Langsung ke konten utama

Hidup Ternyata lebih Dari Novel

Yah, ternyata hidup lebih dari Novel.  Dulu, saat kita masih pecandu novel, kita mengagumi semua kisah dibaliknya,  terheran-heran, kadang menangis, ketawa sendiri, kadang menangis dan tertawa bersamaan. Lalu kita membayangkan, masuk dalam cerita itu. Bahkan bermimpi menjadi pemerannya, memikirkannya berhari-hari. Ceritanya membekas dalam. Tak jarang kita bahkan jatuh cinta dengan pemerannya. Benci setengah mati sampai mengutuk pemeran antagonis. Membanding-bandingkan tokoh dengan cerita nyata dikehidupan, mencari kecocokan. Hingga mencecar penulis yang memberikan sad ending.

Dulu, kita pernah tergila-gila dengan novel. Sampai kita menyadari ternyata kehidupan yang Allah gariskan jauh lebih dari novel. Kita memiliki cerita kita sendiri yang tidak bisa kita terka. Tidak pernah kita prediksi. Dan tiba-tiba kita terjebak, tertuntun dikehidupan kita saat ini.

Seperti itu kan hidupmu Mer? Sungguh drama, tapi dikehidupan nyata. Sebenarnya aku ingin marah, kau tak berucap sedikitpun tentang kesedihanmu. Tak ada nada sedikitpun tentang perih yang kau rasa. Apalagi bercerita tentang hidupmu yang penuh drama kini. Hm, Mer, Mer...

Tapi sudahlah, aku tidak ingin marah. Aku sadar hidup kita bagai novel happy Ending, kau bertemu dengan pangeran tampan, menikah dan bahagia selamanya. Hah, mungkin aku yang telah terdoktrin kisah Cinderella sampai tak peka dengan kisahmu yang masuk pada bab klimaks.

Sampai-sampai aku tak peka, saat kau bilang ingin menyapaku lewat blog. Maaf. Seharusnya saat itu aku mengerti. Yah, aku masih naif dan kurang peka seperti biasa. Bisa kau bayangkan bagaimana Ilham menghadapiku?  Dia sungguh sabar, dan hal itu membuatku jatuh cinta berulang-ulang padanya.

Aku menarik nafas, tak membayangkan kau hidup dengan keras. Sampai aku juga kelu bertanya setelah mengetahui kenyataannya. Aku tak tahu hidup telah membawamu sejauh itu. Tapi aku tak juga mau menghubungimu sampai kau mengaku dan datang berterus terang padaku.

Aku memang sesak mendengar kabar itu. Banyak hal, tapi aku tahu, kita tahu Allah SWT bersama orang-orang sabar, kekhawatiranku berkurang karena Allah akan selalu bersamamu dan Allah tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hambanya.

Mungkin hal itu pula yang kau rasakan. Allah mengangkat resahmu, kau jauh lebih dekat dengan-Nya dengan segala hal yang terjadi padamu. Yah aku bisa membacanya, itu alasanmu tak mengabariku.

Tegarlah Mer, terimakasih telah tegar dan tetap ceria, karena sekarang kau memiliki Maryam kecil bersamamu. Tegarlah, kami di sini selalu memelukmu dalam doa. Kau perempuan kuat
"Merry Girl", kini kau sampai pada babak klimaks di novel kehidupanmu, bertahanlah, latahzan, sebentar lagi setelah badai akan muncul Pelangi. Percayalah.... Bersyukurlah, sepahit apapun cobaan itu.... Kita akan menghadapi happy endings bukan, Insya Allah di dunia dan akhirat....

🌈 Your Rainbow🌈
Buol... Ramadhan. May, 26, 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya