Langsung ke konten utama

Seni Memafkan

Kenapa tidak memberi maaf?
Bukankah memberi maaf adalah membuka hati
Membuka hati dan menerima kelalaian-kelalaian
Bahkan kesalahan dan kehilafan orang lain




Bahwa kesalahan orang lain yang hadir padamu, juga merupakan kelalaianmu sendiri
Jauh dari itu kesalahan orang lain padamu adalah sebuah ujian. Sejauh mana kau bisa bertahan.
Kau mampu memaafkan apapun, karena dengan memafkan orang lain sesungguhnya kau memaafkan dirimu sendiri, menerima kesalahanmu sendiri. 

Sungguh tak elok menimpakan semua kesalahan pada orang lain, tanpa berkaca pada diri. 
Kau, yakinkah memiliki hati seluas samudra yang dapat menampung maaf yang lebih besar.

Memberi maaf, tidak hanya dengan melepaskan. 
Selanjutnya, maaf harus kita kawal agar kita tidak jatuh pada kesalahan-kesalahan selanjutnya. 
Dan kita tak perlu lagi menerima kesalahan-kesalahan yang sama, membiarkan orang lain melakukan kesalahan yang itu-itu saja.



Yah, sesunggunya langkah awal dari memafkan adalah pengakuan, pengakuan tentang sebab akibat, pengakuan bahwa kesalahan orang lain adalah imbas dari perbuatan lalai yang kita lakukan. Dan mencari asal muasalnya adalah kesalahan yang lebih parah. Persis mencari tahu perkara telur dan anak ayam yang tercipta pertama kali. Jadi, mari mengakui kesalahan, juga kelalaian yang tentunya mengakibatkan orang lain membuat kesalahan pada diri kita.

Langkah selanjutnya adalah memaafkan, memberi kesempatan, menerima segalanya dengan lapang dada Menerima kerugian, rasa sakit, bahkan penghinaan dari segala penyebab rasa sakit yang kita terima Setelah memaafkan, mungkin sakit yang tertinggal tidak akan lenyap seketika. Namun yakinlah, dia akan sembuh seiring waktu. Jangan lupa memaafkan diri sendiri. Karena memafkan orang lain dan menimpakan kesalahan pada diri sendiri hanya akan memperparah luka. Dia seperti kangker yang akan menggerogoti hati. Yah, mengakui kesalahan pada diri atas kelalaian orang lain, bukan berarti menyalahkan diri.

Tahap terakhir adalah mengawal kata maaf. Semangatilah diri kita agar tidak lagi terjebak pada kesalahan yang sama. Namun, kita harus selalu sadar bahwa kesalahan dan memaafkan adalah sebuah proses. Dan sebagai manusia dan juga berhadapan dengan manusia maka membuat kesalahan dan memafkan adalah keniscayaan. Jadi terimalah dan bangkitlah kembali. Seberapa banyaknya kau ataupun orang-orang disekelilingmu jatuh Maka kau harus tetap bangkit, untuk memaafkan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya