Langsung ke konten utama

My Family... Miss U...


Tiada tempat sehangat dalam pelukanmu
Sambil mengelus wajahmu yang mulai menua namun masih ada sisa-sisa kecantikan di sana,
sungguh malam ini aku ingin merasai dekapan itu ibu
sambil kau elus rambutku dengan jari-jarimu
Lalu kau menatap mataku dengan penuh cinta ibu,

Itulah cinta yang tak bersyarat yang selalu mengalir untukku. Bak matahari yang tidak pernah mengeluh memberikan sinar. Aku tahu setiap sujud panjangmu tak pernah terlewat tanpa penyebutan namaku,l alu setelah itu kau akan bangun dan berbagai ayat di ubun-ubunku. Ibu, hatimu luas, lebih luas dari jagat raya. Aku ingat sewaktu kecil kau memilin jari-jariku, kau bilang agar besar nanti jariku akan lentik. Kau juga mengurut betisku, katanya agar tidak tampak besar.

Setiap minggu kau akan menyantani kepalaku dengan kelapa yang kau bakar lalu kau kunyah, setelah itu airnya kau tumpahkan di kepalaku agar rambutku hitam terawat katamu. Lalu ampasnya kau sapukan ke seluruh tubuhku agar kulitku halus dan licin. Ibu aku mengikut saja, jujur aku menikmatinya. Sampai aku membesar tidak ada lagi ritual itu.

Ritual berganti, kau menceritakanku tentang berbagai kisah. Kau bilang perempuan itu bagai telur ketika ia telah jatuh sekali maka hancurlah ia, kau menceritakannya saat melihat aku sudah memperlihatkan gejala jatuh cinta. Ibu, kau tahu segalanya tentang diriku, walaupun tak sepatah kata pun keluar dari bibirku. Bu, sungguh malam ini aku merindukanmu. Mendengar kisah-kisahmu. Sungguh walau kisah-kisah itu sudah berulang kali aku dengar aku tak akan pernah bosan. Aku menikmatinya sambil saling berebut mendekap tubuhmu dengan adikku, aku berhasil mengalahkannya dengan senyum puas.

Ibu bilang, aku sudak lama tidak bertemu denganku, jadi Pila harus mengalah sebentar untuk kakaknya. Lalu aku akan memanyunkan mulutku pada anak 8 tahun yang menggemaskan itu, sebuah tanda kemenangan, bahwa aku mengalahkannya dengan telak. Setelah itu Pila akan mengambek dan menagis berteriak "Ummiku" lalu aku membalas, we "Ummiku". Lalu Pila akan menangis lebih keras, lalu mengambek. Setelah itu tentunya aku akan mengejarnya, lalu menenangkannya, lalu berkata denan sok bijak. Pila kan sama Ummi terus, kakak kan udah lama ngak ketemu. Lalu dia akan luluh, dan aku akan mengiringnya kembali kepadamu ibu. Lalu kami saling berpeluk. Seketika itu Aan juga akan datang menghambur di pelukanmu.

Saat kami berhenti dia masih memelukmu, dan ssaat dia tertangkap mata dipelototi oleh kami, dia akan buru-buru melepaskan pelukannya dan berlalu sok cool. Aan, anak 10 tahun itu selalu sok cool, ngak mau di bilang manja, gengsi juga kalau bilang sayang. Setelah dia berlalu, kami akan tertawa... Oh ia, Pila juga terkadang bilang, "Ummi diantara saya, Deng Wati, Deng Asrul, Aan, yang mana yang paling kt sayang?" tanyanya dengan polos.

"Yah, ummi sayang semuanya,,"
" Ih. Ummi Toh, yang paliiiiing kt sayang. "
"Ia ummi paling sayang anak bungsuku"

Lalu Pila akan menjulurkan lidahnya ke arahku, tanda balas dendam telah terbalas"
Aku tidak mau kalah, aku membuat kode mata dengan Ummi, tanda Ummi... Hehe
Pila mengangis kesal... hehe aku suka mengganggunya, lalu merajuknya lagi...
Ibu, untung kau telah memiliki pangeran dan putri yang lain yang paling tidak bisa menghiburmu setelah kepergian kami, Dik, jaga Ummi yah...

Sungguh, Malam ini aku rindu kalian...
Makassar, 22.34

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya