Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Sebaris kata untuk kita semua...

Bulan berlatar hujan ini hampir meninggalkan kita, aku masih menunggu berkas Pelangi terbias sempurna di hati kita...

Go Ahead with islam....

By Andi Asrawaty Pengemban dakwah, pasti selalu ada yang berbeda. Yah, sangat berbeda. Penampakan, dari segi penampilannya saja, para pengemban dakwah tentunya punya style tersendiri. Dan tentunya style yang syar’i, sesuai dengan isi Al-Quran dan dijelaskan lebih lanjut oleh As-sunnah untuk memperjelas hukumnya. Memang kemudian ada perbedaan pendapat antara para ulama. Namun, itu adalah perbedaan furu atau cabang, dan tentu saja perbedaan itu adalah sunnatullah. Semua tergantung bagaimana kita menghadapi perbedaan. Yah, susah juga sih menyatukan persepsi di dunia Islam saat ini, tanpa adanya pemimpin (Khalifah), pemimpin kaum muslimin diseluruh dunia sebagai pelaksana syariat-Nya. Heran yah, agama Nasrani aja punya paulus, kalo islam? Bagi saya peribadi, perbedaan pendapat itu bukan untuk diperdebatkan bukan, tapi untuk dilaksanakan. So, untuk para Ikhwan dan Akhwat, silahkan tunjukkan style yang paling fashionable bagi kalian, dan tentunya bagi seorang pengemban dakwah ukuran fa
Mari Bergabung di Forum Lingkar Pena Forum Lingkar Pena adalah Hadiah Allah untuk Indonesia (Taufik Ismail) Bapak/ibu, saudara/saudari, kakak, adik, dan semuanya, Forum Lingkar Pena Wilayah Sulawesi Selatan akan menggelar penerimaan anggota baru secara serentak di seluruh cabang dan ranting FLP di Sulawesi Selatan. Acara ini bernama Training of Writing and Recruitment (ToWR) FLP Se-Sulsel 2011 . Kegiatan akan berlangsung hari Jumat-Ahad, 23-25 Desember 2011 bertempat di Taman Wisata Pucak Kabupaten Maros. Kegiatan akan dihadiri Pipiet Senja (Novelis Senior di Forum Lingkar Pena). Peserta nantinya akan dibekali pengetahuan mengenai dasar kepenulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Syarat Peserta: 1. Terbuka untuk umum, mahasiswa, dan pelajar 2. Mendaftar dan mengisi formulir sebelum tanggal 20 Desember 2011 3. Kontribusi peserta Rp. 75.000,- Fasilitas Peserta: 1. Ilmu dasar menulis fiksi dan non fiksi 2. Sertifikat 3. Konsumsi, transportasi, dan akomod

Telepon

Subhanallah, sehabis shalat magrib, Hp saya berdering, sebuah nomer baru. "Maaf benar dengan Andi Asrawaty?" Suara seorang gadis di ujung telepon sana. "Ia, maaf ini siapa?" Tanyaku penasaran. "Saya Ana dari Bulukumba," Jawabnya. Saya membaca sebuah cerpen di koran dan saya berniat menganalisnya, "Ow... Ia, ada yang bisa saya bantu?" Jawabku sedikit formal, soalnya si penelponnya formal juga sih! "Penulisnya Andi Asrawaty, saya boleh tahu tidak biografi pengarang? (Tuh kan Ananya formal banget) Soalnya saya sedang menganalisis unsur extrinsik cerpen anda." Lanjutnya. "Boleh," kata saya, sambil tersenyum, Kalau boleh tahu Ana ini esema, kuliah or? Saya mencoba mencairkan pembicaraan, "Saya Mahasiswa STKIP" Em... Dan, mulailah perbincangan itu... Subhanallah, supraise banget untuk yang pertama kalinya ada orang yang berniat menganalisis cerpen saya. Dan bagian y

Menjadi Pengemban Dakwah...

Menjadi pengemban dakwah, tidak pernah terbayang sebelumnya. Tapi sebuah hidayah yang begitu besar dengan tanggung jawab yang tidak kalah pentingnya. Namun ini bukan soal mau dan tidak mau. Ini soal kewajiban. Tidak mudah, penuh tantangan. Tapi, para pengemban dakwah begitu bersemangat, tidak pernah mundur walau tidak pernah dibayar secara langsung, karena berdakwah memang bukan motivasi materi. Lalu apa yang membuat para pengemban dakwah tak henti berdakwah. Karena, bagi pengemban dakwah yang sebenarnya dakwah itu sebuah kebutuhan, dan sebuah kemuliaan. Sebelum berbicara jauh tentang dakwah mari kita melihat pengertian dakwah yang saya copas dari website: http://khilafahpublications.wordpress.com/2011/02/18/mengemban-dakwah-tugas-utama-negara/ Pengertian Dakwah Dakwah berasal dari bahasa Arab, ad-da’wah yang artinya adalah menyeru, mengajak, mengundang dan memanggil dengan arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Secara isti

Mengalah Untuk Menang

Bismillah.... Ah... Akhirnya perbincangan yang berlangsung sudah sangat lama itu terbang, menembus bumi. Dan yah akh, akhirnya fakta, analisa dan solusi itu tidak hanya berkutat antara kau dan aku, mereka dan kita, kita dan mereka. Akhirnya opini-opini itu terbang, tidak hanya merambat lewat cetakan-cetakan kertas yang selama ini menjadi penyambung lidah. Kini, ia terbang mengetuk pintu demi-pintu pemikiran.  Yah, sudah terlalu lama kawan, solusi-solusi serta pemikiran ini terkurung dalam ruangan empat kali empat. Sudah lama dia terbentur oleh tembok-tembok segan, rasa tidak enak, dan terkadang terlalu berkompromi, takut ter- judge dan berbagai permasalah lain sehingga semua terbatas hanya di antara kita, dan sesekali berteriak lewat tinta. Kini, kita telah merambatkannya melalui suara. Sebuah solusi yang begitu asing, sebuah opini yang tidak biasa, sebuah fakta yang menembus pemikiran-pemikiran yang selalu sama.  Kita akhirnya maju. Mencoba mengungkapkan fakta,menguraik

Puang Gau

Begitu aku memanggilnya. Puang Gau. Bukan karena sok ningrat, tapi sebutan itu telah menyatu, mengubahnya seakan mengganti identitas. Aku ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Untuk pertama kalinya pula menginjakkan kaki di BTP Blok G No 74. Saat itu ibu datang memperkenalkanku pada puang Gau. Kata Ummi, kalau aku mau melihat kakek, lihat saja Puang Gau, dia sangat mirip dengan kakek. Oh yah, saat diperkenalkan oleh Ummi sebuah peristiwa lucu terjadi, peristiwa yang tidak akan pernah terlupa. Yah, saat itu aku, dan kedua sahabatku yang juga ikut bersamaku, Mhul dan Imonk. Kami kebetulan lulus di Bimbingan Belajar, daerah BTP. Ibu tiba-tiba ingat bahwa ada om yang juga tinggal di daerah BTP. Ibu menyarankan agar aku tinggal di sana saja. Aku setuju, dan akhirnya aku mengajak kedua temanku tersebut. Saat kami berkenalan dengan Puang Gau, kami disergap rasa takut. Walaupun puang gau sangat ramah, penampilannya yang tinggi besar, serta jiwanya yang berwibawa terkesan menyeramk

Hilang

 Seseorang meng-sms saya, "Saya hilang". Ah, akhirnya saya menemukan padanan tepat mewakili apa yang saya alami. Walaupun mungkin penyebab kehilangan yang melanda , pun persepsi kehilangan menurut si pengirim sms tersebut dengan saya berbeda. Hilang... Menurutku hilang yang sungguh merasa hilang adalah kehilangan diri sendiri. Yah, merasa hilang. Kebingungan mencari posisi, walau pun masih berada di posisi yang sama. Stagnan. Diam. Tidak tahu mesti berbuat apa. Gulau. Gelisah. Tapi anehnya, ketika mengapa dan kenapa dimunculkan, tidak ada jawaban. Hampa. Sungguh tidak bisa melakukan apa-apa, produktif ikut lenyap.. Kosong.  Semua pasti pernah mengalami? Lalu apa yang anda lakukan pada saat "Hilang"? Dan, pada akhirnya pada siapa kau adukan kehilangan itu? Lalu, terkadang rasa ego dan malu muncul, sungguh malu mengakui pada sesama manusia aku tengah hilang, pun kalau pun ingin bercerita, sungguh sulit mengungkapkan hal tersebut, Tidak ada masalah, tapi sesungguhnya b

Jawaban dari Suara-Suara itu...

Apa, Kenapa, Mengapa??? Pertanyaan –pertanyaan itu selalu saya dengarkan. Sungguh dada ini bergemuruh hebat. Yah. Karena Cinta. Semua karena Cinta. Tapi jangan salah paham ini bkan cinta biasa. Bukan cinta yang diobral sana-sini. Apa… Kenapa… Mengapa ??? Kenapa hanya ngomong, kenapa hanya aksi (demonstrasi), action dong!!! Mana aksinya, ngomong doank. Yah malam ini pertanyaan itu diucapkan tepat di depanku. Untuk apa terus mengeluarkan ide tanpa henti. Kita hidup dalam kenyataan. Bukan dalam negeri mimpi. Sekali-sekali kaki kita harus menapak pada kenyatan. Semua orang tahu bahwa Amerika dan semua konsep-isme nya merupakan biang kerok. Tapi kita bisa apa. Kenyatannya sudah begitu. Pertanyaan itu mucul menyesakkan dadaku. Membuat aliran darahku mengalir, bahkan sepuluh kali lipat lebih cepat. membuat sesuatu dalam ubun-ubunku mendidih. Separuh sedih. Separuh bahagia.Separuh emosi. Tapi sebagian lagi mencoba meredam emosi. Yah emosi bertambah. Apa lagi si pen

Maka Kita Memilih Bungkam

"Orang-orang yang akrab (saling kasih-mengasihi) pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa" (Surat Az Zuhruf ayat 67)

Aku Ingin

Aku ingin berbicara pada Angin Walau pun Ia terbang jauh, dia tidak akan mengabari tanpa ku minta Kawan, aku ingin berdiskusi Namun kau tak lagi tampak dikelopak mata Masihkah kau memperjuangkan hal yang sama Aku yakin Yah, Selalu Walau pun opini-opini kian terjebak pada kata "tidak bisa" Pada saat mata-mata itu memicing melihat ke arah kita Yah, kawan bukankah kita akan terus berjalan Dengan sebuah senyum Yah, mereka juga tersenyum 'sinis' Tapi kita, semakin maju dengan bangga, tentu dengan senyum yang sama Akh, kawan. Apa yang mereka katakan memang tidak salah, Ketika memandang arah yang kita tuju adalah sebatas Oase Saat melihat perjuangan ini adalah sebuah khayalan Tapi bukankah kita tetap yakin Walaupun bara berada dalam genggaman Nyatanya kita masih tersenyum Yah, mereka hanya melihat bara Tapi kita melihat bunga, Yah, kita melihat apa yang tidak mereka lihat Maka, mereka tidak salah bukan? Maka bukankah kita telah berjanji Perj
Seperti langit yang menggantung, Indah.. Seperti mendung yang menanti Hujan, Mungkin Atau sebuah syair yang menunggu larik... Yang ada hanya nada-nada Indah Namun tak ada rangkaian lirik Tapi biarlah, bukankah itu tetap membuat hati kita menjadi damai Bukankah kita lebih memilih untuk mendendangkan ayat-ayat Allah Yang jauh akan lebih menentramkan hati Kapan? Tidak kau atau pun aku yang mampu menjawab Yakin itu semakin terangkai Saat bungkam menjadi jawaban Sampai nanti dipenghujung jawaban Di mana waktu akan mengungkap semua... Setiap kali... Seperti menunggu baris pelangi Diantara ujung gerimis...

Just Thinking

Whats gonna be happen when i run out for the world... Just silly words...

Cerpen Ke Empatku

Ini cerpen ke empatku di Media Massa Aku ingat sekali cerpen pertamaku di mulai dari cerpen yang termuat di Identitas, koran kampus, "The Case Of Secret" terbit Akhir Desember 2009, tapi sebenarnya cerpen ini cerpen esema dulu, dari pada nganggur kukirim saja ke koran kampus, Alhamdulillah terbit. Lalu cerpen ke Dua "Pa'Bambangan" di harian fajar, aku lupa kapan terbitnya. Cerpen yang ke tiga benar-benar surprise, cerpenku dengan judul Jeritan-jeritan yang memanggil kemudian digubah oleh redaktur menjadi "Palestina Memanggilmu" terbit di harian Nasional Republika 13 JUNI 2010, jika berbinant baca silahkan search di Blog ini, saya pernah posting. Cerpen di bawah ini adalah cerpen ke Empat, Selamat Membaca. SAMPAH KASIHAN, JALAN SAYANG (Pa’bambangang Bagian 2) Berita Terkait: » Dosa Warisan Dua orang gadis sedang bepergian ke suatu tempat, hendak membeli sesuatu. Gadis yang satu memakai jilbab hitam dengan kerudung pink yang satunya lagi memak