Langsung ke konten utama

Merayakan Di mana Pertemanan Kita?


          Facebook mengingatkan bahwa pertemanan kita telah berlangsung selama satu dekade hari ini, yah sepuluh tahun yang lalu. Waktu bergulir dengan begitu cepat bukan? Aku lupa di mana pertama kali kita bertemu, tapi aku ingat perbincangan serius yang akhirnya membuat aku untuk bergabung dalam forum lingkar pena. Organisasi yang kemudian sangat berpengaruh untuk menemukan jati dirku yang sesungguhnya. Seperti biasa, waktu itu kita sedang menunggu mata kuliah di depan ruangan jurusan SIL 1, waktu itu semester tiga, tahun 2019, kau tiba bercerita tentang FLP dan langsung mengajakku bergabung. Sejak saat itu kita selalu bersama. Bercerita, berdiskusi, saling menguatkan, bersaing mengikuti lomba, menghadiri dan membuat kegiatan literasi, mengikuti workshop apa saja yang gratis, hehe dan banyak hal. Rasanya mengenang semuanya membuat mataku berembun, ternyata begitu banyak hal yang kita lalui bersama. Hei, kita bahkan hampir tidak pernah foto bersama. Lhat saja, facebook sama sekali tidak menemukan foto kebersamaan selain pamflet kegiatan.  

          Yah, kini waktu berjalan sangat cepat. Satu demi satu rangkaian peristiwa dalam hidup telah kita lewati. Satu demi satu mimpi telah diijabah oleh Allah. Masya Allah, mengingat kebaikan Allah kepada kita membuat air mataku menetes karena begitu banyak nikmat Allah dan kepercayaan yang diberikan pada kita. Kau dengan mimpimu telah menginjakkan kaki di Amerika, Mengecap bangku S2 di Australia, mengunjungi negeri sakura, Jepang bahkan menjejakkan sejarah ke negara-negara Eropa. Aku selalu bangga padamu. Saat kau ke Amerika, aku menjuarai berbagai macam lomba karena tidak ada saingan yang akhirnya membuatku menajdi salah satu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa terbesar sejumlah dua puluh tiga juta. Saat kau masih sibuk kuliah karena harus ke Amerika, aku sudah Sarjana, seminggu setelahnya aku langsung direkrut menjadi Dosen di usiaku yang masih 22 tahun. Satu tahun setelahnya aku langsung mendapatkan beasiswa S2 dan akhirnya menikah saat kau masih galau menantikan jodoh. Namun, alhamdulillah dengan segala jatuh bangun kisah cintamu, akhirnya kau diberikan jodoh terbaik, dua tahun setelah pernikahanku. Cita-cita untuk saling menghadiri pernikahan kandas, saat aku menikah, kau masih di Ausie. Saat kau menikah, aku sudah diboyong ke Buol.  Masih ingatkah kau dengan potongan cerpen ini?

Hari itu kau dan aku kembali memulai perjalanan. Desember telah berlalu, terganti Januari yang penuh harapan. Gerimis dan hujan masih setia berhamburan menemani pergantian tahun. Kau dan aku masih mencari kaki pelangi. Kita kembali dipisahkan oleh jalan masing-masing, melanjutkan kata-kata yang terpenggal waktu. Tapi yakinlah kita masih berada pada langit yang sama, ketika kau menengadah, mungkin awan akan membentuk sesosok bayangan yang akan menerbangkan rindu sampai padamu. Lalu kita akan kembali pada suatu titik, kembali bercerita, lalu berpisah kembali.

Lagi. Takdir pula yang kembali mempertemukan kita. Lagi, kita kembali mencipta kata. Sungguh perjalanan kali ini adalah perjalanan cinta. Tapi tunggu, bukankah semua jalan adalah perjalanan cinta. Tapi kali ini sungguh berbeda. Kau bercerita tentang lelaki yang selalu membawakan hujan untukmu, bahkan ketika kau pun menitikkan air mata, dia akan mengubahnya menjadi hujan yang akan membawa sejuk pada hatimu.

Lalu kau bertanya padaku, aku tersenyum masih menengadah ke atas. Aku menunjuk ke arah timur. Lihatlah-warna warni itu. Pelangi. Kita saling memandang dan tersenyum. Yah, lelaki itu, lelaki yang selalu melukiskan pelangi untukku.

Hei kita harus berpisah lagi. Melangkah dengan tujuan masing-masing. Saling membelakangi. Lalu kita berbalik. Sudahkah kau menemukan kaki pelangi?

Kami sama-sama menggeleng. Tersenyum lagi. Karena kaki pelangi tidak pernah tahu menampakkan di mana kakinya akan berakhir, bukan pula di bumi. Sampai suatu hari kami sadar tak perlu mencarinya terlalu jauh. Warnanya terpencar pada setiap hati yang ada cinta di sana. Juga dihatimu sayang.  Aku masih menunggu berkas pelangi terbias sempurna di hati kita...

 *Digubah dari balasan puisi seorang teman, saat kukirimkan sebuah puisi disaat hujun turun ditengah kebersamaanku dengan seorang sahabat saat menulis cerpen ini.

 Akh, saat ini kita sudah benar-benar berpisah. Menjalankan berbagai peran baru sebagai seorang istri, melakukan perjalanan cinta yang sesungguhnya. Kau telah bertemu dengan lelaki yang selalu membawakan hujan untukmu, dan aku telah menemukan lelaki laut yang selalu melukiskan pelangi untukku. Maka nikmat tuhan yang mana lagi yang kita dustakan?
Saat ini kita menanti peran baru, peran untuk menjadi seorang ibu, yakinlah suatu saat Allah akan mempercayakan bayi-bayi kecil yang akan kita besarkan sepenuh hati untuk menjadi generasi soleh pewaris para nabi. Insya Allah.
Sebagai penutup surat ini, aku ingin bertanya, kenapa saat itu kau mengajakku untuk masuk ke FLP?
Aku menunggu balasanmu. Mari kita rayakan pertemanan ini dengan mengabadikannya melalui tulisan.



Dari Saudarimu
Asra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya