Langsung ke konten utama

Surat Cinta dan Tanda Tanya




Hai Mer, bagaimana kabarmu? Saya yakin Allah akan menjagamu dimanapun Dirimu berada, seperti mereka menjaga semua orang-orang yang kucintai, mereka yang tidak bisakujangkau lewat raga karena terpisah oleh jarak.

Sungguh senang rasanya mendapat kabar darimu, seperti kala menjumpai embun di pagi yang membasahi daun-daun. Yah, dia menjadi istimewa karena kau menuliskannya di catatan Blog sehingga korespendensi kita akan mengabadi. Entah kenapa berkomunikasi lewat tulisan selalu menjadi pilihan yang tepat, padahal sudah begitu banyak medsos, mungkin karena kesibukan, atau mungkin kita bisa mengungkapkan lebih banyak hal ketika menulis. Terlalu banyak hal-hal dan pemikiran-pemikiran yang terlintas, sehingga kita terkadang speechless.

Begitukah? Atau mungkin kita buka tipe sahabat yang suka saling mengeluhkan keadaan, kita lebih suka membagi kebahagiaan. Walaupun terkadang ia terbaca dari jarak ratusan kilometer, dan kita memutuskan untuk saling mendoakan. Mengadukannya saja pada Allah. Lalu bercerita lepas dan tanpa jeda saat kita berhasil melaluinya. Lalu saling marah dan merajuk, kenapa kita tak saling berbagi... Hahaha

Kau masih misteri, juga tentang kepergianmu, kepindahanmu. Walaupun beberapa hal telah kau ceritakan, namun masih saja ada tanya yang tersimpan, hal apa gerangan yang membawamu ke sana? Ke tempat baru itu. Nalarku menerka, pastilah itu berhubungan dengan perubahan penampilanmu, juga keimananmu yang semakin kokoh bukan?

Tentang kabarku, aku bahagia Mer, seperti yang kau tau, bahagia itu tak perlu dicari tapi dia diciptakan, dan Laut-Ku telah menciptakan kebahagiaan untukku, walaupun sungguh dia jauh lebih misteri, dan aku masih menyelami keindahannya, walau terkadang terluka oleh karang atau terhempas oleh ombak. Namun, begitulah laut dia adalah tempat yang paling netral, tempat segala hal bertemu, sehingga luka dan hempasan akan lenyap, laut memurnikan segalanya. Pada akhirnya, tangisan karena berbagai penyesuaian membuatku semakin kokoh, seperti kepompong yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu.

Di sini, aku memulai segalanya dari titik awal, mencari pendar-pendar cahaya di tempat ini. Sejatinya aku kembali mencari, tapi tentu saja bukan jati diri, tetapi tempat untuk mengeksplor jati diri, karena tak kunjung mendapatkannya aku menciptakannya walaupun masih tertatih-tatih karena ilmu dan pengalaman yang masih begitu minim. Namun seperti biasa, tentunya aku tak menyerah. Karena bergerak dengan bahagia adalah cara kita mensyukuri apa yang telah Allah titipkan.

Dengan begitu banyak hal yang telah dianugrahkan karena cinta-Nya pada hamba-Nya, juga Imam yang selalu mendukung setiap keputusanku, membantuku membangun setiap mimpi-mimpi. Menyusun hari bersama dengan peran-peran baru. Mencoba menyeimbangkan segala sisi. Berusaha agar tidak terjebak pada zona nyaman. Maka doa senantiasa hadir pada awal, proses perjalanan juga akhir, doa kepada Sang Pembolak-Balik hati agar selalu menuntun dan menetapkan hati ini pada Agama-Nya, menjadikan setiap ilmu menjadi manfaat. Walaupun, dengan Iman yang bagaikan roller coster, terkadang hati ini masih sangat bandel menerima dan mendebat hukum-hukum yang telah ditetapkanNya. 

Oh yah Mer, bulan ini aku akan menemuimu, seminggu selepas purnama. Berjanjilah untuk menceritakan hal-hal yang menjadi tanda tanya dikepalaku tentangmu yang membolang jauh ke sana. Kau juga harus menyiapkan waktu khusus mengajakku jalan-jalan walaupun sekadar ke Taman Raya dan Istana ataupun Masjid Raya , karena entah kapan kita akan bersua kembali. Sampai jumpa di kota Hujan "My Merry Girl".


Buol, 9 Juli 2017



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da