Langsung ke konten utama

Home Sweet Home


Dari kemarin beberapa sms melesat masuk di layar handphone ku, sedikit berbeda dengan sms-sms yang lainnya, sms info seminar, sms dakwah, sms motivasi, sms aksi, puisi atau tulisan singkat yang dikirim teman-teman,

Yth, Angg. DPF. VI/2011. Bpak/Ibu diundang menghadiri pertemuan DPF~Redaksi yan akan dilaksanakan pada hari Sabtu, Tgl.03/3/2012 jam 10.00 Wita bertempat di Warkop "WAFE"(Persis dibelakang hotel Denpasar Jl. Boulevard) depan MP, masuk jl. komp. Lili sekitar 30 m lalu belok kanan. Terima kasih atas perhatian dan kehadirannya.
Salam erat  <Nadjamuddin Madjid>


Sms-Lainnya yang agak menarik perhatianku 

Yth Kawan-kawan Mahasiswa pegiat pers kampus Makassar, perkenalkan saya Wawan Agus Prasetyo , staf Dewan Pers Jakarta, Mohon alamat email untk kami kirimkan undangan kpd kawan2, berkaitan dengan agenda Workhop jurnalistik mahasiswa di Makassar, jumat 9 maret mendatang. Gratis. terimakasih. Wassalam...

Sms yang kedua itu, kamu dapat juga tidak?
  
Hm... Sms-sms itu datang tepat pada saat saya sedang berada di Bone, saya sudah  8 hari berada di sini Setalah seminar kebangsaan yang diadakan fakultas teknik kemarin, saya segera pulang. Oia, kamu datang tidak di seminar kemarin, seru kan? Pun pada  saat menulis tulisan ini pun saya sedang berada di dekat Ummi yang sedang menyuruh Pila melakukan sesuatu, karena Pila menolak nada Ummi sedikit meninggi, sialnya pada saat yang sama, saya salah pencet (menekan tombol panggilan pada salah seorang senior saya) dan yah, 2 detik, ups, saya terlambat, senior saya pasti telah mendengar sayup-sayup omelan ummi. Dan, segera saya matikan dan mengirim sms, afwan kak salah pencet.. Fiuh..

Yah, home sweet home, saya sedang berada di Bone, rumah saya, di sini tentu saja aktifitas saya di rumah saja, di rumah seharian, tapi saya selalu suka... Yah, rumah ini bagaimana pun ia, saya tetap akan merindukannya. Subuh hari, ibu bangun menyiapkan  makanan untuk adik-adik, yah rumus ibu adalah, kami harus makan pagi sebelum berangkat ke sekolah, apa pun alasannya. Makanya ibu bela-belain bangun pagi untuk kami. Setelah Pila dan Aan berangkat ke sekolah, tidak lama Ummi juga akan berangkat ke kantor. Maka tinggallah saya di rumah, sendiri. Melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga, mencuci piring sarapan pagi, membereskan dapur, merapikan semua tempat tidur, membersihkan rumah dengan menyapu, mengelap semua kaca jendela, dan-lain-lain, setelahnya saya akan mencuci baju Ummi dan baju saya sendiri. Semenjak datang, aku menyuruh Pila dan Aan mencuci baju mereka sendiri, bukan aku ngak mau, tapi mereka harus bertanggung jawab (kataku sok bijaksana di depan adik-adikku) heh, memang harus begitu, bayangkan saja perbedaan usia ku dengan adikku Aan sekitar 12 tahun, jarak umurku dan Pila 14 tahun..

Yah, tak apalah,sebuah pelajaran untuk menjadi Ibu rumah tangga nantinya.. Hehe, Dan memang benar kata Kak Veni (penghuni rumah G 74, kakak ipar, istri dari sepupuku di Makassar) perkerjaan ibu rumah tangga tidak ada habis-habisnya. Beberapa jam setelah semua pekerjaanku Ibu pulang (semenjak aku datang dari Makassar ibu memang cepat pulang). Padahal seharusnya Ummi pulang pukul empat sore. Tapi, aku mempengaruhi, kalau tidak ada lagi pekerjaan di kantor untuk apa menungu begitu lama. Pemerintah juga aneh-aneh menetapkan jadwal kantornya, Ummi kan juga bukan di kantor penyedia jasa jadi tak apa lah pulang cepat. Setelah pulang, makan siang, cuci piring, tidur sebentar, Eh udah adzan ashar lagi. Pokoknya tidak di Makassar, di Bone pun waktu terasa begitu cepat berlalu.

Dan dua sms itu mengganggu pikiranku beberapa hari kemarin, sms pertama sms pertuman Dewan Pembaca Fajar, yang kukira kami tak sudah selesai kontrak, ternyata memang kontraknya diperpanjang, hanya saja kerena beberapa waktu ini redaksi sibuk, jadi pertemuan bulanannya baru bisa dilanjut bulan tiga ini. Pertemuannya hari sabtu kemarin. Sms kedua, sms dari dewan Pers, aku tidak tahu, dari mana Wawan Agus Prasetyo itu mendapat nomerku, yang jelas acaranya besok di Hotel Sahid worksop jurnalisme. Kelihatannya acaranya keren. Tapi lagi-lagi aku masih mau di rumah, belum berminat pulang ke Makassar, dan lagi-lagi aku mendapat sebuah telpon, sebenarnya hari minggu lusa aku juga harus mengisi sekolah menulis FLP Unhas, jarang-jarang kan ada kesempatan mengisi Kegiatan, itu bisa jadi ajang pembelajaran. Tapi, tak apa lah...

Sekali lagi aku masih ingin di rumah. Belajar dari Ummi, menjadi seorang ibu... Walau pun untuk sementara stasusku sebagai seorang kakak dan anak. Aku masih merindukan Ummi, masih belum puas bertengkar dengan Aan dan Pila, masih ingin berbincang dengan sahabat-sahabatku di Bone. Dan masih banyak hal, Untuk sementara kegiatan-kegiatan di Makassar harus aku cansel, begitu pun untuk skripsiku yang telah memanggil untuk segera didiskusikan dengan pembimbing. Tapi, begitulah hidup adalah pilihan. Tapi kalau mau berandai-andai, seandaiya saja aku bisa membawa rumahku di Bone besarta semua penghuninya ke Makassar mungkin akan sangat menyenangkan. Hehe... Tapi impossible,,,

Pagi ini saat makan pagi lagi-lagi aku tahu kalau Ibuku, Ummi adalah wanita yang sangat cerdas. Saat aku mendinginkan nasi dari periuk untuk kutuangkan ke piring-piring kami masing-masing Ummi yang sedang menggoreng tempe menegur,
"Nak, nasinya itu tidak langsung dituang begitu saja di piring, tapi sebelumnya kita harus berniat"
"Apa niatnya Ummi?"
"Ya Allah, berkahilah makanan anak-anakku agar berkah dan dapat membuat mereka tumbuh cerdas dan bermanfaat."

Yah, begitulah sepenggal niat yang selalu Ummi lafaskan, kurang lebih begitu. Yah, memperhatikan Ummi memasak pun, aku melihat mulut Ummi berkomat-kamit, tentunya bukan mantra tapi sebuah niat kepada Allah agar kami tumbuh besar dan menjadi manusia yang berguna... I Love You Mam, taku tahu di siini pun aku selalu belajar banyak hal pada Ummi, tapi aku memiliki kesempatan untuk melihat dunia di luar sana, lalu akan kuceritakan pada Ummi... Dan ada saatnya aku harus pergi lagi, mencari ilmu, menghadiri semua perhelatan intelektual, dan memuaskan dahaga ilmu dengan meminum gelas-gelas pengetahuan.    
 

Watampone, Ruang Keluarga, 8 Maret 2012, pukul 15.00
Ketika kuposting tulisan Ini, Ummi telah tertidur lelap




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya