Langsung ke konten utama

Angel and Devil














Antara Setan dan Malaikat: Sebuah Perbincangan Malam 
Yah, Si Setan dan Malaikat.
Malam ini aku sadar kembali. Memang segala pikiran atau pun persepsiku terhadapmu selalu negatif, atau tidak berlebihan jika aku bilang,  kau bagaikan setan bagiku. Setiap apa pun yang kau lakukan dihadapanku selalu bermasalah. Terdapat perbedaan prinsipil yang selalu saja mengakibatkan perang dingin antara kita. Dan berkepanjangan.
Aku juga sadar, bahwa berbeda denganmu. Kepada dirimu, aku selalu menganggapmu begitu baik. Selalu baik dan tidak pernah salah. Kau begitu sempurna. Perfecto, bahkan sejauh ini aku bahkan tidak menemukan celah pada dirimu. Atau tidak berlebihan jika aku berkata dirimu bagaikan malaikat yang selalu melakukan kebaikan, tidak akan pernah salah.
Kau, untuk si setan aku sudah berusaha untuk memperbaiki pikran-pkiran negatifku padamu. Perang dingin rasanya lebih ganas dari perang sesungguhnya. Aku selalu berusaha untuk memperbaiki semuanya. Tapi apa mau dikata. Semua bukti memang berteriak kalau dirimu itu memang jahat. Tapi pada akhirnya tentu saja aku selalu mengikuti pikiran positifku, yang selalu saja kuadakan untuk melawan pikiran negatif, walaupun pikiran negatif itu jauh mendominasi. Ok, paling tidak pada akhirnya kita akan menganggap kalau semuanya baik-baik saja, tidak ada apa-apa yang terjadi. Everything Its Ok
Ok, biar kuberikan sebuah rahasia sebenarnya, Dia yang telah membantu pikiran positifku untuk menang. Entahlah aku juga bingung, kenapa dia seakan mengetahui semua hal tentangmu. Sejauh ini, dia begitu mengerti bagaimana memperlakukanmu. Malah ku lihat, kau yang linglung bagaimana memperlakukannya. Dan dia membuka mataku, ternyata kau bukan setan. Kau juga manusia. Maaf, aku terlambat menyadarinya. Sebenarnya kau beruntung memilikinya. Paling tidak seorang pembela yang dapat menetralkan pikiran negatifku padamu.
Untuk si malaikat, bagaimana harus memulainya. Dirimu begitu sempurna, setidaknya untuk sekarang. Sejak mengenalmu. Image yang diceritakan orang-orang terhadapmu memang sudah luar biasa. Lalu untuk pertemuan perdana itu, oh, mungkin bukan pertemuan, aku mengenalmu. Lagi-lagi positif. Dan perjumpaan itu benar-benar terjadi. Aku malah melihat ada sayap yang tumbuh diantara belakang bahumu.  Dirimu benar-benar menyerupai malaikat. Kau begitu bertolak belakang dengan si setan, walau tidak sampai membayangkan ada tanduk yang tumbuh di kepalanya. Pun dari semua interaksi yang pernah ada, tak ada celah. Sejauh ini, tapi aku tidak yakin bagaimana selanjutnya. Walau pun untuk saat ini aku melihatmu sebagai si malaikat, aku sadar dirimu adalah manusia biasa. Dan aku harus bersiap-siap melihat sisi negatif dari dirimu bukan.
Em, pada akhirnya aku harus berkata. Kalian manusia biasa, bukan setan atau pun malaikat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya