Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Reborn

Pernah Aku merasa ditinggalkan Hingga penaku tak lagi tajam Sajak-sajak ku tumpul Puisi yang kuciptakan tidak lagi bernada Lumpuh oleh keadaan Setelah kepergian gelap Cahaya tidak lagi berarti Kini dalam redup Cahaya memiliki arti Kembali penaku bernas Tulisanku menbali mengaum Siap menerkam mereka yang arogan Mengaku berkilau padahal semua bermodal dusta Mengaku berkuasa nyatanya membeli tahta Mengaku berwibawa tapi mempermainkan kaum hawa Aku telah kembali Membawa setumpuk kenangan Juga harapan tentang asa dan angan Mengisi tintaku dengan ilmu,petisi dan intuisi

Menepi

Aku butuh menepi sejenak Dari riak mimpi yang berserak Aku ingin sejenak berhenti Merenungi hari-hari sepi yang mulai ramai Menyeduh teh, bersandar dibahumu Lalu terlelap melupakan penat yang membuat jemu Aku butuh menghela nafas panjang Membiarkan hawa panas dalam pikiranku menguap Aku butuh berteduh di dadamu yang lapang Merasakan buaian hingga terlelap Tak usah ada kata-kata Cukuplah kita memandang horizon jauh Sambil mendengarkan burung-burung yang menyanyi Biarkan tatapan matamu saja yang membentuk sajak Di antara aroma pagi yang menyeruak mesra Membuat cinta selalu utuh Karena kadang hidup membuat segala berjarak Agar aku dapat kembali melanjutkan mimpi

Lelaki Laut

Lelaki Laut Semakin aku menyelam kedasar semakin aku takjub Ketemukan warna yang mengalihkanku pada pelangi Dan membuatku sadar, kenapa  aku ditakdirkan disisimu Lelaki Lautku, Aku tak menyangka bahwa kau dapat bersabar dalam kekekaranmu Aku sekaligus terpesona dalam kesabaramu tersimpan ketegasan Aku Jatuh cinta Untuk kesekian kalinya Padamu

Aku Merindukanmu

Aku merindukanmu Tapi tak tahu harus bagaimana ku katakan Oh bukan Aku tak ingin mengatakannya Aku takut rindu itu semakin menjadi Karena untuk waktu dekat ini Pertemuan itu masih samar Aku takut ungkapan rindu Akan membuat mata kita akan banjir Air mata Hati kita akan semakin pilu Tanpa bisa berbuat apa-apa Maka disini a ku menghitung hari Kapan aku dapat memandang wajahmu Kapan aku bisa Meredam lukamu Kapan aku mampu Memberi bahagia dalam hatimu Dengan sebuah perjumpaan Aku merindukanmu Sangat Semoga doa-doa terkabul untukmu Saat rindu menjerit-jerit Saat bayangmu terus berada dalam benakku Aku mencintaimu, selalu Ummiku Saat rindu menusuk, aku hanya bisa mengatakannya lewat puisi

Aku Memilih Bersabar

Aku bosan, harus menunggu dan bersabar. Aku kesal, menunggu benalu yang membuatku muak untuk bertemu Aku muak bersabar dengan ketidakbebasanku Aku ingin mengusir benalu Sayangnya, rumah ini belum milikku seutuhnya Aku harus sedikit bersabar Aku menghanguskan semua bakatku Terkurung di dalam rumah yang bukan milikku Di mana aku harus memulai? Aku harus memulai sesuatu hal yang baru Memulai petualanganku Aku tidak bisa hanya diam Aku harus bergerak Melupakan benalu Dan memulai aktivitasku Menganggap benalu tidak pernah ada Sampai dia minggat Sayangnya benalu ini tidak punya rasa malu

Melepaskan

Berhenti beberapa saat, bukan berarti menyerah. Ada saatnya kita melepaskan sesuatu. Saat kita merasa tidak nyaman. Ada baiknya kita pergi, untuk berkontemplasi. Mencoba mengintropeksi kesalahan. Lalu mengasah keteramlilan agar lebih tangguh. Agar kita mampu menahan ketika terlibas. Dunia begitu luas Pergilah ke tempat kau merasa nyaman Lalui hari-harimu dengan bahagia Isi dengan hal yang menyenangkanmu Lepaskan Terima Melangkah Bahagia Buol, 6 Desember 2019 Aku masih saja naif, aku masih saja polos

Merayakan Di mana Pertemanan Kita?

          Facebook mengingatkan bahwa pertemanan kita telah berlangsung selama satu dekade hari ini, yah sepuluh tahun yang lalu. Waktu bergulir dengan begitu cepat bukan? Aku lupa di mana pertama kali kita bertemu, tapi aku ingat perbincangan serius yang akhirnya membuat aku untuk bergabung dalam forum lingkar pena. Organisasi yang kemudian sangat berpengaruh untuk menemukan jati dirku yang sesungguhnya. Seperti biasa, waktu itu kita sedang menunggu mata kuliah di depan ruangan jurusan SIL 1, waktu itu semester tiga, tahun 2019, kau tiba bercerita tentang FLP dan langsung mengajakku bergabung. Sejak saat itu kita selalu bersama. Bercerita, berdiskusi, saling menguatkan, bersaing mengikuti lomba, menghadiri dan membuat kegiatan literasi, mengikuti workshop apa saja yang gratis, hehe dan banyak hal. Rasanya mengenang semuanya membuat mataku berembun, ternyata begitu banyak hal yang kita lalui bersama. Hei, kita bahkan hampir tidak pernah foto bersama. Lhat saja, facebook sama sekali

Hidup Ternyata lebih Dari Novel

Yah, ternyata hidup lebih dari Novel.  Dulu, saat kita masih pecandu novel, kita mengagumi semua kisah dibaliknya,  terheran-heran, kadang menangis, ketawa sendiri, kadang menangis dan tertawa bersamaan. Lalu kita membayangkan, masuk dalam cerita itu. Bahkan bermimpi menjadi pemerannya, memikirkannya berhari-hari. Ceritanya membekas dalam. Tak jarang kita bahkan jatuh cinta dengan pemerannya. Benci setengah mati sampai mengutuk pemeran antagonis. Membanding-bandingkan tokoh dengan cerita nyata dikehidupan, mencari kecocokan. Hingga mencecar penulis yang memberikan sad ending. Dulu, kita pernah tergila-gila dengan novel. Sampai kita menyadari ternyata kehidupan yang Allah gariskan jauh lebih dari novel. Kita memiliki cerita kita sendiri yang tidak bisa kita terka. Tidak pernah kita prediksi. Dan tiba-tiba kita terjebak, tertuntun dikehidupan kita saat ini. Seperti itu kan hidupmu Mer? Sungguh drama, tapi dikehidupan nyata. Sebenarnya aku ingin marah, kau tak berucap sedikitpun tentang

Geliat Budaya Literasi Buol, Secercah Harapan Pendidikan Indonesia

Salah satu masalah krusial di Indonesia yang belum bisa tepecahkan adalah rendahnya pendidikan di negeri ini. Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah hadirnya budaya literasi di tengah masyarakat.Berdasarkan studi " Most Littered Nation In the World " yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari dari 62 negara. Artinya Indonesia menempati urutan ke-60 ( Kompas.com , 29 Agustus 2016). Data ini tentu saja sangat memiriskan karena menunjukan rendahnya budaya literasi masyarakat Indonesia yang hanya berada di atas Bostwana sebuah negara di Afrika Selatan. Tidak hanya sampai di situ, menurut data Program For International Student Assesment (PISA 2012). Indeks minat baca hanya 0,001 artinya di antara 1.000 penduduk hanya 1 orang yang konsen membaca. Ironisnya, banyak guru dan birokrat pendidikan yang justru belum memahami “pendidikan literasi” Sebagai bangsa yang besar, Indonesia haru

Catatan Ramadhan di AEC

Catatan Ramadhan di AEC ... Sore ini kami sangat senang. Sambil menunggu buka puasa, kami melakukan beberapa kegiatan bersama-sama. Kami berdoa, membaca Al-Quran, mendengarkan pidato Islami oleh Fathan, membuat kartu ramadhan dan ta'jil kemudian buka puasa bersama. Menikmati indahnya kebersamaan di Bulan Ramadhan yg penuh berkah Semuanya sangat bersemangat dengan kegiatan ini. Beberapa dari mereka membuat persiapan yang sangat baik. Mereka mencari resep ta'jil di rumah, membawa semua bahan dari rumah. Membuat ta'jil untuk berbuka puasa meningkatkan kreativitas mereka dan melatih kesabaran mereka. Mereka menemukan cara unik untuk membuatnya, karena saya menantang mereka untuk membuat tanpa memasak. Sebagai seorang Pendidik dan guru Bahasa Inggris tujuan saya tidak hanya untuk membuat siswa saya mengerti bahasa Inggris, tetapi juga membuat siswa saya bahagia sebagai salah satu prioritas saya, tetapi tidak dengan cara yang mudah. Saya menantang mereka untuk berusaha terleb

Curat Tengah Malam

Terkadang kita akan terbawa oleh takdir, dan terhanyut olehnya... Yah, ternyata sebentar lagi, usiaku akan mencapai angka dua puluh delapan. Sebuah usia yang cukup matang untuk berpikir jauh, tentang masa depan, tujuan hidup dan kehidupan. Berada di kota ini seperti sebuah mimpi yah sebuah mimpi yang menjadi nyata. Waktu terlalu cepat berlalu. Rasanya baru sekejap mata aku masih berada di kota kelahiranku Watampone. Waktu itu aku masih seorang gadis kecil yang kegemarannya menatap bulan bintang awan segala benda di langit. Langit adalah hiburan yang paling nyata juga indah untuk dipandang. Aku tidak pernah bosan memandang ke langit, di sana aku bisa menemukan segala hal, menulis mimpi-mimpiku di awan, bahkan imajinasiku membentuk  mereka jadi hewan dan apapun yang aku suka juga karakter-karakter kartun favoritku. Membayangkan semua perjalanan hidup itu membuatku bersyukur begitu dalam tentang kehidupan yang aku jalani saat ini. Kini kini aku memiliki semua peran baru, di kota baru y