Langsung ke konten utama

Agustus Al-Fatih

Assalamualaikum Agustus...
Bagaimana kabarmu,
Apakah kau sekarang telah menjadi orang kaya?
Hehe
Pertanyaan yang lucu untuk memulai sapa bukan?

Juga sangat aneh untuk menyapa teman lama yang sudah sangat lama tak berkabar,
6 Januari 2012, tanggal itu yang tertera pada buku yang kau beri untukku
Jadi kurang lebihlah 5 tahun
Tapi tunggu, saat menikah, aku sempat menghubungimu
Tapi saat kau menikah kau tidak menghubungiku

Tapi sudahlah,
Semalam aku bermimpi tentangmu,
Kau mengirimkanku sebuah paket buku yang sangat besar,
Besarnya kira-kira seperti buku Muhammad Sang Penggenggam Hujan yang pernah kau pinjam dariku
Sampulnya Pink, hard cover, full colour, buku tentang wanita paling beruntung, Ibunda Khadijah RA
Dan lucunya seperti biasa, suamiku yang selalu membawakan paket untukku.
Paket untukku pasti dikirim ke tempat kerjanya agar lebih mudah ditemukan.
Oh yah, saya menduga-duga kisaran harganya pasti mahal...
Mungkin itu pertanda, kau sudah kaya...
Hehe
Lucunya, seperti biasa, aku mendapatkan suratmu di sana
Aku membukanya dengan bahagia, suamiku sempat melirik dengan tatapan curiga dan penuh tanya
Tapi aku tak peduli
Akh, karena hanya mimpi, aku hanya ingat beberapa kata dalam suratnya, sebagian hanya kutebak...
Pelangi, apa kabar
Maaf tak pernah memberimu kabar
(Isi selanjutnya sudah lupa)
Aku hanya bisa mengingat baris terakhirnya
Buku ini tidak bermaksud apapun
Hanya sebuah penyambung silarurahmi
Kamu bisa menolaknya,
Mungkin menghadiahi seseorang dengan buku itu.

Agustus...
Aku tersenyum dalam hati, aku menjawabnya, tentu saja aku menerima hadiahnya dengan senang hati.

Aku juga menebak, mungkin ini pertanda bahwa kau mendapatkan istri yang lembut juga sangat pengertian
Seorang istri yang selalu berpikir positif dan mempercayakan suaminya pada Allah
Tidak peduli tentang maraknya isu pelakor, hehe
Karena istrimu yang membantu mengirimkan paketnya untukku katamu

Apakah kau sudah memiliki anak?
Biar aku tebak, kau sudah memiliki seorang putri kecil?
Benarkah?

Oh yah, tentang kabarku.
Aku sungguh bahagia
Aku mendapatkan seorang suami yang manis
Aku mencintainya. Dan tentunya dia sangat mencintaiku.
Apa yang bisa melebihi kebahagiaan Karena Cinta? Manis bukan?

Aku bedoa, semoga kau dan Istri dan anak-anakmu akan selalu bahagia,
Tidak peduli kau sudah kaya, Karena harta hanyalah titipan
Aku hanya berharap bahwa kau tetap berjalan menuju cahaya-Nya
Dimanapun kau berada

Melebihi diskusi tentang-Nya
Yang pernah mengisi hari kita

Aku tidak yakin, kau masih mengikuti blogku
Tapi jika satu hari kau membacanya,
Dan kau benar-benar sudah kaya,
Saya akan senang hati jika menerima Paket Buku juga surat berisi kabar darimu. Deh, ngarep in namanya yah... :D
Kau bisa mengirimnya ke alamat Asramart.

Aku juga ingin bertanya
Apa namamu Agustus Al-Fatih?
Karena nama Al-Fatih yang tertera di sana
Oh yah semoga kau menempuh jalan yang sama seperti Sultan Al-Fatih...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya