Langsung ke konten utama

Hilang

 Seseorang meng-sms saya, "Saya hilang".
Ah, akhirnya saya menemukan padanan tepat mewakili apa yang saya alami.
Walaupun mungkin penyebab kehilangan yang melanda , pun persepsi kehilangan menurut si pengirim sms tersebut dengan saya berbeda.
Hilang...
Menurutku hilang yang sungguh merasa hilang adalah kehilangan diri sendiri.
Yah, merasa hilang.
Kebingungan mencari posisi, walau pun masih berada di posisi yang sama.
Stagnan. Diam.
Tidak tahu mesti berbuat apa.
Gulau. Gelisah.
Tapi anehnya, ketika mengapa dan kenapa dimunculkan, tidak ada jawaban.
Hampa.
Sungguh tidak bisa melakukan apa-apa, produktif ikut lenyap..
Kosong. 
Semua pasti pernah mengalami?
Lalu apa yang anda lakukan pada saat "Hilang"?
Dan, pada akhirnya pada siapa kau adukan kehilangan itu?
Lalu, terkadang rasa ego dan malu muncul, sungguh malu mengakui pada sesama manusia aku tengah hilang, pun kalau pun ingin bercerita, sungguh sulit mengungkapkan hal tersebut,
Tidak ada masalah, tapi sesungguhnya bermasalah
Merasa bermasalah, namun sebenarnya semuanya baik-baik saja.
Maka ketika suatu saat keadaan itu datang menghampirimu,
Sungguh adukanlah pada Allah semata, tumpahkan segala kegundahan, luapkan segala kegelisahan,
Kebali ke titik nol, bahwa manusia hanya akan menjadi kosong ketika Allah tidak memberi
Adukan kepada-Nya, kepada satu-satunya dzat yang pantas.
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”(Q.S Al-Faatihah : 5)
Minta petunjuk-Nya, Mohon pertolongannya, dengan merangkak, bersujud memohon, menangis, seperti hamba sesungguhnya, hamba yang memohon kepada tuhannya. 
Mungkin, hilang itu tidak serta merta menghilang, namun ada rasa lega.
Dan yakinkan di dalam dada bahwa terus bersama-Mu dalam segala kondisi.
Seberapa besar pun kehilangan itu, namun percayalah bahwa kau tidak akan pernah kehilangan Allah, meskipun terkadang manusia menghilangkan-Nya di hati.
Namun sesungguhnya Allah akan datang kembali ketika engkau kembali menghampirinya dengan kesungguhan...
Dan ketika hilang itu enyah, seperti doa yang dipanjatkan. Maka terbebaslah hati, seperti sepercik embun sejuk di pagi hari. Dan kesalahan-kesalan akhirnya terputar bagai video, menemukan jawaban kenapa dan mengapa. Sebuah pelajaran yang selalu Allah berikan atas setiap cobaan.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah[2]: 186).
 
Makassar Dini hari 23:49, 17 September 2011,
Tulisan pertamaku setelah, Hilang yang membadai dalam jiwa pergi...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya