Belakangan ini saya mendengar banyak suara-suara keluhan di sekitar saya. Bahkan tidak jarang keluar dari mulut saya sendiri, kalau tidak bahkan keluhan itu dalam hati saya.
Namun, Allah memberi kita sebuah device yang begitu canggih, ada yang menyebutnya hati atau yang lainnya menyebutnya pikiran. Entah, atau masih ada ada yang berdebat di mana tempat device ini.
Dia berfungsi untuk membangun perasaan gelisah ketika suara-suara negatif mendominasi, untuk segera menetralkan kembali. Ada yang salah padaku. Dia menyadarkan ketika virus-virus mulai menyerang perlahan.
Maka sesungguhnya, ada jawaban yang datang. Dari kompilasi yang indah antara hati dan pemikiran, bahwa ketika kau banyak mengeluh, sesungguhnya kau sedang lupa bersyukur. Bahwa bukankah sudah begitu banyak nikmat bertebaran memelukmu?
Hanya saja kita lebih terfokus, pada debu-debu cobaan yang melekat, padahal jujurlah, untuk menyingkirkannya kita hanya membutuhkan sekali dua kali tepukan, dan debu itu akan terbang menjauh, kita bahkan terkadang lebih lama memaki debu dan kotornya lingkungan lebih lama ketimbang menyingkirkan debu. Lalu akhirnya kita lupa menikmati nikmatnya pelukan cinta Allah yang begitu besar dan dititipkannya pada alam semesta. Hal sederhana yang mungkin kau lupa, pada udara yang masih bisa kau nikmati dengan bebas.
Oh yah, kau tidak akan bisa menyingkirkan debu itu selamanya. Karena dia akan tetap ada, mengiringi setiap langkahmu. Debu itu yang disebut dengan ujian.
Ayolah mari kita mengingat kembali pelajaran tentang pelaut. Apakah pelaut yang hebat terlahir dari lautan yang tenang? Tentu saja tidak bukan, plaut yang tangguh pasti telah mlewati amukan badai dan gelombang yang begitu dasyat dalam pelayarannya.
Lalu, mengapa kita harus bersedih dan seakan begitu lemah menghadapi debu-debu kehidupan? Lihatlah kisah orang-orang hebat, dan siapakah sosok yang lebih pantas kita kenang selain Rasulullah dan para sahabat? Yang telah mengorbankan harta, jiwa, raga dan seluruhnya untuk memperjuangkan kalimat Allah, agar kelak kita dapat berjumpa disyurga?
Lalu bukankah debu-debu kehidupan yang kita hadapi, belum dalam rangka sepenuhnya memperjuangkan agama Allah seutuhnya? Kita, masih bergelut dalam keduniaan, yang hasilnya untuk kita sendiri, untuk kesenangan kita, dan untuk keeksisan kita. Lalu, orang-orang yang berjuang di jalan Allah, mereka tersenyum oleh debu-debu kehidupan?
Bahagia itu sederhana, ketika kau mensyukuri segala sesuatu yang Allah berikan pada kita, serta memandang segala sesuatunya dengan hal-hal positif. Yakinlah, sesulit apa pun itu, semua akan terlewati, nikmatilah prosesnya, dan pahitnya perjuangan akan terasa manis.
Semangat...
Komentar
Tapi tugas manusia kan selalu berusaha ya. Hee :D