Langsung ke konten utama

Bincang-bincang “Hometown Cha-cha-cha” (Si Kim Seon Ho yang Tampan namun Selalu Punya Hubungan Istimewa dengan Nenek-nenek)

 

Alhamdulillah setelah mencuri-curi waktu di sela-sela semua kesibukanku sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karier yang luar biasa padat. Yeah, akhirnya saya bisa menyelesaikan salah satu drama favoritku, Hometown Cha-Cha-Cha. Sebelum mengobrol lebih jauh tentang Drakor ini, sepertinya ini tulisan pertamaku yang ngebahas Drakor yah. Bukan apa-apa sih saya bukan drakor lover sejati, saya suka nonton Drakor, tapi bukan prioritas yah. Secara saya bukan lagi anak abg yang punya banyak waktu untuk berleha-leha. Jadi saya sangat selektif untuk apapun yang harus saya lakukan terlebuh dalam menonton film atapun Drakor. 


Harus saya akui drakor dengan judul Hometown Cha-Cha-Cha ini melebihi espektasi saya. Pada awalnya saya hanya ingin menonton untuk hiburan, kebetulan saya suka pemeran cowoknya Kim Seon Ho yang sebelumnya saya tonton dalam Drakor Star-up. Dan ternyata, wow setelah menyelesaikan filmnya saya bahagia Gaes. Soalnya Drakornya happy ending dengan kesan yang mendalam. Yah, sekedar info lagi, saya ngak terlalu suka dengan alur cerita sad ending. Karena saya adalah emak-emak yang gampang stress dan harus selalu bahagia, maka saya harus juga memilih tontonan yang mengeluarkan hormon Dopamin saya dong. 


Oia saya juga merasa setiap menonton film yang saya suka dan sesuai dengan nilai yang saya anut saya merasa kalau saya kayak dikasih Guide sama Allah untuk nonton biar semakin yakin sama pandangan hidup yang saya ambil dan impian yang saya cita-citakan. Selain start up itu drama recomended adalah drama Jepang yaitu RIch Man Poor Woman, ceritanya tentang mengejar impian gitu deh. Mirip-mirip sama gendre-nya Star up.


Oke kita lanjut cerita tentang Hometown Cha-Cha-Cha. Nah, saya mau memulai cerita tentang si aktor utamanya nih, si Kim Seon Ho. Kalau boleh menebak-nebak selain wajahnya yang Masya Allah membuat melted, setelah melihat peran yang diberikan padanya baik sebagai Han Ji-pyong di film Star-Up maupun sebagai Kepala Hong di Hometown Cha-Cha-Cha dia selalu punya hubungan istimewa dengan nenek-nenek (hihihi, seriusan), kayakya nih, sutradara memang menyiapkan dia sehingga actingnya dengan nenek-nenek itu begitu menghanyutkan. Bahkan menurutku yah, hubungannya dengan si nenek di kedua film tersebut bahkan lebih kuat dari si pemeran wanita itu sendiri. Nah, unik banget kan filmnya.


Melihat Nenek Kim Gam-ri, saya teringat Almarhumah mendiang Nenek saya Andi Monno Petta Manya namanya.  Yang penuh cinta kasih. Nenek Kim Gam-ri tinggal di desa Gongjin dan selalu menantikan kunjungan dari anak dan cucunya, dia tidak pernah menuntut apapun kepada anak dan cucunya, bahkan hingga penghujung hayatnya dia tetap bekerja dan memberikan kehangatan cintanya kepada semua penduduk desa.


Alhamdulillah saya bersyukur, sewaktu Nenek masih hidup saya selalu mengunjungi beliau dengan suka cita, saya biasanya menyisir rambutnya, bercanda, memeluknya dan banyak lagi, Oh Yah saya juga pernah menemani beliau ke pasar untuk berdagang di usia sepuhnya. Petta Manya Nenekku, selalu menyisihkan uangnya untuk kami, ditaruhnya di kantong yang terdapat di pakaian dalamnya, wah menonton Hometown Cha-Cha-Cha sungguh mengingatkan kembali dengan sosok Nenek dan mengirimkannya doa-doa atas segala cinta dan kenangannya ketika beliau masih hidup.


Bukan hanya itu, cerita Hometown Cha-Cha-Cha membuat saya semakin senang menghabiskan waktu, bermanfaat dan mengabdi di sebuah kota kecil di Buol walaupun harus memulai karier dari Nol, sama seperti Yoon Hye-Jin yang akhirnya memutuskan membuka klinik Gigi di Gongjin setelah mengundurkan diri dari klinik tempatnya bekerja karena klinik tersebut tidak sesuai dengan prinsipnya sebagai Dokter. Yah, kadang-kadang kita harus berani mengambil pilihan untuk berhenti di tempat yang tidak menghargai kita dan pergi ke tempat lain untuk memulai segala sesuatunya dari nol. Mungkin tidak mudah, namun kita pada akhirnya keputusan berani itu akan membuat kita bahagia, dan akhirnya melepaskan tekanan yang membelenggu kita dalam menjalankan prinsip dan nilai yang kita pegang teguh. 


Dan benar adanya di Gongjin Hye-jin menemukan banyak hal menarik, pemandangan pinggir laut yang menentramkan hati, penduduk Desa yang begitu tulus dan murni, mereka saling membantu dan bekerjasama. Hal yang tentunya tidak pernah Hye-jin dapatkan saat di Seoul. Dia juga bisa lebih bermanfaat karena membantu penduduk Desa, merawat gigi mereka agar dapat mengunyah makanan enak dan bergizi dengan baik. Termasuk memasang implan di gigi Nenek Gam-ri sehingga sebelum meninggal dia masih dapat mengunyah cumi-cumi, makanan kesukaannya.


Dan di Gongjin juga Hye-Jin mendapatkan jodohnya, diumurnya yang tidak muda lagi diusianya yang 35 tahun, Hye-jin datang ke Gongjin hanya dengan mengikuti suara hatinya. Siapa sangka mendengarkan suara hati bisa membuatmu menemukan jodoh. Walaupun awalnya Hye-jin menolak perasaannya karena jatuh cinta pada seorang “Pengangguran”. Dengan segala status sosial dan pertemanannya di Seoul akhirnya dia sadar Kepala Hong bukanlah pengangguran. 


Yah, bagi sebagian orang mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap disebut penganguran. Padahal, lihatlah kepala Hong yang piawai mengerjakan segala pekerjaan dan mempunyai lisensi dari pekerjaan tersebut mulai dari membuat sabun aroma terapi, seorang barista, kepala desa, pengantar paket, pelayan toko, makelar perumahan dan banyak hal lain. Namun karena pekerjaanya hanya freelance dan tidak menetap dia tetap dianggap pengangguran di mata masyarakat. Hal ini juga merupakan gambaran umum masyarakat kita, Hometown Cha-Cha-Cha berhasil memberikan kritik dengan kehadiran Karakter Kepala Hong yang tampan, pintar dan selalu ada untuk membantu masyarakat Gongjin tanpa pamrih. 


Buat saya, karakter Kepala Hong sangat keren. Dia menikmati hidupnya dengan prinsip hidup bukan mengandalkan materi semata. Dia mengerjakan semua pekerjaan namun pada saat ingin berlibur, dia akan memutuskan untuk berlibur tanpa tekanan dari pihak manapun. Kepala hong hidup dengan bebas dan merdeka namun sangat peduli dengan lingkungan sekitarnya. Keren banget kan.


Kepala Hong adalah anak muda yang sukses dalam artian yang sesungguhnya, walaupun tanpa mobil, rumah dan aset mewah. Dia selalu mampu bermanfaat dan membawa kebahagiaan bagi siapapun. Bukankah dalam Islam manusia yang paling baik adalah mereka yang memberikan manfaat bagi orang banyak. Well, sebuah prinsip hidup yang mengkritisi kehidupan kapitalisme yang selalu memandang semua dengan materi.


Hebatnya Hometown Cha-Cha-Cha berhasil menyatukan Hye-jin dan Kepala Hong, akhirnya Hye-jin sadar bahwa cinta bukanlah soal status sosial, kekayaan namun kepala Hong memang sangat patut dicintai karena kepribadiannya yang keren. See cinta sejati dari Hye-jin dan penduduk desa Gongjin yang didapat Kepala Hong bukan dengan sogokan, ataupun standar kemewahan tapi didapat dengan ketulusan dan dengan bermanfaat bagi orang banyak.


Terakhir, Drakor ini sukses membawa pesan bahwa tidak semua impian harus diwujudkan di kota besar dengan standar hidup yang keras dan tinggi juga impian yang ambisius. Kita juga bisa hidup tenang di kota ataupun kembali mengabdi di desa. Kembali ke Masyarakat yang lebih membutuhkan ilmu kita, mungkin kita tidak mendapat materi yang berlimpah namun sebagai gantinya kita akan mendapatkan kasih sayang yang tulus dan tanpa pamrih. 


Wow, keren banget kan Dramanya. Yang belum nonton, cus ditonton, Drama ini recomended banget.


Eh, sebenarnya masih ada yang saya mau tuliskan, tapi keburu IInara bangun. So menurut kalian apa catatan penting yang belum sempat saya tuliskan?


Written By Andi Asrawaty


 




Sumber gambar: 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya