Malam ini aku bertemu sepotong hati. Awalnya hati itu hanya tersenyum manis, hati itu lalu menyapaku. Tapi aku hanya diam, mengacuhkannya tapi juga tak urung mengusirnya. Aku ke kampus dia mengikutiku, aku pulang ke ke rumah dia ternyata ikut, ternyata dia selalu bersembunyi di balik ransel yang aku bawa. Mulanya, aku memang merasa heran mengapa ransel yang kubawa bertambah berat, ternyata hati seberat 0, 64 kg itu menyusup tanpa aku ketahui. Ahk,,, aku masih diam, dia juga tak urung bicara, sungkan mungkin. Lalu aku mencoba tidur, ternyata dia masih bersembunyi di balik selimutku. Aku pura-pura tak menyadarinya. Namun, saat aku terbangun aku tak menjumpainya lagi. Hati itu tidak berada di sini lagi. Aku mencarinya di ransel tapi dia tidak ada, aku lalu mencarinya di dapur, mungkin dia lapar! Pikirku, tapi, ternyata tidak ada juga. Di mana yah perginya hati itu? Aku tidak ambil pusing, mungkin hati itu telah bosan terhadapku.
Akirnya, hari demi hari berlalu tanpa sang hati, tapi aku tidak rindu, sepertinya…
uh. Sampai aku melihatnya di sebuah tempat, dia berlari kearahku, terus mengekor. Akhirnya aku berhenti, dia menatapku lekat-lekat, tapi aku masih pura-pura tidak tahu. Hei, sapanya dengan ringan, seakan tidak ada apa-apa, aku masih tidak menanggapinya. Aku hanya berlalu, tapi ia masih mengikutiku.
Aku tahu kau pasti mencariku, ia kan, kata hati itu dengan bangga…
Aku tak punya waktu untuk meladeninya. Dia terus saja berbicara…
“Maaf tiba-tiba aku pergi.”
Aku masih mengacuhkannya, bahkan kali ini lebih parah aku berpura-pura tidak melihat dan mendengarnya aku seakan-akan tidak menyadari keberadaannya. Tapi dia tetap saja bercerita.
“Kau tahu aku dari mana?”
Aku lalu membelakanginya. Tapi ia lalu berpindah ke hadapanku
”Aku tahu kau mencariku? Maaf, aku akan bercerita padamu, meneritakan semuanya. Maaf aku meninggalkanmu ,Aku pergi menusuri sebuah tempat. Sebuah tempat yang sangat indah. Aku mencoba memasuki bilik demi bilik tempat itu. Hah, semua sangat indah. Namun sayang tempat itu tak berpenghuni, sepi… Aku hanya menemukan seorang wanita tua disana, Di wanita itu tinggal dengan damai. Di sana ada sebuah ruangan yang begitu besar, ternyata pintu itu terbuka untukku, aku lalu masuk, em, aku menikmati tempat itu, sebuah tempat yang paling istimewa. Aku sempat berfikir tidak akan pergi meninggalkan tempat itu, tapi sebuah peristiwa mengingatkanku padamu. Kau tahu, tempat itu aneh, lambat laun kenyamananku terusik oleh cuaca dingin, sangat dingin, sampai akhirnya aku hampir mati dalam kebekuan, aku telah mencintai tempat itu, namun dia memaksaku keluar. Entah kenapa? Tapi aku harus pergi agar dapat hidup.”
Aku mendengar semuanya, tapi aku tidak peduli entah hati itu dari mana tapi aku tidak ingin tahu. Aku tidak peduli. Yah aku tidak peduli.
Tapi dia masih terus bicara
“Hei, kau masih sama seperti saat ku tiggalkan, masih penuh kepura-puraan ah, Kau tahu di mana tempat itu?”
Tempat itu tepat berada di dasar hatimu.
Aku terperanjak. Namun ia pergi berlalu,,,
Aku masih diam saja, membiarkannya pergi
Tapi kali ini aku menatapnya lekat-lekat menatap punggung tubuhya yang tidak akan pernah berbalik, melihat setiap langkahnya yang tidak akan pernah akan kembali…
Tanpa terasa sejumput air mata membasahi pipiku
Maaf sayang aku takut jatuh cinta,,, ini kata pertama dan terakhir yang pernah kuucapkan untuknya.
Yah rasa cinta ini membuatku takut, aku memilih bisu.
Akirnya, hari demi hari berlalu tanpa sang hati, tapi aku tidak rindu, sepertinya…
uh. Sampai aku melihatnya di sebuah tempat, dia berlari kearahku, terus mengekor. Akhirnya aku berhenti, dia menatapku lekat-lekat, tapi aku masih pura-pura tidak tahu. Hei, sapanya dengan ringan, seakan tidak ada apa-apa, aku masih tidak menanggapinya. Aku hanya berlalu, tapi ia masih mengikutiku.
Aku tahu kau pasti mencariku, ia kan, kata hati itu dengan bangga…
Aku tak punya waktu untuk meladeninya. Dia terus saja berbicara…
“Maaf tiba-tiba aku pergi.”
Aku masih mengacuhkannya, bahkan kali ini lebih parah aku berpura-pura tidak melihat dan mendengarnya aku seakan-akan tidak menyadari keberadaannya. Tapi dia tetap saja bercerita.
“Kau tahu aku dari mana?”
Aku lalu membelakanginya. Tapi ia lalu berpindah ke hadapanku
”Aku tahu kau mencariku? Maaf, aku akan bercerita padamu, meneritakan semuanya. Maaf aku meninggalkanmu ,Aku pergi menusuri sebuah tempat. Sebuah tempat yang sangat indah. Aku mencoba memasuki bilik demi bilik tempat itu. Hah, semua sangat indah. Namun sayang tempat itu tak berpenghuni, sepi… Aku hanya menemukan seorang wanita tua disana, Di wanita itu tinggal dengan damai. Di sana ada sebuah ruangan yang begitu besar, ternyata pintu itu terbuka untukku, aku lalu masuk, em, aku menikmati tempat itu, sebuah tempat yang paling istimewa. Aku sempat berfikir tidak akan pergi meninggalkan tempat itu, tapi sebuah peristiwa mengingatkanku padamu. Kau tahu, tempat itu aneh, lambat laun kenyamananku terusik oleh cuaca dingin, sangat dingin, sampai akhirnya aku hampir mati dalam kebekuan, aku telah mencintai tempat itu, namun dia memaksaku keluar. Entah kenapa? Tapi aku harus pergi agar dapat hidup.”
Aku mendengar semuanya, tapi aku tidak peduli entah hati itu dari mana tapi aku tidak ingin tahu. Aku tidak peduli. Yah aku tidak peduli.
Tapi dia masih terus bicara
“Hei, kau masih sama seperti saat ku tiggalkan, masih penuh kepura-puraan ah, Kau tahu di mana tempat itu?”
Tempat itu tepat berada di dasar hatimu.
Aku terperanjak. Namun ia pergi berlalu,,,
Aku masih diam saja, membiarkannya pergi
Tapi kali ini aku menatapnya lekat-lekat menatap punggung tubuhya yang tidak akan pernah berbalik, melihat setiap langkahnya yang tidak akan pernah akan kembali…
Tanpa terasa sejumput air mata membasahi pipiku
Maaf sayang aku takut jatuh cinta,,, ini kata pertama dan terakhir yang pernah kuucapkan untuknya.
Yah rasa cinta ini membuatku takut, aku memilih bisu.
Komentar