Langsung ke konten utama

Umat Islam, Dikritik Makin Bangkit

Miris sekali melihat aksi-aksi teror yang terjadi belakangan ini, terlebih melihat pemberitaan media yang selalu menyudutkan satu golonan tertentu. Serangkaian kasus kekerasan terus merebak, mulai dari kasus bom buku hingga bom bunuh diri yang baru-baru ini terjadi ( 15 April 2010), masyarakat menjadi resah, saling tuding terjadi, kedamaian terenggut. Yang membuat lebih geram adalah Islamlah kembali yang menjadi sorotan atas semuanya. Sudah terlalu sering, makar demi makar digelar bagai sebuah drama yang pada klimaks memojokkan Islam kembali. Ummat Islam diharapkan tidak terlalu cepat terprovokasi oleh media yang memang sejak awal dirancang untuk terus memojokkan islam.



Syarif sang pelaku dalam pemberitaannya lalu dihubungkan dengan kegiatan pengajian yang ia lakukan. Padahal pengajian dan mendengar khutbah-khutbab para ulama di masjid-masjid merupakan kegiatan yang sewajarnya dilakukan seorang Muslim . Siapa sih yang nggak pernah ikut pengajian dan mendengar cermah? Jadi kalau tiba-tiba salah seorang jamaah melakukan sesuatu yang terkait dengan bom, kekerasan atau yang lainnya jangan dikaitkan langsung dengan ceramah atau pengajian yang pernah diikutinya.



Hati-hati, mari kita analisa secara mendalam dan cerdas, bisa jadi tindakan ini bertujuan untuk mengadu domba antara kelompok-kelompok Islam dengan pihak kepolisian. Bisa juga untuk makin mematangkan situasi dan kondisi masyarakat menjelang pengesahan RUU Intelijen. Hal yang menjadi pertanyaan pula begitu lengkap dan detilnya dokumentasi yang ditampilkan di tv-tv tentang prilaku pelaku peledakan (menurut polisi M. Syarif) pada setiap aksi-aksi yang dilakukakan umat Islam Cirebon. Di situ terlihat M. Syarif begitu garang dan kasar.



Sampai saat ini kelihatannya, Indonesia semakin terbius saja oleh slogan George Wlaker Bush “War on Terrorism” kepada satu dasawarsa silam. Islam menjadi sasaran paling eksotik untuk diperjualbelikan dalam perdangan “politik” internasional, dan menjadi kambing hitam untuk semakin mengukuhkan penjajahan terhadap dunia ketiga oleh kaum kapitalis. Masih teringat dengan jelas Invasi AS terhadap Afganistan dan Irak dan negara-negara Islam setelah tragedi 11 September 2001, AS dengan dalih memerangi terorisme, dan bahaya senjata nuklir yang tidak pernah terbukti kebenarannya. AS memanfaatkan kondisi tersebut seraya melancarkan invasi ke negara lain sambil membantai warga sipil yang tak berdosa. Dengan kata lain, Gedung Putih membalas teror dengan teror, kekerasan dengan kekerasan, bahkan dengan semena-mena menjadikan warga sipil sebagai korban terbesar. Lalu siapakah teroris sebenarnya?



Simaklah ayat dalam Al-Quran:

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.(QS: Al-Maidah:32)



Jelaslah, secara gamblang ayat menjelaskan bahwa sama sekali Islam tidak pernah mengajarkan untuk melakukan aksi pemboman, tindak kekerasan ataupun bom bunuh diri, terlebih itu dilakukan saat orang-orang sedang melaksanakan sholat Jum’at di dalam masjid, dan tindakan itu menimbulkan kematian atas dirinya. Atas tindakan peledakan bom di masjid Mapolresta Cirebon, ormas-ormas Islam mengutuk dengan keras pelaku bom bunuh diri itu sebagai tindakan biadab dan sangat bertentangan dengan ajaran Islam.



Seiring dengan pertumbuhan dan ketertarikan para pemuda untuk mempelajari Islam yang memang merupakan sebuah kewajiban, isu-isu mendeskreditkan islam semakin booming. Dampaknya, para orang tua terpengaruh serta melarang anaknya mengikuti pengajian, kekhawatiran yang berlebih pun juga diperlihatkan ketika anak gadisnya memakai hijab dengan syar'i seharusnya, padahal orang tua seharusnya mendukung ketika seorang hamba ingin mendekatkan diri kepada Rabb-nya. Namun, bagaimanapun makar dan propoganda yang mereka ciptakaan Allahlah yang menentukan segala sesuatu. Allah-lah yang menjaga agama ini, hingga titik-titik cahaya kebenaran tidak pernah redup.



Inilah fenomena yang harus dihadapi oleh para pengemban dakwah, kritik demi kritik tertuju pada pergerakan-pergerakan Islam. Tapi sebagai pengemban risalah mulia para nabi, pejuang Islam harus teguh bak batu karang melawan semua arus dengan kekuata cinta. Tunjukkan pada dunia bahwa para pemuda-pemuda muslim adalah para pemuda dengan ahklak terbaik, kecerdasan yang tak tersaingi serta ibadah tertinggi. Kejayaan Islam tidak mungkin akan direngkuh manakala prajuritnya hanya melakukan hal yang biasa. Lakukanlah hal-hal luar biasa, tepiskan semua stigma negatif terhadap muslim. We are proud to be a moslem. Kritikan dan tuduhan yang menimpa perjuangan kita saat ini tidak akan pernah sebanding dengan pengorbanan para Mujahidin yang merelakan harta, benda serta darah demi menegakkan syariat dan hukum Allah. Para pengemban dakwah saat ini hanya dihadapkan pada pertarungan opini secara intelektual, berperang denan pena, bukan lagi dengan pedang. Mari kokohkan niat, Makin di Kritik Ummat Islam harus makin bangkit. Allahu Akbar. Mari gemakan takbir di bumi Allah.



MAkassar, 19 April 2011

Mencoba Menjawab Keresahan Hati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya