Langsung ke konten utama

SERIBU PERTANYAAN MENCARI JEJAK SEJARAH YANG HILANG

Untuk cahaya yang kau coba padamkan
Walaupun cahayanya sekalipun kaukubur dalam perut bumi
Maka kami memiliki seribu cara untuk menemukan cahayanya
Karena sinarnya tidak pernah akan redup
Sungguh terangnya membuat matahari cemburu
Tidak seperti bulan yang hanya bersinar di waktu malam
Jadi, jangan pernah berharap cahayanya akan hilang
Karena cahaya itu muncul dari hati kami, Abadi



Pernah tidak berpikir tentang ada sebuah sejarah yang hilang dari pembelajaran-pembelajaran sejarah yang terjadi saat ini? Kita diajarkan tentang manusia purba yang hidup beribu-ribu tahun sebelum masehi (SM). Lalu sejarah tiba-tiba melompat. Jauh. Menuju revolusi Industri dimana Eropa telah bangkit. Lalu apa yang terjadi di belahan benua lain, Asia, Afrika, Asia, Timur Tengah? Apa yang terjadi di sana? Apa yang terjadi di rentan tahun 1000 tahun sebelum masehi hingga abad ke 20 ini? Apa yang terjadi sebelumnya? Pernah tidak berpikir kenapa teori evolusi yang menyebutkan bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera tetap diajarkan? Sudah jelas evolusi itu terbantah adanya, yah mari bayangkan sebuah ilustrasi sederhana. Jika ternyata memang manusia berasal dari kera yang berevolusi, kenapa sampai saat ini masih ada kera? Mengapa mereka tidak menjadi manusia seperti yang diajarkan pada teori Darwin?

Mungkin sebuah pertanyaan sederhana. Namun sungguh, jika kita ingin bertanya. 1000 pertanyaan tidak akan cukup. Serta ribuan jawaban akan terus bergulir.
Thomas Alfa Edison(lahir 11 Februari 1847 –18 Oktober 1931, james watt (1736-1819) Alexander Graham bell (March 3, 1847 – August 2, 1922) dan Wright Bersaudara yang terdiri dari dua orang adik beradik, Orville Wright (19 Agustus 1871 - 30 Januari 1948) dan Wilbur Wright (16 April 1867 - 30 Mei 1912). Mari kita pelajari sejarah tersebut. Jika ditelisik semua tokoh-tokoh tersebut merupakan ilmuan barat, dan mereka hidup pada abad 18 dan 19. Adakah tokoh penemu lain yang berasal dari benua lain? Rata-rata ilmuan tersebut hidup pada abad 18 dan 19, lalu apakah ada tokoh lain sebelum abad ke 19? Jika ada kenapa tidak dipelajari dalam sejarah.

Yah, berbicara mengenai pelajaran sejarah, saya mengingat-ingat sejarah yang diajarkan adalah sejarah evolusi, yang berbicara tentang ribuan tahun sebelum evolusi. Lalu sejarah langsung lompat ke revolusi industri di inggris pada abad ke 17-18 tepatnya (1760-1860). Sadarkah kita bahwa sejarah haya kita pelajari hanya berputar-putar pada abad 17, 18 dan 19. Pun perang dunia pertama terjadi 1914 hingga 19181 dan perang dunia ke dua pada tahun September 1939 sampai 2 September 1945. Semua berlangsung pada abad ke 19.

Lalu apa yang terjadi pada abad 500 M-1924 Masehi, selama kurun waktu kurang lebih 14 abad? Pun jika ada sejarah yang mengangkatnya akan diceritakan berpisah-pisah hingga kita tidak memiliki benang merah untuk menyambung sejarah tersebut. Ada sebuah fakta sejarah yang didistorsi pada abad ke 5-19, ada sebuah peradaban agung yang begitu besar, menguasai hampir dua pertiga belahan bumi. Inilah sedikit gambaran tentang masa itu yang saya kutib dari situs :
http://alkadir.wordpress.com/category/dunia-islam/

Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.

Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.

Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia.
Betapa majunya kejayaan Islam saat itu meninggalkan Eropa, Ilmuan Islam menciptakan jam untuk mengetahui waktu shalat, Ilmuan islam menciptakan kompas untuk mengetahui arah kiblat. Subhanallah. Singkatnya peradaban tersebut merupakan sebuah peradaban yang menguasai dunia, seluruh Negara yang bernaung dibawahnya dipersatukan dengan aturan aturan Islam (Al-Quran dan As-sunnah). Menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang begitu sempurna, mempersatukan bangsa-bangsa dari berbagai suku, agama dan samudra, dibawah suatu pemerintahan Islam bernama Negara Khilafah. Sistem hukumnya baik ekonomi, politik, budaya didasarkan pada aturan Allah, bukan aturan manusia yang lemah.

Subhanallah, jika dibandingkan dengan kekuasaan Negara-negara adidaya seperti amerika yang belum mencapai satu abad. Negara ini begitu besar hingga bertahan hingga 13 abad dan pada waktu itu hanya terjadi kurang dari 300 kasus kriminal karena sumber hokum dari Allah bersifah mencegah dan membuat jera. Peradaban ini menciptakan ilmuan-ilmuan berskala internasional.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.
Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia.

Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.

Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.

Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.

Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.
Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).

Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.

Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.

Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas.

Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Itulah segelintir kisah kejayaan Islam, sebuah kecemerlangan sejarah yang dicoba ditutup-tutupi kepada para pewaris islam. Ummat islam diperdaya oleh westernisasi, sebuah penjajahan pemikiran. Ummat islam dijauhkan dari agamanya dicekoki oleh pemahaman dan budaya barat mulai dari food (makanan), fun (kesenangan), fasion (busana). Ummat islam dijauhkan dari sumber hukumnya Al-Auran. Lalu mengakarlah pemahaman sekularisme merupakan pemisahan agama dan kehidupan membuat ummat Islam semakin tertidur, terlelap bahkan menjadi korban.

Sekularisme yang tumbuh subur oleh kapitalisme yang diusung oleh Amerika dan sekutunya telah membawa seluruh Ummat manusia dalam sebuah keterpurukan yang terstruktur. Sebuah kesenjangan raksasa antara si kaya dan si miskin. Lihatlah Negara-negara kaya seperti Indonesia tidak dapat merasakan kemakmuran. Perselingkuhan pilitik pengusaha dan penguasa terus terjadi. Korupsi meraja lela. Privatisasi. Kemiskinan, mahalnya pendidikan. Semua telah membuat kita berada pada kondisi yang begitu memprihatinkan. Sementara dunia telah memposisikan kita hanya berfikir mengurus karier pribadi (individualism : bagaimana aku dan keluargaku) tanpa memikirkan lingkungan yang sudah begitu amburadul. Kasus demi kasus di media yang tak kunjung memiliki penyelesaian masalah.

Di sisi lain distorsi sejarah terus terjadi, kejayaan islam dikubur dari pewarisnya. Lalu bagaimana peran kita sebagai Mahasiswa agent of change? Hanyakah sebatas title. Apakah kehidupan kita akan berputar pada kuliah, kerja menikah, lalu mati. Tanpa membawa sedikitpun perubahan? Marilah kita mencoba mengkaji kembali sejarah Islam agar khilafah (peradaban Islam) atau bagaimanapun orang menyebutnya Islam kembali Berjaya dan dapat membuktikan sebagai Rahmatan Lil Alamin.

Lalu bagaimana kontribusi kita? Kita tidak perlu berhadapan dengan perang seperti pada masa Rasulullah, sekarang kita dihadapkan pada pergolakan pemikiran. Menghadiri diskusi-diskusi yang membahas Islam, tarbyiah-tarbiyah, halaqoh, dan sebagainya. Pada tanggal 26 JUNI 2011 di Celebes Convention Center Makassar, akan digelar KONFRENSI RAJAB, merupakan ajang memikirkan nasib dunia yang semakin terpuruk, mengenang kejayaan islam untuk memantik semangat untuk kembali meraihnya. Mengumpulkan para pemikir cemerlang, kaum intelektual, pengusaha, militer dan segenap lapisan masyarakat. Mengusung sebuah kebangkitan Hidup sejahtra di Bawah Lindungan Khilafah.

Bagaimana Konstribusimu kawan?
Kuharap Kau tak Hanya Diam?
Pun ketika kita dibungkam.
Masih ada harapan

Makassar, 20 Juni 2011
Saat konsep-konsep berseliweran, beterbangan, dalam pikiran menghentak, menghantam, mendobrak agar segera dialirkan dilahirkan lewat tulisan. Karena kata adalah perlawanan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya