Antara Setan dan
Malaikat: Sebuah Perbincangan Malam
Yah, Si Setan dan Malaikat.
Malam ini aku sadar kembali. Memang segala pikiran atau pun persepsiku
terhadapmu selalu negatif, atau tidak berlebihan jika aku bilang, kau bagaikan setan bagiku. Setiap apa pun
yang kau lakukan dihadapanku selalu bermasalah. Terdapat perbedaan prinsipil
yang selalu saja mengakibatkan perang dingin antara kita. Dan berkepanjangan.
Aku juga sadar, bahwa berbeda denganmu. Kepada dirimu, aku selalu
menganggapmu begitu baik. Selalu baik dan tidak pernah salah. Kau begitu
sempurna. Perfecto, bahkan sejauh ini
aku bahkan tidak menemukan celah pada dirimu. Atau tidak berlebihan jika aku
berkata dirimu bagaikan malaikat yang selalu melakukan kebaikan, tidak akan
pernah salah.
Kau, untuk si setan aku sudah berusaha untuk memperbaiki pikran-pkiran
negatifku padamu. Perang dingin rasanya lebih ganas dari perang sesungguhnya.
Aku selalu berusaha untuk memperbaiki semuanya. Tapi apa mau dikata. Semua
bukti memang berteriak kalau dirimu itu memang jahat. Tapi pada akhirnya tentu
saja aku selalu mengikuti pikiran positifku, yang selalu saja kuadakan untuk
melawan pikiran negatif, walaupun pikiran negatif itu jauh mendominasi. Ok,
paling tidak pada akhirnya kita akan menganggap kalau semuanya baik-baik saja,
tidak ada apa-apa yang terjadi. Everything
Its Ok
Ok, biar kuberikan sebuah rahasia sebenarnya, Dia yang telah membantu
pikiran positifku untuk menang. Entahlah aku juga bingung, kenapa dia seakan
mengetahui semua hal tentangmu. Sejauh ini, dia begitu mengerti bagaimana
memperlakukanmu. Malah ku lihat, kau yang linglung bagaimana memperlakukannya.
Dan dia membuka mataku, ternyata kau bukan setan. Kau juga manusia. Maaf, aku terlambat menyadarinya. Sebenarnya
kau beruntung memilikinya. Paling tidak seorang pembela yang dapat menetralkan
pikiran negatifku padamu.
Untuk si malaikat, bagaimana harus memulainya. Dirimu begitu sempurna,
setidaknya untuk sekarang. Sejak mengenalmu. Image yang diceritakan orang-orang terhadapmu memang sudah luar
biasa. Lalu untuk pertemuan perdana itu, oh, mungkin bukan pertemuan, aku
mengenalmu. Lagi-lagi positif. Dan perjumpaan itu benar-benar terjadi. Aku
malah melihat ada sayap yang tumbuh diantara belakang bahumu. Dirimu benar-benar menyerupai malaikat. Kau
begitu bertolak belakang dengan si setan, walau tidak sampai membayangkan ada
tanduk yang tumbuh di kepalanya. Pun dari semua interaksi yang pernah ada, tak
ada celah. Sejauh ini, tapi aku tidak yakin bagaimana selanjutnya. Walau pun
untuk saat ini aku melihatmu sebagai si malaikat, aku sadar dirimu adalah
manusia biasa. Dan aku harus bersiap-siap melihat sisi negatif dari dirimu
bukan.
Em, pada akhirnya aku harus berkata. Kalian manusia biasa, bukan setan atau
pun malaikat.
Komentar