(31 Mei 2011, sebuah dialog hati ketika kejenuhan melanda)
Aku jenuh,
Jenuh kenapa?
Jenuh pada rutinitas yang begitu saja
Jenuh ke kampus
Jenuh kerja tugas
Jenuh pada kerjaan
Jenuh pada makanan selalu sama
Jenuh agenda dakwah
Jenuh pada kerudung dan jilbabku yang itu-itu saja
Masihkah kau jenuh diantara tumpukan buku kuliah
Sementara orang-orang disekitarmu bahkan tidak mengerti apa itu buku
Yang bahkan tidak pernah peduli apa itu buku
Mungkin tidak tahu
Bahkan mungkin lebih memilih sampah dari pada buku
Mungkinkah keluhan masih kau lontarkan
Saat orang lain bahkan tidak bisa membeli hijab yang layak
Saat orang lain bahkan belum sadar apa arti berhijab
Saat orang lain bahkan dengan bangga memamerkan aurat
Saat orang lain mungkin tidak mendapatkan izin hijab
Jenuhkah? Saat kau mampu memilih sesuka hati menu makanan
Sementara jutaan orang hanya mampu menelan liur dari balik etalase
Saat ribuan ibu menangis karena tidak mampu menidurkan anaknya yang kelaparan
Jenuhkah, disaat manusia bahkan berubah menjadi mayat karena kekurangan makanan
Atas dasar apa kau jenuh
Masih sanggup mengukuhkan dakwah saat semua orang berpaling
Jenuhkah kau mencintai Allah disaat yang lain bersaing menyembah selain-Nya
Jenuhkah kau menyadari bahwa Rasulullah yang terbaik disaat orang lain tersesat
Masihkah kau merasa jenuh saat kau mampu membedakan yang hak dan yang batil
Lalu kata apa selain syukur yang mampu menggambarkannya ketika nikmat itu berada dalam dekapanmu
Jika tidak, sebuah sanggkar akan mencengkram hatimu yang beku
Kau telah terkurung dalam sebuah kaca dingin
Mana pernah kau menatap mereka
Ah, kau telah terbuai
Idealismemu diterbangkan angin
Kau telah duduk pada kursi empuk dan ruang kedap suara
Jutaan jeritan tak mampu kau dengar, bukan
Tirai-tirai indah telah membutakan matamu
Yang paling memiriskan, hatimu bahkan telah mati
Naudzubillahi min dzalik
Aku jenuh,
Jenuh kenapa?
Jenuh pada rutinitas yang begitu saja
Jenuh ke kampus
Jenuh kerja tugas
Jenuh pada kerjaan
Jenuh pada makanan selalu sama
Jenuh agenda dakwah
Jenuh pada kerudung dan jilbabku yang itu-itu saja
Masihkah kau jenuh diantara tumpukan buku kuliah
Sementara orang-orang disekitarmu bahkan tidak mengerti apa itu buku
Yang bahkan tidak pernah peduli apa itu buku
Mungkin tidak tahu
Bahkan mungkin lebih memilih sampah dari pada buku
Mungkinkah keluhan masih kau lontarkan
Saat orang lain bahkan tidak bisa membeli hijab yang layak
Saat orang lain bahkan belum sadar apa arti berhijab
Saat orang lain bahkan dengan bangga memamerkan aurat
Saat orang lain mungkin tidak mendapatkan izin hijab
Jenuhkah? Saat kau mampu memilih sesuka hati menu makanan
Sementara jutaan orang hanya mampu menelan liur dari balik etalase
Saat ribuan ibu menangis karena tidak mampu menidurkan anaknya yang kelaparan
Jenuhkah, disaat manusia bahkan berubah menjadi mayat karena kekurangan makanan
Atas dasar apa kau jenuh
Masih sanggup mengukuhkan dakwah saat semua orang berpaling
Jenuhkah kau mencintai Allah disaat yang lain bersaing menyembah selain-Nya
Jenuhkah kau menyadari bahwa Rasulullah yang terbaik disaat orang lain tersesat
Masihkah kau merasa jenuh saat kau mampu membedakan yang hak dan yang batil
Lalu kata apa selain syukur yang mampu menggambarkannya ketika nikmat itu berada dalam dekapanmu
Jika tidak, sebuah sanggkar akan mencengkram hatimu yang beku
Kau telah terkurung dalam sebuah kaca dingin
Mana pernah kau menatap mereka
Ah, kau telah terbuai
Idealismemu diterbangkan angin
Kau telah duduk pada kursi empuk dan ruang kedap suara
Jutaan jeritan tak mampu kau dengar, bukan
Tirai-tirai indah telah membutakan matamu
Yang paling memiriskan, hatimu bahkan telah mati
Naudzubillahi min dzalik
Komentar