Langsung ke konten utama

NII: Hasil Cloning Intelijen

Pada Rabu malam/malam Kamis, 20 April 2011 TV-One menayangkan talkshow tentang Negara Islam Indonesia (NII). Mendengar penuturan narasumber (sayang saya tidak sempat catat namanya) yang katanya sekitar setahun mencemplungkan dirinya dalam NII, maka kita akan terkicuh, termasuk pula KH Ahmad Hasyim Muzadi yang peserta talkshow itu rupanya terkicuh juga.

Firman Allah:
-- YAYHA ALDzYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA AN TShYBWA QWMA BJHLt FTShBhWA 'ALY MA F'ALTM NADMYN (S. ALhJRAT, 49:6), dibaca: yaa.ayyuhal ladziina aamanuu in jaa.akum faasiqum binabain fatabayyanuu an tushiibu qawman bijahaalatin fatushbihuu 'alaa maa fa'altum naadimiin, artinya:
-- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan annaba', maka lakukanlah tabayyun, jangan sampai kamu tanpa pengetahuan menimpakan musibah kepada suatu kaum, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu.

Tabayyun adalah bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf:[BA-YA-NUN = jelas]. Tabayyun bermakna mengusut, mencari kejelasan tentang suatu annaba'. Dalam bahasa komunikasi politik kontemporer annaba' disebut "bisikan-provokasi" dan tabayyun disebut "klarifikasi".

Maka perlu dilakukan tabayyun atas annaba' yang diutarakan oleh narasumber dalam talkshow tsb, yang reputasinya tidak dikenal, karena baru sekali itu muncul. Annaba' tsb dilakukan tabayyun terhadap Mustofa B Nahrawardaya yang reputasinya cukup dikenal sebagai Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), sekaligus pengurus Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah yang juga staf Ahli DPR RI.

Sesunguhnya NII itu ada dua jenis, NII asli dan NII kontemporer hasil kloning NII asli. Dicuplik dari tulisan Mustofa B Nahrawardaya, maka simaklah yang berikut ini:

Semenjak pergantian imam dari Kartosoewirjo kepada para penggantinya sebelum terbentuk Komandemen Wilayah IX (atau lebih dikenal NII KW9), NII sudah tidak lagi murni. Gerakan pembentukan negara di bawah bendera agama Islam itu, sudah disusupi (diinfiltrasi) oleh intelijen. Alhasil, NII bentukan intelijen ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semula dirintis Kartosoewirjo, Daud Beureuh, hingga era Seno/Basyra yang tertangkap aparat sebelum awal tahun 80-an.

NII hasil kloning bentukan intelijen itu, sengaja dipelihara untuk pembantaian terhadap citra NII yang asli, dan itu sarat dengan kepentingan politis. Masyarakat pun dibuat jengkel dan marah terhadap NII, karena mengkampanyekan karakter NII yang suka mencuri, membaiat dengan cara khusus, mengkafirkan orang, pengumpulan dana secara massal, atau perekrutan menggunakan model indoktrinasi. Padahal NII rintisan Kartosoewirjo tidak mengajarkan seperti itu.

Korban-korban rekrutan NII mengesankan masih eksisnya NII. Padahal, kepolisian sudah menerima banyak laporan korban perekrutan NII, namun terbukti sampai sekarang polisi juga belum bisa menemukan dan menangkap gembongnya. Patut diduga, aparat sengaja memelihara isu NII untuk digunakan sebagai wahana penutup terhadap kasus lain yang menjadi sorotan masyarakat. Apabila memang serius menghentikan praktek makar NII, pemerintah pasti sudah melibasnya. Termasuk Kapolda Metro Jaya, apabila memang sudah lama mengendus keberadaan NII, segera saja tangkap dan adili dengan fair.

Kesimpulannya, NII yang ada saat ini tidak lain tidak bukan adalah NII kloningan bentukan intelijen. Masyarakat awam yang menjadi korban perekrutan akan mengira ini adalah ulah NII. Padahal bukan.

"Maka dari itu, seandainya ada anggota keluarga yang konon menjadi korban perekrutan NII dengan ciri-ciri linglung, atau bicaranya ngelantur soal pria berjenggot, soal pengajian, soal ustadz, soal jamaah, soal NII,....eits, jangan langsung menuduh itu kerjaan NII. Kasihan NII aslinya. Sudah tidak ada, masih juga difitnah. Kasihan kan?" tutup Mustofa B Nahrawardaya
http://www.detiknews.com/read/2011/04/14/164023/1617694/10/organisasi-nii-sudah-wassalam-nii-kw1-sengaja-dibuat-intelijen?991101mainnews

Azyumardi Azra dalam talkshow di TV-One pada malam Senin 24 April 2011 memperkirakan dana yang dikumpulkan itu ada benang merahnya dengan pembangunan Pesantren Al-Zaitun. Konstatering Azyumardi Azra tsb nampaknya tidak meleset, karena dikuatkan dengan praktek pemerasan atau eksploitasi dana ummat dengan mengatasnamakan gerakan NII yang bermuara ke Al-Zaytun pimpinan Abu Toto Alias Panji Gumilang yang notabene adalah pemain tingkat tinggi yang bermain dengan pihak aparat. Ini menurut penuturan Umar Abduh pada acara bedah buku di Pemda Indramayu hari Selasa tanggal 2 Okt 2001. Lagi pula ada kecocokan informasi dari yang pernah terseret dalam NII Kontemporer, yaitu peserta talkshow remaja puteri (lagi-lagi saya tidak catat namanya) malam Senin itu dengan penuturan Umar Abduh mengenai munakahat (pernikahan) dalam kelompok NII Al-Zaitun Abu Toto.

From: "Tawangalun"
To:
Sent: Sunday, April 24, 2011 4:57 AM
Subject: [Sabili] Re: inilah.com Membuka Kembali Kisah NII & Ponpes Al-Zaytun

Anak saya no 2 juga pernah dibujuk orang NII masuk disarangnya NII. Diindoktrinasi oleh Ketuanya (mungkin bernama Panji Gumilang). Habis itu dimintai duwit. Wah jang NII memang bangsat elek. Padahal Ketua MUI Jabar pak Athian sudah bikin laporan detail soal NII dan Zaitun.

***

NII hasil kloning ini memperkeruh suasana membentuk stigma pada gerakan untuk menegakkan Syari'at Islam seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Komite Persiapan Penegakan Syari'at Islam (KPPSI). Aktivitas HTI dalam upaya menegakkan Syari't Islam dengan mnganjurkan sistem Khilafah tidak ada yang melanggar hukum positif, sedangkan KPPSI menempuh koridor konstitusional dalam upaya menegakkan Syari'at Islam.

WaLlahu a'lamu bishshawab.

Source : http://waii-hmna.blogspot.com/
Rubrik Wahyu dan Akal, Iman dan Ilmu By H.M Nur Abdurrahman Rubrik
Fajar, 1 Mei 2011
Judul Asli : Organisasi NII Kontemporer

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya