Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Tahun ke Empat

Ini sudah tahun ke empat. Tahun terakhir menjejaki kampus dengan segala hiruk pikuknya. Tentang mahasiswa-mahasiswa yang begitu polos membawa sebongkah harapan. Meninggalkan kampung halaman dengan semangat yang meluap-luap. Lalu ia akan dihadapkan dengan sejuta pilihan. Unhas, aku rasa ini replika kecil sebuah dunia, semua jenis manusia dapat ditemukan di sini. Kau bisa menemukan mahasiswa dengan idealisme menancap kuat di hati dan pikiran, di sisi lain kau bisa menjumpai manusia-manusia pragmatis yang hanya berpikir tentang dirinya. Bisa kau jumpai orang-orang yang begitu cerdas yang ketika ia berbicara, kau akan terbius dengan kematangan ilmunya dan kebijaksanaan sifatnya atau sekelompok orang-orang yang hanya menjual kata, tong kosong nyaring bunyinya. Kau bisa menjumpai orang-orang alim dengan semua atribut keagamaannya atau bahkan orang yang dengan nyata-nyata menghianati tuhan. Kau bisa menemukan wanita anggun yang membalut seluruh tubuhnya dengan kain panjang, namun auranya ak

Live Like a Fairy Tale

You know, Sometimes I felt it like a fairy tale But it's real Doing universe command with you And there no other choice But, Just enjoy it Because Live is beautiful, right?

Puisi dan Perempuan

Ini tentang puisi-puisi, sajak-sajak, kata-kata bermakna ambigu atau apa pun namanya. Beberapa hari ini, tanpa terencana aku bertemu dengan perempuan-perempuan Hari ini mata mereka sembab, Sebelumnya kudapati mereka menceritakan dengan riang puisi-puisi yang kau kirim untuknya Sebuah puisi dengan tinta merah jambu Mengundang sejuta desiran lembut Aku tidak pernah bertanya, mengapa mata indah itu selalu basah Tapi aku juga perempuan, mata itu memberitahukan semuanya Kau tahu apa yang terjadi, mereka menceritakan puisi yang sama kepadaku Ah, perempuan Kau.... (tersenyum sinis) Aku tahu... dan akhirnya mereka juga tahu Ah, perempuan Dan mereka semua memberi maaf Heran Ini tentang puisi-puisi Jika suatu hari kau berniat mengirimkannya padaku Hanya satu yang kuminta padamu Simpan saja ia di hatimu sampai nanti puisi itu pantas untukku Kau tahu, aku belajar dari perempuan-perempuan yang kutemui Mereka menemukan ribuan puisi dihalaman rumah mereka Mereka begitu menikm

Andai Saja...

Pernahkah kau mencoba untuk menghindar dari seseorang, berlari sejauh-jauhnya, menghindari setiap pertemuan, bahkan ingin menghilang dari hidupnya, atau berandai-andai, andai saja kau tidak  pernah kenal dengannya atau bahkan kau berharap tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya... Tapi semuanya berbeda, semua berada di luar skenariomu... Kau tetap bertemu di koridor, harus mengambil sesuatu darinya, mesti berkomunikasi dengannya, dan... seluruh semesta menarikmu dalam hidupnya, entah siapa yang tertarik dirimu ke dalam hirupnya atau hidupnya ke dalam hidupmu. Atau juga kau begitu ingin berjumpa seseorang, berharap bertemu di toko buku, atau tidak sengaja berpapasan di jalan, atau mungkin kalian akan berteduh pada halte yang sama, menahan kalian dalam hujan. Atau, berharap suatu saat akan berjumpa, dan berandai-andai, kalau saja dulu kau tidak berpisah dengannya. Tapi ternyata kau tidak lagi pernah bertemu dengannya. Seberapa pun kau sudah mencoba menskenariokannya, itu hanya sek

Si Maha dan Sang Siswa

Percaya, Jika ada kaum waras di tengah negeri yang hampir semuanya gila Aku  yakin itu Mahasiswa Jika ada kelompok  yang melek Informasi di mana semuanya hampir buta huruf Saya yakin salah satunya Mahasiswa Jika ada Pemuda Idealis di tengah pragmatisme yang menggorogoti Aku pun masih yakin itu Mahasiswa Jika ada  Manusia yang benar-benar manusia di tengah Manusia Binatang Tentu saja itu Mahasiswa Jika masih ada yang empati di antara semua yang  apatis Mereka tentu saja Mahasiswa Jika ada segolongan hamba yang masih percaya dan memperjuangkan hukum Rabb-nya Pastilah Mereka Mahasiswa Kecewa Ketika mahasiswa yang ditunggu sebagai Agen Of Change hanya sibuk membebek pada Dosen Ketika mahasiswa yang dinanti sebagai Moral Force hanya menjadi badut menyenangkan senior Ketika mahaisiswa yang katanya Pemengang Estafet Kepemimpinan hanya bisa membodohi yunior Heran Ketika mahasiswa yang katanya calon pemimpin tak punya waktu untuk sikat gigi Ketika mahasisw

Melakoni Babak Kehidupan

Terkadang, kita menginginkan peran-peran baru dalam babak kehidupan, tapi nyatanya kita lupa untuk menyempurnakan peran yang kita lakoni sekarang. (Aw)

Kita Berbeda dalam Semua, Kecuali dalam....

Kita berbeda dalam segala hal, kecuali dalam dakwah...   Pelangi Untukmu Lagi... (Hehe... Memelintir Puisinya Gie. Mungkin aja kalo Gie bangun dan membaca tulisanku dia akan nyesel, dulu kenapa ngak jadi sekalian pengemban dakwah, Em, atau mungkin sebahagian orang pasti mikir kalau Gie pengemban dakwah sosial hm, pemikiran nyeleneh aja) But Forget It. Sore itu setelah H2C, harap-harap cemas karena acara Silaturahim antar Lembaga Dakwah Kampus yang harusnya di mulai jam 04.00 teng belum juga di mulai. Baru panitia sesama Muslimah MHTI yang hadir, benar-benar harap-harap cemas, sama sekali tidak lucu kan kalau pada akhirnya acara silaturahim hanya dihadiri oleh sesama kami, padahal undangan telah disebar hampir ke seluruh Organisasi Dakwah Kampus Unhas, kepada saudari-saudari dari MPM, FKMI, KAMMI Komsat UH, KOHATI UH, Sahabatwati UH, Immawati Uh... Yah, bagaimana tidak khawatir, acara ini telah kami usahakan sudah hampir 2 minggu,

Masihkah kau jenuh!

(31 Mei 2011, sebuah dialog hati ketika kejenuhan melanda) Aku jenuh, Jenuh kenapa? Jenuh pada rutinitas yang begitu saja Jenuh ke kampus Jenuh kerja tugas Jenuh pada kerjaan Jenuh pada makanan selalu sama Jenuh agenda dakwah Jenuh pada kerudung dan jilbabku yang itu-itu saja                 Masihkah kau jenuh diantara tumpukan buku kuliah                 Sementara orang-orang disekitarmu bahkan tidak mengerti apa itu buku                 Yang bahkan tidak pernah peduli apa itu buku                 Mungkin tidak tahu                 Bahkan  mungkin lebih memilih sampah dari pada buku Mungkinkah keluhan masih kau lontarkan Saat orang lain bahkan tidak bisa membeli hijab yang layak Saat orang lain bahkan belum sadar apa arti berhijab Saat orang lain bahkan dengan bangga memamerkan aurat Saat orang lain mungkin tidak mendapatkan izin hijab                 Jenuhkah? Saat kau mampu memilih sesuka hati menu makanan                 Sementara jutaan o

Mengikis Mitos Terorisme

Prolog : Ini tulisan yang aku buat beberapa minggu lalu, tepatnya 15 Desember, begitu yang kuliat di draf pengiriman emailku. Aku tidak tahu kenapa tulisan ini tidak termuat, mungkin karena analisisnya kurang kuat, atau  memang tulisannya yang kurang bagus. Tapi, aku tidak peduli. Yang jelasnya aku senang sudah menulisnya. Itu saja, semoga kau suka membacanya. Istilah terorisme muncul pasca tragedi World Trade Center 11 September 2001. Sekilas, tidak ada yang salah dengan istilah terorisme. Namun jika kita mencermati, sejak awal kemunculannya istilah terorisme ternyata telah ditujukan secara langsung kepada kelompok tertentu yang kontra terhadap kebijakan-kebijakan barat. Isu terorisme kemudian digelindingkan bak bola salju diberbagai negeri muslim yang berupaya mendirikan negara dengan Islam. Indonesia pun tak luput dari hembusan mitos bahwa negeri ini merupakan salah satu sarang teroris. Berbagai kasus peledakan bom yang begitu ga

Serenade Hujan di Januari

  Hem... hujan turun lagi, ini sudah bulan Januari,  hujan semakin sering tertumpah dari langit. ribuan puisi tercipta, sebanyak tetes air yang jatuh ke bumi. Bukankah tetesan itu juga puisi. Setelah alam memohon, bersimpuh berdoa meminta hujan. Tapi, hujan membuat basah, semua kuyub, air menggenang di sana sini. Yah, semua basah, pohon, rumput, motor, dan mungkin juga kamu. Tapi lagi, ada irama yang dicaptakan hujan, kadang merdu kadang menakutkan, menurutku. Oia, apakah kamu melihat dua bocah yang yang memeluk hujan, mereka berjalan beriringan. Satu di antara mereka sangat usil, jahil, nakal. Ditariknya dahan pohon yang masih berada dalam jangkauannya. Byar... si bocah perempuan basah. Si jaihl lari, mereka saling mengejar. Lalu, saat saling mendapatkan, mereka lalu tertawa, lepas. Senang sekali. Aku melewati koridor kampus, ingin melihat hujan lebih dekat. Sesekali aku menadahkan tangan merasakan gerimis membasahi pori-pori tangan. Ak

Rambutku Mahkotaku

Entah berapa banyak iklan shampo berseliweran di TV, sumua mengklaim bahwa merekalah yang terbagus, "7 dari 10 wanita memilih kami, bagaimana dengan anda?". Iklan lain "Creambath hanya dengan 500 rupiah" dan bermacam-macam tag line mereka untuk menarik perhatian konsumen. Artis-artis dan model cantik berambut indah pun menjadi Iconnya. Dan yah, bagi wanita rambut adalah mahkota. Perawatan rambut menjadi sebuah keharusan, dan berbagai cara pun dilakukan untuk memperindah rambut. Mulai dari menghilangkan rambut bercabang, menghilangkan ketombe, menjadikannya lurus, hitam dan berkilau. Bermacam perawatan rambut pun tersedia mulai dari memotong rambut bercabang, kramas, crembath, vitamin rambut, rebonding untuk meluruskan rambut dan berbagai treatment lainnya. Dan tentu saja perawatan rambut yang ditawarkan oleh iklan tidak akan pernah habisnya serta menghabiskan uang yang tidak sedikit. Suatu hari saya tergegun oleh pernyataan

Mencuri Kata

Maaf  karena selalu kucuri kata-katamu untuk kujadikan senjata,,, 

Kata-kata yang Kusajkan untuk Hati Kita

Hari ini ada sebaris kata-kata yang kubawa untukmu. Ini bukan puisi. Ini kata-kata biasa. Bahkan sangat biasa. Ada satu hal yang sangat kukagumi dari Ibu "Kesabaran". Aku pernah mempertanyakan di mana kesabaran itu. Ternyata kesabaran Ibu tanpa tepi. Seperti saat kau memandangi cakrawala yang tak bertepi. Seperti saat kau mengagumi langit yang tanpa batas, Seperti saat kau menyelami dalamnya perasaan cinta Rasul terhadap Rabbnya, Serupa itu lah yang aku tangkap. Ibu telah mengajarkan "Kesabaran" itu padaku.. Ibu yang aku panggil Ummi. Walau belum sempurna padaku. Akan kutiti pelan-pelan. Kesabaran yang menghujam dalam hati Kesabaran yang tertangkap oleh indra pendengaran. Serta kesabaran yang menjelma menjadi laku. Kata Ummi, sekeras apa pun sebuah batu. Jika hujan terus menetesinya setiap hari. Lama. Terus-menerus. Maka, sekeras apa pun. Tetesan itu akan membekas, bahkan batu itu bisa hancur dan luluh.  Hati pun serupa itu anakku. Cukup jernihkan hati, m