Langsung ke konten utama

Keajaiban Itu Bermula dari Rumah (Part 2)


"Kita Berbeda dalam Semua, Kecuali dalam Cinta"

Kalimat itu adalah kalimat yang sangat membekas dalam penggalam puisi di film Gie yang romantis revolusioner😁

Dulu, saya hanya menikmatinya kalimat itu tanpa mengerti. Bagaimana mungkin kita saling mencintai jika kita berbeda dalam segala?

Tapi, mana juga saya punya waktu memikirkannya saat mahasiswa, toh dulu saya seorang aktivis ideologis (ngaku-ngakunya 😅). Sampai akhirnya saya menikah dan bertemu dengannya... Ehm,

Serius, akhirnya saya mengerti kalimat itu. Saya mungkin salah satu aktivis dakwah yang cukup berani. Memutuskan menikah dengan laki-laki yang bukan aktivis dakwah. Yah, kriteria saya memang tidak muluk-muluk, dia solat dan mencintai Ibuya.

Kami, awalnya dijodohkan, atau mungkin lebih tepatnya dikenalkan namun karena sama-sama jomblo, dan sepertinya memang sudah jodoh, tanpa babibu dan drama yang berlebihan, setelah berkenalan, saling tertarik, bertunangan dan akhirnya menikah.

Dan karena kurangnya drama sebelum pernikahan. Duar. Ledakan-ledakan terjadi. Terkadang ledakan cinta, terkadang heran, terkadang marah. Terlebih saat menyadari kami sangat bertolak belakang. Hampir disegala sisi, mulai dari sifat, karakter, hoby, cara pandang. Oh No

Yah, we are totaly different. Saya ektrovert, dia introvert. Saya sanguin koleris, dia pragmatis melankolis. Saya suka buku, dia suka komputer. Saya suka menulis, dia sukanya menonton. Saya punya banyak teman, temannya bisa saya hitung jari. Saya suka hangout, dia anak rumahan. Saya suka jajan, dia suka makanan rumahan. Saya romantis, dia sudahlah. Terlalu banyak list yang membuat kami berbeda.

Benar sudah kata Gie, kita berbeda dalam segala kecuali dalam Cinta. Akhirnya saya mengerti, mengapa di luar sana banyak artis-artis yang menikah hanya sebentar lalu memutuskan berpisah, walaupun mereka kelihatan bahagia. Saya pula mulai paham, mengapa pernikahan disebut ibadah paling lama. 

Pada akhirnya, sebagai pasangan, selain saling mencintai kita harus belajar untuk saling mengerti, memahami, dan saling mengalah.

Di pernikahan kami yang menjelang 6 tahun dengan segala perbedaan, pertentangan dan pertengkaran kami belajar untuk saling menghargai. Untuk mengenal pasangan lebih jauh, bukan memperuncing perbedaan. Namun menganggap perbedaan sebagai sesuatu untuk saling melengkapi. 

Untuk mengokohkan cinta, kita harus mampu membaca tanda cinta bukan hanya dari sekadar apa yang didengar, bukan hanya dari apa yang tampak, namun kita harus bisa menyelami perasaan pasangan.

Jangan bilang perempuan sulit dimengerti, bagi perempuan, laki-laki juga sulit dimengerti. Cintanya kadang-kadang tidak terucap, namun tindakannya membuktikan cinta jauh lebih yang diduga. Sayangnya terkadang perempuan menjadi mahluk tidak peka, begitupun sebaliknya.

Saya hoby membaca, beriskusi, suamiku hoby berkebun dan memelihara binatang. Akhirnya kami berkompromi, kami melihat kekurangan kami adalah kelebihan. 

Kekurangan suami yang tidak pandai menggombal saya artikan dengan positif. Menggombal istrinya sendiri tidak bisa apalagi menggombal wanita lain. 

Nah, itu salah satu contoh berpikir bahagia dan tidak baper. Berpositif thinking terhadap pasangan.

Dengan saling percaya dan menghargai maka cinta akan menjadi kokoh, sebesar apapun perbedaan. 

Kebersamaan dan cinta dalam pernikahan akhirnya akan melahirkan sakinah, membawa berkah dalam kehidupan karena ketenangan akan mengalir memanggil pahala dan rezeki Insya Allah.



Buol, 23 Feb 2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya