Langsung ke konten utama

Awal Tahun yang Menyenangkan: Sebuah Kisah Inspiratif

Persis sama ketika Conan berhasil memecahkan misteri, akan ada sebuah garis putih bercahaya terintas di tengah hitam...
Blitzz... sebuah ide muncul,
Mungkin sedang di kampus sedang berdiskusi dengan teman
Mungkin warung, lalu menunggu makanan
Atau mungkin sedang rapat, atau seminar atau di mana saja..
Sebuah tokoh muncul, lalu berkonflik dengan tokoh lainnya membangun sebuah cerita,
Para tokoh, bahkan nyaris saling bunuh dalam imajinasi,
Akh, pas nyampai di rumah aku akan tulis semua ceritanya,

Di lain situasi seorang gadis tengah menulis konflik tokoh-tokoh di sebuah kertas, lalu dia berkhayal seandainya aku punya laptop, pasti tulisanku akan sangat banyak...
Beberapa bulan kemudian, gadis itu akhirnya memiliki laptop,
Yah, aku ngak bawa laptop...
Ups, makanannya datang nulisnya entar aj deh...

Dua hal di atas adalah dua hal klasik yang sering di jadikan alasan untuk menunda menulis, termasuk pun diriku,, hehe

Ide bisa muncul kapan dan di mana saja, terlambat menuliskannya sebentar saja hal tersebut berakibat fatal menguapnya ide seketika,,, Alasan sibuk dan mengerjakan pekerjaan lainpun menjadi alasan pembenaran,,, jadinya yah,,, ide yang berpotensi jadi cerpen Nasional ludes seketika....

Fasilitas, Laptop tentunya, hal ini juga sering di jadikan alasan para calon penulis untuk tidak menulis akhirnya sayang sekali hanya bisa jadi calon. Waktu belum memiliki laptop, selalu bercita-cita memiliki laptop dengan alasan jika memiliki laptop bisa ketik langsung dan lebih mudah, tidak usah mengetik ulang., yakin semakin produktif. Akhirnya Alhamdulillah, laptopnya sudah berada di tangan, tapi sayangnya, sang laptop ternyata lebih sering di tinggal sendiri dengan alasan berat, akhirnya menulis di tunda, sampai di rumah badan sudah capek, yah menulisnya besok aja deh, pagi datang, hal kembali berulang.

Setitik penyesalan "Ternyata waktu saya belum punya laptop saya lebih produktif, kata sang gadis.."

Situasi lain, seorang pria sedang naik bus, dari suatu daerah ke daerah lain, sekitika muncul ide, diambilnya pulpen dan kertas, di sepanjang jalan dia terus menulis, tak sedikitpun ia rela melewatkan idenya. Wah, hebat, dari perjalanan yang hanya sekitar beberapa jam sekitar tujuh puluh persen tulisan yang bergendre novel sudah selesai. Sesampainya di rumah pria itu kemudian mengetik, menambah, memperbaiki, memperindah dan melengkapi naskah novel tersebut, akhirnya jadilah sebuah novel, hebatnya lagi novel tersebut laku keras, best seller bahkan sekarang novel tersebut di Filmkan.

Coba tebak Film apa yang lagi tayang minggu in (awal januari 2101)?
Yups, Dalam Mihrab Cinta,,,

Yah itulah sepenggal kisah inspratif Kang Abiek yang sempat dibagikan kepada kami (FLP-ers), pada hari Selasa, 3 Januari 2011, bada subuh, bertempat di Hotel Santika Makassar.

"jangan kira Ayat-Ayat cinta best seller seketika" untuk bisa jadi penulis diperlukan perjuangan berdarah-darah sebelumnya. Saya bahkan kembali ingin rasanya menjadi Mahaiswa, masa-masa produktif, saat itu kita masih punya banyak waktu luang, bebas membaca sebanyak-banyaknya menimba ilmu untuk bekal menulis, berorganisasi dan mencari pengalaman, semua hal itu akan sangat berguna untuk bekal kepenulisan" lanjutnya kemudian,

"Makasih, uztad atas kisah Inspiratif dan Nasehatnya, makasih sudah meluangkan watu bertemu dengan kami..." kataku dengan wajah ceria

"Makasih juga sudah dikunjungi"
Balasnya dengan senyum yang tak kalah ramahnya,,

Note: Redaksi percakapannya sedikit digubah dan diimprofisasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya