Mungkin kita berbeda,
tapi yakinlah kita berasal dari sebuah cahaya yang sama,
putih...
Cari Blog Ini
List Target yang Menjadi Nyata
Tak banyak penulis yang
bisa menulis cerpen sekaligus esai dan puisi, Andi Asrawaty mampu menulis
ketiganya dan menyatukan dalam kanvas yang indah. Seindah pelangi.
(S. Gegge Mappangewa,
Penulis novel best seller LONTARA RINDU)
“Tulisan Andi Asrawaty mengubah
hal-hal kecil dalam keseharian menjadi gagasan yang besar. Untaian kata yang
tersaji memberikan pelajaran yang unik dan pengalaman batin tersendiri. Buku
yang menggelitik pemikiran, mencerahkan jiwa. Selamat, semoga tulisannya
menbawa berkah”
(Karmila Mokoginta,
S.S.,M.Hum.,M. Arts., Dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin )
Saya yakin, kumpulan
kata-kata indah dalam “pelangi kata” adalah sebuah pembacaan panjang seorang
Andi Asrawaty pada sepotong masa emas ketika menjadi “mahasiswa”. Bukan saja
berhasil mengeja banyak kata kunci dalam hidup, penulis juga berhasil
mengungkap makna yang mungkin belum pernah hadir mewarnai pandangan
pada satu warna yang kita nikmati selama ini. Sungguh, tulisan ini adalah
Sebuah hadiah yang menggembirakan dari seorang Mahasiswi yang gemar menanti
pelangi untuk menceritakan maknanya.
(Supriadi Herman, Mahasiswa
Pertanian Unhas, Ketua Forum Lingkar Pena Sulawesi Selatan)
Nuansa sastra begitu terasa
dalam esai-esai Andi Asrawaty. Ia tidak bercerita dalam bahasa hampa,
tapi menunjukkannya ke dalam diksi-diksi yang hidup. Logika-logikanya
ditautkan oleh tahapan-tahapan ritmik sehingga mengalir menyerupai
alur. Itu sebabnya sehingga ketika membaca tulisan-tulisan itu, tak puas jika
tidak menuntaskannya. Apalagi dengan gaya yang kadang-kadang retorik.
Kadang-kadang pula otokritik tapi penuh optimisme progresif, seperti pada
tulisan berjudul, "Lingkaran Setan Arogansi Mahasiswa". Pelbagai
kesan itu pula yang terasa ketika mengedit karya-karya Asra yang dikirim ke
redaksi FAJAR beberapa tahun terakhir.
(Basri, Redaktur Budaya
Harian FAJAR).
Akhirnya... Sebuah list target di dinding kamarku menjadi nyata.. Insya Allah bukunya akan segera terbit..
Tidak menyangka, ternyata di list itu memang tertulis "Pelangi Kata Launching saat wisuda di baruga". Tau tidak, saya sudah lupa pernah menulis target itu di draf kertas target saya. Karena rencananya saya akan membuat novel. Tapi sayangnya belum selesai. Baru setelah mengurus penerbitan "Pelangi Kata" hampir 100% dan endorsmen-endorsmen di atas sudah saya dapatkan dan melihat kembali target-target saya. Saya memang tidak menulis "Menerbitkan Novel," Tapi menerbitkan "Pelangi kata"
Pada saat ujian meja saya juga masih sempat-sempatnya mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah AL-Quran yang merupakan salah satu cabang lomba dalam MTQ yang diadakan oleh Unhas. Waktunya bertepatan, dengan ujian meja. Saya memang nekat, pantang menyerah. untung waktunya masih bisa diatur. Sayang sekali saya tidak meraih juara. Tapi, saya cukup senang karena pemenag 1 dan 2 nya adalah sahabat-sahabat saya. Dan juga saya sudah mengajak salah seorang yunior untuk turut serta, dan bisa merasakan tatangan berlomba. Yah, tentunya ada kecewa. Tapi, ternyata setelah melihat List target itu, ternyata saya memang hanya menulis "Mengikuti Lomba KTI dalam MTQ" hanya mengikuti bukan memenangkan... Dan bukankah itu sudah terwujud juga... Coba saya menulis "Memenagkan Lomba... " Ah... Asra, bukan bagaimana hasil, tapi bagaimana proses. Begitu cara saya menasehati diri sendiri...
Terakhir, saya melirik List "Menaikkan Ummi Haji" dari sekian banyak list. Impian itu hampir tercapai, tahun 2011 lalu saya mendapatkan beasiswa yang cukup banyak 21 juta kira2 jumlahnya. Beasiswa BUMN. Maka, tahun itu juga, beasiswa yang saya dapatkan saya pakai untuk mendapatkan nomor kursi "Naik Haji" untuk ummi saya. Semoga, Ummi bisa melengkapkan rukun Islam ini segera. Menjadi tamu Allah...
Dan Alhamdulillah, masih banyak list yang sudah tercentang,,, saya hanya menuliskan beberapa yang saya anggap mewakili yang lainnya...
Dan saya masih menanti dan berusaha menunaikan list target yang pernah saya tulis. Sadar atau tidak sadar...
Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak
Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah. Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk . Da
Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati. “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu. “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara. Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya
Komentar