Langsung ke konten utama

Apa yang bisa kuhadiahkan selain kata-kata, Dik?



Aku seorang penulis (walaupun penulis blog) maka biarlah kurangkaikan kata-kata khusus di hari ini. Mungkin kau pikir aku melupakan hari ini. Hari di mana kau lahir ke dunia. Bagaimana bisa? Sedangkan saat itu aku menanti-nanti kehadiranmu di dunia. Oh, bukan aku saja, tapi kami tepatnya, Ummi, Etta, juga Dg Asrul, saat itu tentu saja Fila belum lahir.

Kau pikir aku sudah melupakan hari ini, hari yang bertepatan dengan hari bumi, 22 April. Maka syukurlah, hari ini aku punya sedikit waktu untuk merangkai kata sebagai kado untukmu. Tahukah, saat itu hari minggu, seperti biasa, aku menemani Ummi jalan-jalan, perut Ummi sudah besar, saking besarnya, Ummi tidak bisa melihat kakinya sendiri. Saat itu usia Ummi tidak muda lagi seperti saat mengandung Dg Asrul yang hanya berbeda 4 tahun dariku, saat usia Ummi masih 20 tahunan, kria-kira ummi mengandung dg Asrul usia 25 dan mengandungku saat usia 29. Saat mengandungmu diperutnya, Ummi sudah berusia 40 tahun. Usia yang cukup rentan untuk mengandung, yah, jarak kita sangat berbeda 12 tahun. 

Lama kami menantikanmu, 12 tahun bukan jarak yang waktu yang singkat. Dan aku sudah terjanjur menjadi anak bungsu Ummi, tapi semangat Ummi memiliki anak lagi, doa kami terjawab. Ummi akhirnya mengandungmu. Tunggu, biar aku lanjutkan ceritanya, subuh itu kami ke rumah tukang urut dan Sang Dukun mengatakan bahwa mungkin kelahiranmu masih sekitar 3 hari lagi. Dugaan dukun itu ternyata meleset, saat pulang ternyata Ummi sudah mengeluarkan bercak darah. Aku yang masih bocah panik. Ummi yang malah menenangkanku. Tenang nak, Ummi tidak apa-apa. Kata Ummi di tengah nafasnya yang sudah patah-patah menahan sakit karena kau sepertinya sudah mencari jalan keluar menuju dunia ini.

Oh, harus juga kuceritakan, bagaimana Ummi saat mengandungmu, Ummi selalu rajin. Bergegas bangun lebih dari subuh biasanya, mengalahkan ayam hutan Etta. Ummi lebih dahulu membuka semua pintu dan jendela, sembari berdoa kelahirannya akan lancar, dan ketika kau lahir kau akan tumbuh menjadi anak yang rajin.
Juga tak lupa, bagaimana Etta membelikan Ummi, makanan-makanan yang Ummi inginkan karena mengidam kamu. Aku juga ingat, pernah pergi ke tetangga kita (tante Muse) untuk meminta papaya mengkal. Kami semua repot. Deng Asrul juga, pada akhirnya lebih rajin membantu ummi mengerjakan pekerjaan rumah. Dan aku, selalu mendekatkan telinga di perut Ummi yang besar, lalu mendengar suara-suara, yah suaramu. Lalu memegang-megang perut Ummi, dan akan sumringah ketika mungkin mendapat sikumu, kepalamu, atau mungkin kakimu yang menonjol keluar dan bahkan menendang-nendang. 

Lalu apa kau masih berpikir aku melupakan hari ini? Hari di mana aku sangat deg-degan karena melihat perjuangan Ummi melahirkanmu. Juga kekhawatiran-kekhawatiran yang berlipat di benakku, walaupun saat itu aku masih kanak-kanak. Dik, kakak-kakakmu, tumbuh dewasa sebelum waktunya, kami selalu merasakan keresahan Ummi, kesakitan Ummi. Semuanya. Dan kecemasanku hari itu benar-benar menjadi karena Dg. Asrul dan Etta sedang ke kebun yang jaraknya 2 jam dari kota. Sekitar 2 jam akhirnya air ketubanmu meletus. Aku menghubungi Om Akbar (polisi yang dulu tinggal di rumah kita) kamu masih ingat dg Om Akbar bukan? Dengan mobil, Ummi di antar ke rumah sakit. Saat itu, Ummi masih bisa berjalan ke mobil sendiri. Ummi hebat, demi kamu. Demi memperjuangkanmu lahir ke dunia.

Saat di rumah sakit aku benar-benar gelisah. Mataku hanya tertuju pada pintu di mana Ummi berjuang melahirkanmu, aku memaksa masuk. Tapi tentu saja tidak boleh. Dan, Etta dan Dg. Asrul belum juga datang dari kebun, mereka bahkan tidak tahu kalau waktunya telah tiba. Kenapa? Karena saat itu Etta belum memiliki HP, dan lagi pula sampai sekarang malah di Talaga, di kebun kita masih belum ada signal. Maka mendengar suara erangan Ummi hatiku terakut-akut, ketakutan Ummi mungkin meninggal menghantuiku. Usia Ummi sudah rentan. Ummi tidak muda lagi untuk melahirkan. Menunggu dengan tegang di koridor rumah sakit. Karena tidak tahan, aku mengintip, sungguh aku melihat wajah Ummi yang begitu kesakitan. Di situ aku berjanji, aku tidak akan membantah perkataan Ummi, tidak akan mengecewakan Ummi lagi. Aku akan menjadi anak yang baik, dan akan selalu menjaga dan membahagiakan Ummi. Betapa besar perjuangan Ummi melahirkan kita. Berapa tenaga, keringat, darah, juga urat-urat ummi yang terlepas saat mengejan melahirkanmu. Akh, sungguh aku tak mampu menulis dan menggambarkan dengan kata-kata.

Juga tentang apa yang Ummi lalui saat mengandungmu, tentang ketegaran hatinya, tentang perjuangannya. Dan semuanya. Lalu Etta datang bersama Dg. Asrul, kau di adzani. Dan aku melihat kamu untuk yang pertama kalinya. Seorang adik lbayi aki-laki yang cantik (aku tahu tulisan di bagian ini membatmu marah, masak anak cakep, kedengarannya janggal) Matamu bersinar, kulitmu putih, badanmu sehat. Suaramu lenting. Saat malam, Dg Asrul yang menjaga di rumah sakit, memberimu tetes-tetes madu saat air susu Ummi belum bisa keluar. Kami semua bersuka cita. Ummi juga selamat. Ummi kuat walaupun masih sangat terlihat lemah. Tapi kulihat senyumnya begitu mengembang saat menimangmu, seakan-akan sakitnya tak lagi terasa.
Aku ingat, aku dan Dg Asrul, rajin menggantikan popokmu, membantu Ummi mencuci pipis dan berakmu. Ummi, memandikanmu, mengurus semua keperluanmu. Semuanya. Membesarkan anak nakal hiperaktif sepertimu. Berapa banyak Ummi harus menahan kesabarannya. Lalu bagaimana aku tidak kesal adikku saat aku menegurmu ketika kau mungkin tidak sengaja membentak Ummi. Lalu kau berkata apa Urusanmu? Hm, adikku sayang.

Pasti kau sudah tahu, betapa hari ini tak akan aku lupa. Lalu sekarang kamu sudah besar, usiamu sudah 14 tahun, kamu sudah balig. Sudah bisa sebenarnya mengimani kami untuk shalat ketika Etta keluar. Mengimani aku, Ummi dan Pila, secara Dg. Asrul sudah tinggal jauh dari kita dengan keluarga kecilnya. Aku senang karena kamu memilih masuk ke sekolah agama. Sekarang kamu sudah lebih tinggi dari aku. Tumbuh menjadi cowok kalem kalo di luar. Tapi kalo di rumah, Ya Allah. Sudahlah. Kamu juga masuk Rohis. Itu pilihan yang sangat tepat, tanpa aku paksa-paksa. Walaupun kadang kadang terlambat salat karena main game. Hallo, anak rohis kok gitu? Okelah kau kan tidak mesti melapor setiap kali harus salat (katamu membela diri)
 Kamu juga cerdas, walaupun sedikit congkak. Banyak hal-hal yang kadang-kadang tidak aku tahu. Heran anak kecil kayak kamu juga tahu banyak hal. 

Yah, kamu sudah besar dik, dulu aku ingat saat menyuapimu dengan bubur, eh sekarang sudah bisa mengantar aku dan Ummi ke mana-mana, sayangnya masih gengsi mengantar Pila, hm,,, dia kan adik bungsu kita (nanti aku juga akan membuatkan cerita untuknya). 

Walaupun kamu agak nakal, juga manja dan malas. Tapi, aku yakin dik, suatu saat kamu akan berubah. Seiring dengan semakin dewasanya kamu. Mungkin kami, terutama aku dan Ummi yang agak keras terhadapmu. Tapi kami ingin kamu tumbuh menjadi anak yang kuat, tegar dan juga bertanggungjawab.

Oh yah, dulu aku tidak tahu, kenapa Ummi selalu mengomel dan memintaku untuk tidak menunda-nunda pekerjaan, juga menyuruhku untuk mengerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati, tidak setengah-setengah juga beribu petuah-petuah lain yang tak terhitung jumlahnya. Saat ini, saat aku baru mengerti bahwa kata-kata Ummi adalah mutiara yang begitu berharga dalam kehidupan. Oh yah, hal yang paling aku syukuri dari Ummi adalah, Ummi tidak pernah lelah menasehati untuk salat tepat waktu dan jangan pernah bolong-bolong. Ummi selalu menasehati kita untuk dekat dan hanya mengandalkan semuanya pada Allah, sunguh Ummi wanita soleha. Dan saat ini, adikku sesungguhnya apa yang lebih indah dari pada cahaya Allah, maka berdoalah agar Allah selalu menuntunmu ke jalan cahaya. Semoa kita nantinya, tetap akan selalu berkumpul hingga di syurga. Syukurilah Umur adikku, manfaatkan dengan baik. 

Maaf kadoku hanya jalinan kata-kata. Met milad Aan,  sehat selalu dan panjang umur, semoga menjadi salah satu cowok langka di dunia ini, di jaman jahiliyah modern. Semoga Aan, menjadi cowok Shaleh yang nantinya menjadi pejuang agama Allah dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan.  Mari adikku kita menghiasi diri dengan Ilmu dan Iman agar mampu mempersembahkan syurga di Dunia dan Akhirat untuk Etta dan Ummi. Amin.. 

Maaf belum bisa memberikan kado yang kau ingini dik.... :)


 Makassar 22 April
Spesial buat Andi Aswar


Aan waktu nakal2nya,

Aan bareng pila
Aan bareng Dg Asrul
Foto aan yang saya ambil sembunyi2, haha... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kecil Untuk Diriku...

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak akan terjadi. Pikiran-pikiran negatif, perasaan-perasaan yang tidak seharusnya. Pikiran dan perasaan itu lalu menumpuk, bagaikan benang kusut yang kita tidak pernah tahu, bagaimana dan kapan akan berakhir. Pada titik itu, kita dilanda depresi. Suatu hal yang sebenarnya ilusi yang kita ciptakan sendiri. Jika berada di titik itu, tariklah nafas. Terima keadaan, terima dirimu, dan selalu yakin bahwa Allah selalu ada, dimanapun dan bagaimanapu  kondisi kita. Berikan waktu untuk diri, mulaikah pikirkan hal-hal yang baik dan indah, tentang semua hal yang kita lewati, tentang semua rintangan yang telah kita hadapi. Singkirkan satu persatu kecemasan yang tidak semestinya. Mulailah membuat impian, pikirkan langkah-langkah kecil yang akan membuat semuanya menjadi lebih indah. Jika terdapat hambatan, yakinlah itu hanya ujian untuk membuatmu semakin kuat. Membuat cerita dalam perjalanan hidupmu ak

Merayakan Aksara dalam Dekapan Keindahan Banggai

Luwuk , saya telah lama mendengar nama kota ini, adalah ibukota kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Beberapa sanak saudara saya, merantau dan akhirnya menetap di sana, pun mertua saya pernah menetap beberapa tahun di salah satu kacamatan di Banggai . Setiap mereka pulang ke kampung halaman, oleh-oleh berupa ikan asin dan cumi kering menjadi makanan yang selalu kami tunggu, hal tersebut membuktikan bahwa potensi kekayaan bahari Banggai begitu melimpah. Hal ini tak mengherankan karena sebagaian besar wilayahnya merupakan lautan yaitu sekitar 20.309,68 km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 km2, tentu saja menyimpan kekayaan bahari yang berlimpah.   Tidak hanya itu wilayah daratanya dengan luas 9.672,70 km2, dengan keanekaragaman tipografi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran randah. Tanahnya menyimpan kesuburan, berbagai buah-buahan dapat tumbuh subur ranum. Bulan kemarin saya bahkan mendapat kiriman buah naga dan salak yang sangat manis dari saudara di Luwuk .  Da

Cenning Rara

Di luar angin berhembus pelan, namun menipkan udara dingin hingga menembus sumsum tulang rusuk, masuk lebih dalam menghujam hati.  “Ibu, aku begitu rindu, sangat. Namun, apakah aku mampu untuk pulang? Ibu, bisakah aku mengatakan tidak. Haruskah aku kembali menghianatimu.  “Maaf Mak.” Uleng memendang bulan, air mata jatuh, menganak sungai. Hatinya tersandra dilema. Andi Cahaya Uleng, nama yang indah seindah artinya, cahaya bulan. Namun sayang, malam ini, untuk kesekian kalinya, hatinya dilanda prahara.  Yah, setiap kali rencana penghianatan menuntut dan berontak dibenaknya, bayangan cinta itu selalu hadir, membelai, menghangatkan, menenangkan. Bayangan cinta itu, yang tidak akan pernah pergi dari benaknya, bahkan nama yang indah itu juga pemberian cinta dari sang Ibu yang disapanya “Emmak”. Bayangan Emmak setia datang menemani, bahkan saat Emmak jauh. Aura cinta Emmak tak pernah pudar, bahkan semakin terasa. Angan-angan Uleng melambung jauh. Lagi, merasakan cinta tak bersyarat Emmak. Ya