Hai Mer, bagaimana kabarmu? Saya yakin Allah akan
menjagamu dimanapun Dirimu berada, seperti mereka menjaga semua orang-orang
yang kucintai, mereka yang tidak bisakujangkau lewat raga karena terpisah oleh
jarak.
Sungguh senang rasanya mendapat kabar darimu,
seperti kala menjumpai embun di pagi yang membasahi daun-daun. Yah, dia menjadi
istimewa karena kau menuliskannya di catatan Blog sehingga korespendensi kita akan
mengabadi. Entah kenapa berkomunikasi lewat tulisan selalu menjadi pilihan yang
tepat, padahal sudah begitu banyak medsos, mungkin karena kesibukan, atau
mungkin kita bisa mengungkapkan lebih banyak hal ketika menulis. Terlalu banyak
hal-hal dan pemikiran-pemikiran yang terlintas, sehingga kita terkadang speechless.
Begitukah? Atau mungkin kita buka tipe
sahabat yang suka saling mengeluhkan keadaan, kita lebih suka membagi kebahagiaan.
Walaupun terkadang ia terbaca dari jarak ratusan kilometer, dan kita memutuskan
untuk saling mendoakan. Mengadukannya saja pada Allah. Lalu bercerita lepas dan
tanpa jeda saat kita berhasil melaluinya. Lalu saling marah dan merajuk, kenapa
kita tak saling berbagi... Hahaha
Kau masih misteri, juga tentang kepergianmu,
kepindahanmu. Walaupun beberapa hal telah kau ceritakan, namun masih saja ada
tanya yang tersimpan, hal apa gerangan yang membawamu ke sana? Ke tempat baru
itu. Nalarku menerka, pastilah itu berhubungan dengan perubahan penampilanmu,
juga keimananmu yang semakin kokoh bukan?
Tentang kabarku, aku bahagia Mer, seperti yang
kau tau, bahagia itu tak perlu dicari tapi dia diciptakan, dan Laut-Ku telah
menciptakan kebahagiaan untukku, walaupun sungguh dia jauh lebih misteri, dan
aku masih menyelami keindahannya, walau terkadang terluka oleh karang atau
terhempas oleh ombak. Namun, begitulah laut dia adalah tempat yang paling
netral, tempat segala hal bertemu, sehingga luka dan hempasan akan lenyap, laut
memurnikan segalanya. Pada akhirnya, tangisan karena berbagai penyesuaian
membuatku semakin kokoh, seperti kepompong yang bermetamorfosa menjadi
kupu-kupu.
Di sini, aku memulai segalanya dari titik awal,
mencari pendar-pendar cahaya di tempat ini. Sejatinya aku kembali mencari, tapi
tentu saja bukan jati diri, tetapi tempat untuk mengeksplor jati diri, karena
tak kunjung mendapatkannya aku menciptakannya walaupun masih tertatih-tatih
karena ilmu dan pengalaman yang masih begitu minim. Namun seperti biasa,
tentunya aku tak menyerah. Karena bergerak dengan bahagia adalah cara kita
mensyukuri apa yang telah Allah titipkan.
Dengan begitu banyak hal yang telah dianugrahkan
karena cinta-Nya pada hamba-Nya, juga Imam yang selalu mendukung setiap
keputusanku, membantuku membangun setiap mimpi-mimpi. Menyusun hari bersama
dengan peran-peran baru. Mencoba menyeimbangkan segala sisi. Berusaha agar
tidak terjebak pada zona nyaman. Maka doa senantiasa hadir pada awal, proses
perjalanan juga akhir, doa kepada Sang Pembolak-Balik hati agar selalu menuntun
dan menetapkan hati ini pada Agama-Nya, menjadikan setiap ilmu menjadi manfaat.
Walaupun, dengan Iman yang bagaikan roller coster, terkadang hati ini
masih sangat bandel menerima dan mendebat hukum-hukum yang telah
ditetapkanNya.
Oh yah Mer, bulan ini aku akan menemuimu,
seminggu selepas purnama. Berjanjilah untuk menceritakan hal-hal yang menjadi
tanda tanya dikepalaku tentangmu yang membolang jauh ke sana. Kau juga
harus menyiapkan waktu khusus mengajakku jalan-jalan walaupun sekadar ke Taman
Raya dan Istana ataupun Masjid Raya , karena entah kapan kita akan bersua
kembali. Sampai jumpa di kota Hujan "My Merry Girl".
Buol, 9 Juli 2017
Komentar