Beberapa minggu lalu, seperti biasa menelpon Ummi. Mengabarkan segala sesuatu. Menurutku, komunikasi dengan orang tua tentu saja harus selalu dibangun. Tentang apa pun itu. Aku mencoba empati, pasti Ummi selalu khawatir dengan anak-anaknya, terkadang memikirkannya hingga larut malam, apa lagi jika tidak ada kabar. Aku saja, jika aku mendapati HP Ummi ataupun Etta yang tidak aktif, akan merasa cemas dan berusaha menghubungi. Apa tah lagi mereka?
Satu hal yang paling tidak ingin kulakukan adalah menambah beban orang tua, jadi mengabari segala perkembangan, keberhasilah, cita-cita adalah sebuah hal yang wajib. Apa lagi meminta doa... Akh, bukankah doa dari orang tua itu yang menjadi pelumas untuk melancarkan segala apa yang kita usahakan, menjadi pertimbangan Allah untuk meridoi kita dan juga menjadi semacam pemompa semangat yang tidak tampak oleh mata...
Satu hal yang paling tidak ingin kulakukan adalah menambah beban orang tua, jadi mengabari segala perkembangan, keberhasilah, cita-cita adalah sebuah hal yang wajib. Apa lagi meminta doa... Akh, bukankah doa dari orang tua itu yang menjadi pelumas untuk melancarkan segala apa yang kita usahakan, menjadi pertimbangan Allah untuk meridoi kita dan juga menjadi semacam pemompa semangat yang tidak tampak oleh mata...
Yah, beberapa minggu lalu aku menghubungi Ummi... Kukabarkan semuanya, tentang kulliah, tentang dakwah, tentang rumah, tentang kita juga,... Hehe, tentu saja aku lebih sering mengabari Ummi tentang apa pun dibanding sekedar menulis status di FB atau menulis di Blog (soalnya ummi tidak mengerti internetan). Maka aku yakin, setelah mengabarkan semuanya Ummi akan senang, lega, lalu tersenyum...
Maka beberapa minggu lalu itu, aku berkata seperti ini ditelepon, jadilah perbincangan kami..
Assalamu Alaikum, Ummi, Alhamdulillah, Novel yang saya buat sudah sampai halaman 30, kataku dengan semangat dan senyum mengembang...
Ia nak, jangan mi dulu terlalu fokus sama itu, selesaikanmi dulu skripsi'ta?
Hm. senyumku yang tadinya mengembang, menyusut sedikit demi sedikit... Semangatku jadi mengendor...
Lalu kujawab dengan sederhana...
Lalu kujawab dengan sederhana...
Iye...
Huff, Alhamdulillah, saat ini sudah bisa melanjutkan Novel yang tertunda, skripsiku sudah rangkum, tinggal menunggu pengesahan dari pembimbing. Kemarin, aku memutuskan menulis novel itu sebagai pengisi waktu, hampir 2 bulan lamanya aku dicuekin oleh pembimbing karena kesibukan mereka yang begitu padat. Aku mengerti, maka menunggu adalah hal yang terbaik saat itu, padahal skripsiku waktu itu sudah jauh hari sebelumnya terselesaikan hingga BAB 4, Analisis...
Dan kau tahu, setiap lewat di koridor kampus, teman-teman pasti menyangka bahwa aku sudah mengajukan diri untuk ujuian meja, alias akan wisuda bulan 6... Yup, biasanya saya memang selalu memperhatikan urusan akademik (kalau tidak mau disebut bureng) walaupun tentunya urusan akademik bukanlah satu-satunya hal yang mesti diurusi. Terlalu sempit kuliah itu bung, jika kita hanya berurusan dengan akademik. Saat ini, tentu saja saya fokus dalam Dakwah, mempelajari Islam, sambil tak henti-hentinya menulis apa saja...
Maka wajar saja sebenarnya pada saat ujian meja, ada teman yang mencari sosokku diantara mahasiswa yang lain... Tapi ternyata, aku belum maju... Yah, saat bertemu dengan yang lain wajahku pun sama sekali tidak menunjukkan raut galau karena belum selesai... Semua ada prosesnya, semua ada waktunya. Urusan akademik Insya Allah bukan masalah besar. "Yang masalah itu jika berhadapan dengan mengendurnya semangat Dakwah dan Keimanan", kata Murabbiahku yang terekam sempurna dimemoriku...
Akh, hari ini Ummi menelpon lagi..
Alhamdulillah ummi Skripsinya udah selesai, tinggal menunggu pengesahan dari pembimbing...
Alhamdulillah, Nak, terima kasih ya Allah engkau telah memudahkan Anakku..
Hm... Jadi sdah bisa mi toh saya saya lanjut NovelQ...
Ia... Kata Ummi, sambil tersenyum...
Alhamdulillah, semoga secepatnya ACC, soalnya kesal juga terkadang mendengar sindirian Dg Asrul. wah... Kamu benar-benar 4 tahun yah kuliahnya...
Juga sindiran Puang Gau, "Cepatmi selesai supaya datang Mama'mu lihatko wisuda" (sindirnya kepada Imma, teman kosanku) Tapi diriku ikut tersinggung. Hebat juga Om ku sekali menepuk dua Nyamuk skak mat... hehe
Oia, Hanya Etta yang slow down "Saya percaya sama kamu Nak, kerja semampumu... "Akh, Etta selalu begitu...
Oia, Hanya Etta yang slow down "Saya percaya sama kamu Nak, kerja semampumu... "Akh, Etta selalu begitu...
Semangat.... Skipsi, Novel, dakwah... Dan kita... :)
Komentar