Januari kembali menyapa
dan dalam hitungan detik akan kembali pergi...
Sepertimu, yang entah
Di awal januari, aroma kematian dihantar tangisan awan yang menyesak bumi dan hati
Tapi, selalu ada penawar setiap kali mengingat pertemuan kita yang juga berlatar Januari
Pertemuan kata-kata yang menembus lebatnya hujan
Membawa serenade magis di hati kita
Lalu aku mencoba bernegosiasi dengan waktu...
Ini sudah januari keberapa?
Berapa januari aku harus menunggu...
Atau aku terima saja tawaran di februari, maret, april atau mei?
Lalu jika juni, juli, agustus, september dan oktober datang menuntut aku harus bagaimana
Lalu november datang merajuk membawa mimpi indah
Tidak aku sedang tidak menuntut apa-apa
aku masih mengagumi daun yang tak pernah marah jika embun pergi bersama mentari,
karena dia tahu, saat fajar mnyingsing, ksejukan itu akan selalu datang tepat waktu
Aku sedang tidak bertanya apapun, karena jawabannya tidak terdapat di manapun, tapi di hati kita
Dan kuputuskan aku menunggu saja, apa yang telah tertulis di Lauh Mahfuz, seperti katamu...
Komentar