Puisi Sebelum Kematian
Adalah rahasia, siapa yang akan pergi terlebih dahulu, Aku.. Ataukah Kau...
Yang kutahu, kita sedang mempersiapkan hidup setelah kematian.
Tentang orang-orang yang akan kelak mengenang dan mendoakan kita.
Perihal dimana jasad kita akan disemayamkan.
Juga tentang upacara dan bagaimana kita akan saling melepaskan.
Katamu, Kau ingin berteduh di bawah pohon rindang, bebaring selamanya di rumah kita.
Melihat anak cucumu bermain, berlarian dan mendengarkan cerita, keluh, kesah dan bahagia.
Kau ingin menyaksikan segalanya lebih dekat.
Seolah kau tahu, kini, waktu memang selalu berlalu begitu cepat. Anak-anak tumbuh dewasa dengan kesibukan yang tidak berjarak.
Aku mempersiapkan diri menghadapi kepergianmu yang pasti. Namun kuharap kepastian itu dapat kuulur selama mungkin. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu lebih lama.
Sebenarnya, sebanyak aku mempersiapkan diri. Sebanyak itu pula aku tahu, aku tidak akan bisa siap.
Namun, jikakah besok aku yang terlebih dahulu pergi, maka makamkan aku di kampung halamanku.
Di tempat yang sama di mana aku mendengar cerita perjuanganmu yang bagaikan dongeng bagiku. Yang aku tumbuh dan kuat karenanya.
Aku juga ingin beristirahat di rumah kita, menunggu malaikat yang datang menjemputku kelak.
Yah, kita tidak akan pernah tahu, siapa yang akan pergi lebih dahulu.
Yang jelas, selain air mata. Marilah kita berusaha menghadirkan senyum saat itu. Senyum bahagia bahwa kita ditakdirkan pernah bersatu.
Kita saling menguatkan, kita berjuang, menangis, tertawa, bersujud dan berdoa bersama.
Bahwa masa-masa kita bersama di dunia adalah takdir yang sangat indah.
Terimakasih karena terus saling mengingatkan, agar bersabar sekejap di dunia, mempersiapkan segala hal agar kelak kita akan bertemu kembali.
Di telaga dan tempat yang paling indah yang pernah tercipta dalam keabadian.
Suatu ketika di mana tidak akan ada lagi perpisahan, air mata, dan kesedihan.
Berbahagialah..
Buol, 15 Desember 2021
Komentar