Langsung ke konten utama

Puisi dan Perempuan


Ini tentang puisi-puisi, sajak-sajak, kata-kata bermakna ambigu atau apa pun namanya.
Beberapa hari ini, tanpa terencana aku bertemu dengan perempuan-perempuan
Hari ini mata mereka sembab,
Sebelumnya kudapati mereka menceritakan dengan riang puisi-puisi yang kau kirim untuknya
Sebuah puisi dengan tinta merah jambu
Mengundang sejuta desiran lembut
Aku tidak pernah bertanya, mengapa mata indah itu selalu basah
Tapi aku juga perempuan, mata itu memberitahukan semuanya
Kau tahu apa yang terjadi, mereka menceritakan puisi yang sama kepadaku
Ah, perempuan
Kau.... (tersenyum sinis) Aku tahu... dan akhirnya mereka juga tahu
Ah, perempuan
Dan mereka semua memberi maaf
Heran

Ini tentang puisi-puisi
Jika suatu hari kau berniat mengirimkannya padaku
Hanya satu yang kuminta padamu
Simpan saja ia di hatimu sampai nanti puisi itu pantas untukku
Kau tahu, aku belajar dari perempuan-perempuan yang kutemui
Mereka menemukan ribuan puisi dihalaman rumah mereka
Mereka begitu menikmati,
Bagai bunga di musim semi, puisi-puisi itu mengeluarkan wangi semerbak tentang indahnya menanti

Kau boleh berbangga
Bahkan pun bidadari bersedia turun untuk mendengarkannya puisimu
Tapi kami bukan bidadari
Kami hanya tulang rusuk bengkok di akhir zaman
Tak punya apa-apa
Hanya iman yang masih tertancap kokoh di hati kami
Berharap ditemukan

Tapi mereka tetap perempuan
Sampai tiba pada suatu hari
Puisi-puisi itu menjadi beling-beling beracun

Mereka terpenjara
Ada yang mencoba melangkah
Kaki-kaki yang indah itu....
Kau tahu, ada bagian yang terluka, terkoyak dan hancur
Tepat di jantung hati

Mencoba, acuhkan saja puisi-puisi itu
Kita tidak pernah bisa melarang apa-apa
Kita tidak pernah tahu kapan ia datang lagi
Sesekali, mari kita ganti tinta puisi itu dengan warna merah darah
Untuk sebuah debaran kebangkitan
Bukan merah jambu yang selalu mengundang irama yang tidak kita inginkan

Yang jelas, aku selalu ingat pesan Ibu
Sebuah pesan dengan makna sama dari ayat langit,
Kalau dia adalah Lelaki
Bukan puisi yang sampai padamu
Tapi dia akan datang membawa dirinya kerumahmu
Mengikrar janji dihadapan Rabb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya