENTER 08991824009 Membeli

LT 1-31-10-2009

MATI HIDUP WS Rendra telah mati dalam keabadiannya Taufik Ismail hidup selamanya dalam puisinya Pramudia Ananta Toer tak akan pernah tertelan oleh waktu Ws Rendra, Taufik ismail, Pramoedya Ananta Toer, Hamka, Habiburrahman El-Zirazi, dan Andrea Hirata semua boleh jadi akan pergi, namun karya mereka tidak akan pernah tertelan oleh masa… Apa arti hidup tanpa mati… Tanpa diikat oleh kata Tanpa dijalin oleh sebuah kalimat Tanpa ditulis oleh sebuah cerita Tanpa disampul oleh sebuah buku Maka mati adalah hidup Hidup untuk menoreh pena Tanpa menulis mati jadi kelalaian Karena menulis adalah mengukir utuk sebuah keabadian
Case of Secret Identitas Edisi Khusus Akhir TAhun Malam kian larut dan sepi, hanya terdengar suara jangkrik yang mencoba memecah kesunyian malam. Langit begitu kelabu. Awan tebal menutupi indahnya kilauan bulan dan bintang. Aku duduk di bangku panjang yang tergeletak di serambi rumah. Keadaan ini mengingatkanku pada kenangan panjang yang menghiasi hidupku selama ini. *** Hari itu seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagiku, dan bagi kakak tentunya, akhirnya aku berhasil diterima menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Unhas melalui program tanpa tes. Wow, amazing mengingat fakultas kedokteran merupakan plihan sejuta umat. Aku sudah tidak sabar memberitakannya kepada kakak. Orang yang paling ku cintai dan paling berjasa bagiku. Yah, sepeninggal orang tua kami dalam kecelakaan maut, aku dan ka Fiqri hidup berdua menantang kerasnya hidup. Malang memang, tapi kami tidak pernah menyerah pada nasib, kami yakin Tuhan memberi hikmah di balik setiap peristiwa, sekalipun itu menyakitkan. T

My First Publish Writing...

Kata.. Identitas, Awal November 2009 Ketika kata-kata hanya terlantun bagai kata-kata,,, Namun bagiku, Bagimu, Bagi kita,,, Kata-kata lebih dari sekedar kata-kata… Karena, Ketika sinar mata tak mampu saling berbias tuk menatap, Tangan tak mampu saling meraih, Dan tubuh tak kuasa saling mendekap… Hanya sebuah kata yang terlantun Dari bibirku, Bibirmu, Dan bibir kita, Menjelma bagai kupu-kupu yang terbang dengan indah, Begitu tinggi menembus nirwana menembus awan, Membawa sebuah pesan nan abadi Dan bergema disetiap sudut nirwana Membawa sebuah pesan Tentang diriku, Dirimu, Hidupku, Hidupmu Dan tentang sebuah rasa dari lubuk hati kita,,