Langsung ke konten utama

Etalase Rindu II






Lagi
Risau mengepung
Bingung membadai
Bagaimana aku titipkan rindu padamu
Bukan karena kita masih terpisah oleh waktu dan jarak
Ketika bulan purnama mengantar kepergianmu
Namun,
bukankah kita telah bersua dalam dalam dongeng yang menjadi nyata di hati
lalu kita telah berjumpa pada judul-judul buku mengikat simpul tak terputus dimemori?
Mengantar desiran dan getar-getar lembut di relung jiwa
Karena janji yang sebentar lagi akan tertunai atas izin-Nya
Kita, memang terpaut pada hubungan yang rekah,
Tapi sesungguhnya,
belum sepantasnya rindu menguap menjumpaimu
Lalu, tahukah kau di mana rindu yang kutitip padamu?
Aku, memilih menahannya,
di etalase-etalase rindu
Pada sujud-sujud panjang
Pada doa-doa yang dibawa malaikat sampai pada-Nya
Juga pada gerimis yang jatuh
Pada ayat-ayat yang dilantunkan disepertiga malam
  Pun pada puisi-puisi yang mungkin tak terbaca
Aku masih menunggu,
Hingga kau memilih pada sebuah etalase rindu
menuju titian pelangi
di mana kita bisa bertemu dalam rindu yang menggetarkan Arsy

 Rindukah kau padaku?

Watampone, di Ketika Ramadhan hampir pergi ;(
25 Juli 2014

Komentar

Unknown mengatakan…
Titian perjalanan, sedetik kita berlalu ada cerita yg terangkai, menjaga kaemurniaannya adalah kebaikan.

Kerinduan, jauh tak berjarak dekat tak tersentuh.

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Suara

Hukuman paling telak adalah diam Jiwa terasa tercerabut Semangat melayang entah ke mana Jika kau masih diam Maka kelak kau akan menjumpainya Diam selamanya Karena dia telah mati bersama kata-kata terakhirmu

Seminggu Selepas Purnama

Seminggu selepas purnama, Maaf aku tak datang Seminggu selepas purnama Ada yang mencipta berbagai guratan yang menyeretku, terpaku Aku terjebak dalam labirin wajah rembulan dan menghilang Dan kita hanya bisa berjanji Tentang pertemuan, seminggu selepas purnama Karena takdir mampu menyapu dan mengubah segala Seperti awan yang tiba-tiba menutupi bulan Seminggu selepas purnama Kudengar ada adik kecil berjiwa bidadari pergi, Menuju rumah abadinya Kau boleh bersedih Aku bahkan tidak mampu mengucap satu kata pun Aku berdoa dalam diam Dan benar katamu Ia tidak mati, tapi ia sedang memulai hari kehidupan yang baru Di tempat yang berbeda Namun yakinlah, kita akan bertemu pada minggu-minggu berikutnya selepas purnama yang entah Pada suasana yang tidak bisa kita tebak Seminggu selepas purnama Aku dilema, tanpa kata, tanpa kabar Tanpa perpisahan Karena memang tidak ada perjumpaan Seminggu selepas purnama Seseorang di sana merindukanku, lebih dari biasa Palu, ...

Alasanku Meninggalkanmu Saat Itu...

Dulu pas awal2 nikah, sy juga suka nonton GGS  (Ganteng-ganteng Serigala) 😁, sekitaran tahun 2015, suka nonton sama suami... N ngefans sama si Prilly ini, di situ actingnya lebay, tapi suka sekali... Ternyata memang krn dia sekeren ini, dengan berbagai prestasinya... Di full podcastnya Domani Siblings juga akhirnya tau kenapa dia sesakit itu sama si lawan mainnya waktu. Oia ini link full podcastnya Domani yang ngewawancara Prilly sampai akhirnya Prilly buka-bukaan: https://youtu.be/bj4WVd2I_vM?si=qrmvB3l_7I-kcSUh Dan sempat heran aja, kenapa dia segitu ngak maunya disangkut pautkan dengan si lawan mainnya. Dan sangat ingin membuktikan bahwa dia juga bisa acting dan jadi terkenal karena bakatnya sendiri, atas kerja keras berdiri di atas kaki sendiri, tentunya dengan doa dan dukungan orang-orang terdekatnya... Ternyata oh ternyata, bukan aja tak dianggap tapi sempat di block kariernya... Sedih banget ngak sih... Yah.. Hal yang paling menyakitkan bagi perempuan adalah tidak diangg...