Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Mengingat Kebaikan

Rasanya aku ingin kembali menulis blog. Mengungkapkan isi hati, agar bisa membuat segalanya lebih baik. Walaupun sebenarnya kehidupanku sangat baik. Allah Maha Baik. Hanya, kadang Allah memberikan kita perasaan kurang nyaman agar bisa kembali pada-Nya, berdoa, bersimpuh, belajar kembali. Yah, aku ingin kembali menulis blog. Menuliskan dengan jujur tanpa harus berpura-pura sangat bijak. Yah, kadang-kadang, kita harus menulis tanpa beban, agar bisa bernafas lega. Dan blog ini semacam tempat persembunyian yang bisa mengungkap bagaimana kehiupanku, sisi gelap barangkali, karena aku tahu, tidak akan banyak orang yang akan membukanya. Walaupun aku berharap aku tetap bisa menulis dengan terkontrol agar tulisanku dapat terus mengucurkan pahala yang tidak ada habisnya jika isinya adalah kebaikan.  Hm. Malam ini aku akan menuliskan kebaikan-kebaikan suamiku. Satu persatu, bukan untuk pamer. Tapi sebagai pengingat, agar aku bersyukur sungguh Allah telah memberiku pasangan terbaik. Agar syetan tid

My Perfect Religion

Setiap saya merasakan terlalu bahagia yang sangat Saya lalu bersyukur, juga beristigfar Saya teringat bahwa segala sesuatu yang terlalu itu tidak baik Yah, saya lalu berpikir sungguh Islam adalah agama yang sempurna, anjuran-anjurannya perpaduan yang sangat seimbang. Yang mampu memuaskan akal dan mampu menyejukkan hati. Ketika bahagia kita harus mengingat Allah, mengucapkan Alhamdulillah, kembali teringat bahwa segala sesuatu adalah ciptaannya. Ketika kita merasa kecewa, kita lalu mengucapkan astagfirullah, memohon ampun atas salah dan khilaf kita, juga sebuah ungkapan untuk tidak menyerah dalam kondisi apapun. Karena Allah ada bersama kita.

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya