Langsung ke konten utama

Kepada Pemilik Abadi Seluruh Puisiku

Aku tak perlu menulis puisi setiap hari untukmu, Sayang
Karena ribuan puisipun tidak akan bisa menggambarkan bahkan separuh dari hatiku untukmu
Aku tidak perlu menceritakan apa-apa
Karena aku jatuh cinta setiap kali melihatmu, lagi dan seterusnya
Juga tak penting untuk memotret setiap apa yang kita lewati
Karena setiap momen terlalu indah untuk hanya diabadikan lewat gambar
Kamulah kini Sayangku, pemilik abadi seluruh Puisi yang dulu berserakan dan tak bertuan

Aku tahu kau tak butuh memamerkan kata-kata mesra untukku
Karena keinginanku akan menjelma lewat lakumu, mungkin belum semua
Tapi aku Yakin kau selalu berusaha Sayangku.
Kau juga tak suka memamerkan gambar yang kadang menipu
Karena setiap waktu denganku adalah bahagia yang tanpa rekayasa

Kadang kita bertengkar Sayang, tidak saling memahami, bahkan mungkin berburuk sangka,
Karena kita bukan malaikat, sama seperti jutaan pasangan lainnya.

Lalu kembali tersadar bahwa Allah lah yang telah menyatukan kita
Juga siuman, bahwa kita masing-masing adalah pasangan paling cocok di antara seribu pilihan.

Aku mencium aroma tubuhku, juga namaku di setiap tetes peluhmu setelah bekerja seharian, Sayangku.
Aku merasakan pergolakan pikiran yang berdesakan di kepalamu untuk setiap butir nasi untukku

Disetiap solat, sujud dan doa telah kuubah Kata "Ku" menjadi "Kita" Sayangku, kau dan aku
"Ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus"
"Ya Allah, tetapkanlah hati kami atas agama-Mu Dan ketaatan pada-Mu"
Satukanlah kami di dunia Ya, Allah hingga di Syurgamu"
Doa itu kupanjatkan sambil membayangkan kita berpegangan tangan menuju syurga-Nya, berhias jubah yang dihadiahi oleh anak-anak kita.

Sayangku, kau telah dipercayakan Allah untuk menjagaku, dan aku diamanahkan Allah untuk mendampingiku.

Maka mari saling mengingatkan, tentang janji pernikahan yang disaksikan penduduk langit dan bumi, di mana Allah menjadi saksi.

Karena kita berada di akhir zaman yang disabdakan oleh Rasulullah

Maka genggamlah tangaku erat-erat, tuntunlah langkahku menuju syurga-Nya, Sayangku

Buol, 3 Oktober
Sepenuh Cinta, Istrimu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya