Langsung ke konten utama

Titip Rindu untuk Rasul: Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan (Resensi Novel Biografi Rasulullah SAW)

 
Siapakah lelaki agung yang dengan tangannya dapat membelah bulan? Siapakah gerangan lelaki lembut penebar pesona yang dengan akhlaknya memenuhi hati sahabat dan pengikutnya dengan cinta yang begitu membara hingga harta, jiwa dan segala jadi taruhan? Siapakah gerangan lelaki tangguh sepanjang zaman yang begitu disegani dan kehadirannya sangat dinantikan pun oleh musuh, bahkan dititik akhir sang musuh akan menyerah, menyatakan cinta yang mendalam padanya? Siapakah lelaki yang begitu dirindukan, yang dengan lisannya begitu yang mulia dan tak pernah terucap dusta menjadi perantara firman-firman Allah?

Rindu kami padamu ya Rasul rindu tak terperi, beribu jarak darimu ya Rasul, serasa Dikau disini.
 
Sebuah potongan lirik lagu Bimbo dapat mewakili sedikit kerinduan yang begitu membuncah terhadap Rasulullah. 

Kenalkah Kau pada Rasul? Pernahkah Kau membaca sirohnya? Pernahkah Kau menelusuri setiap detail tentangnya? Sudahkah kau tahu siapa sahabat dan musuhnya? Baiklah, tak perlu dijawab. Silahkan simpan jawabannya untukmu seorang. Jika pertanyaan itu diarahkan pada saya sekitar lima hingga empatbelas tahun yang lalu, saat masih berada di bangku sekolah. Jawaban saya akan sangat singkat, Muhammad SAW adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah. Yang saya tahu hanya sebatas itu, selebihnya cerita-cerita tentangnya yang begitu jarang saya dengar, walaupun sangat menggugah dan berpengaruh besar untuk ukuran anak-anak, jujur, saya pikir itu hanya cerita-cerita dongeng pengantar tidur. Naudzubillah.

Mungkin bukan hanya saya yang merasakannya, jutaan ummatnya yang lain juga merasakannya. Namanya disebut setiap hari dalam shalat. Namun, adakah sebersit niat untuk mengenal lebih jauh sosok Rasulullah? Semoga. Pelajaran agama di sekolah memang sesekali mengungkapkan potongan-potongan cerita tentangnya. Namun tak cukup utuh, pun tak ada pelajaran khusus tentang siroh Nabawiah. Kalaupun ada, waktunya akan sangat terbatas, dan pemahaman menjadi sekadarnya. Sekedar tahu, sekedar hafal dengan harapan dapat meraih nilai agama yang baik. Apalagi jika bersekolah di sekolah negeri yang memang memisahkan kehidupan agama dan dunia (baca sekularisme). 

Bagi yang ingin tahu, tidak ada larangan untuk mempelajarinya, bahkan sebuah anjuran. Tapi, bagi yang tidak tertarik pun tidak mengapa. Negara demokrasi memberikan keluasaan untuk mengetahui secara mendalam tentang Rasulullah, namun di sisi lain memberikan kita kebebasan untuk tidak tahu sama sekali. Jika ditambah dengan orang tua yang tidak terlalu paham masalah agama, maka lengkaplah sudah jarak yang begitu jauh terhadap Rasul.  

Tapi tidak ingin rasanya membahas lebih jauh tentang sekularisme yang menjadi akar masalah. Saya memilih untuk membicarakan Rasulullah SAW. Membicarakannya menurlarkan rindu yang kian hari kian membuncah. Hanya dalam beberapa hari, buku yang selalu berada dalam dekapan saya telah terlahap habis, Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan. Saya bawa kemanapun berada. Ketika ada waktu luang, mata saya langsung tertuju padanya, saat menunggu sesuatu, di pete-pete, dan sebelum tidur. 

Adalah sebuah gebrakan baru di buat oleh Tasaro GK, seorang penulis muda yang kemampuan menulisnya tidak diragukan lagi. Tasaro mencoba menulis kisah Rasulullah SAW dalam sebentuk novel biografi. Dibutuhkan keberanian untuk menoreh kisah Lelaki teragung sepanjang masa dengan perpaduan sastra dan kenyataan, siroh dan khayalan.  Memang sudah banyak novel biografi yang telah ditulis, namun untuk ukuran kisah Rasulullah SAW, kekasih Allah bolehkah? 

Novel biografi ini kemudian menuai pro dan kontra. Ada yang memberikan apresiasi. Namun, ada juga yang tidak bersepakat. Alasannya, untuk orang awam yang belum mengenal Rasul, mungkin akan terjadi kesulitan dalam membedakan mana cerita rekaan dan yang mana sungguhan, hal tersebut menjadi fatal. Terlebih tidak ditemukan penjelasan tentang yang mana kisah rekaan dan yang mana siroh Rasulullah di bagian mana pun novel tersebut. 

Tapi, terlepas dari pro dan kontra tersebut saya pikir Tasaro memiliki alasan yang kuat menulis tentang Rasulullah, sebuah alasan yang sama yang dirasakan semua ummat yang mengenal beliau, rindu dan cinta yang begitu mendalam. Ya Rasul, lumpuh kami karena rindu... Namun, ada baiknya jika Tasaro tetap mempertimbangkan dan memikirkan ulang bagaimana agar para pembaca awam paham betul bahwa Kasva dan Astu hanyalah tokoh selingan, sebuah hasil kreativitas imajinasi. Sedangkan kisah Rasulullah dan para sahabat adalah suatu yang nyata, sebuah sejarah yang akan terus mengabadi yang wajib dijadikan junjungan. 

Di lain sisi, tidak dapat pula dipungkiri, Tasaro memiliki cara yang berbeda menggambarkan kisah Rasulullah SAW. Kekayaan majas dan metafora mampu menghadirkan makna dengan daya pikat istimewa. Ditambah dengan pilihan diksi nan indah pada tiap rangkaian kaliamat mampu membuat pembaca terhanyut dalam setiap kisah.

            Hadirnya tokoh Kashva dan Astu sebagai tokoh selingan dalam novel ini pada awalnya memang cukup tertarik, terutama dengan diskusi-diskusi filsafat anatra Kashva dan Astu yang begitu menantang. Tentang pencarian serta rasa penasaran Kashva terhadap Himada, sosok pangeran kedama ian yang dijanjikan oleh semua kitab suci di seluruh dunia, termasuk kitabnya, Zardust. Hanya saja, saat khusyu menyelami kisah Rasulullah, tiba-tiba terpotong oleh kisah Kashva yang hadir setelahnya. Rasanya hampir sama jika tontonan sedang berada pada puncak ketegangan, tiba-tiba diselingi iklan. 

Rasulullah dengan kisahnya yang telah mengaru biru telah sampai pada bab perang parit yang sungguh memosona, mujisat-mujisat yang membuat tercengang. Saat sebuah batu besar menghalangi proses penggalian parit sebagai benteng pertahanan Madinah dari serbuan kaum kafir. Batu besar itu menghimpit orang Anshar. Orang-orang sudah mencoba memecahkan batunya, Namun hasilnya nihil. Rasulullah akhirnya turun tangan, memecahkan batu besar yang seketika retak disertai berkas cahaya berpendar ke tiga arah, kastil-kastil Yaman dan Suriah, serta istana-istana Khosrou di persia. Sebuah kisah yang penuh ketegangan, namun ketika menoleh pada lembar selanjutnya, kisah diselingi oleh bab tentang pelarian Kashva. Karena penasaran dengan kisah Rasulullah, saya melewati bab itu, mencari lanjutan kisah Rasul, begitu seterusnya. 

Dan sungguh tidak ada kisah seindah kisah Rasulullah dan para Sahabat. Tidak ada kisah motivasi yang mampu menandingi kisah motivator sejati, Rasulullah SAW.  Tentang cinta, perjuangan, pengorbanan dan semuanya. Terhimpun dalam keihlasan demi menegakkan kalimat Allah SWT. Tentang strategi perang dan pedang dalam sebuah perwujudan cinta. Pilihan Michael H Hart, sungguh obejektif menempatkan Rasulullah pada tingkatan pertama orang paling berpengaruh di dunia. Rasulullah datang, menjungkirbalikkan peradaban jahiliah, menggantikan dengan peradaban Islam yang gilang gemilang selama 1300 abad pada dua pertiga belahan dunia. Walaupun kemudian cahaya tersebut meredup. Namun cahaya itu tidak akan pernah mati, dia akan selalu bersinar seiring kecintaan terhadap Rasullullah SAW dan ketaatan terhadap Allah SWT. Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64). Dan jika sunnah Rasul sungguh-sungguh kita implementasikan dengan konsisten. Suatu saat cahaya itu akan kembali memasuki setiap rumah. Menerangi seluruh dunia menjadi Rahmatan lil lamin.Wallahu A'lam.

Makassar, 5 February 2012
Saat rindu membuat lumpuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya