Langsung ke konten utama

Merapal Dosa

Pernah aku ingin berhenti berbicara
Saat menyadari mulutku memuntahkan peluru
Sungguh sulit mengalahkan malaikat
Apa lagi membuat bidadari cemburu
Di antara Iman yang masih terengah-engah
Lalu aku berharap saat itu diam saja

Lafal maaf tak terhingga pada lisan
Akan kah menebus dosa agar dapat kembali pada Rabb
Air mata tak terbendung cukupkah menjadi pembasuh noda-noda yang bersemayam di hati untuk bertemu dengan Rasulullah

Lalu tentang laku yang tak seharusnya
Juga hati yang terkadang lepas kendali

Kembalilah pada-Nya
Ke mana lagi kulabuhkan maaf
Di mana lagi kuakui khilaf

Pantaskah aku di sini
Di tengah-tengah cahaya
Saat mungkin aku menjadi penyebab padamnya cahaya di hatimu
Oh.. Sungguh...

Maka aku kembali bercermin
Sunguh malu hati ini
Bahwa cinta-Mu masih kau tebar
Di seluruh penjuru jiwaku

Aku masih akan tetap menengadah pada-Mu
Akan selalu begitu,

Menahan lisan
Menahan laku
Menahan sikap
Saat akal dan ilmu bersepakat
Untuk menghakimi

Komentar

Andi Asrawaty mengatakan…
Pembaca yang baik hati, setidaknya tinggalkanlah jejak bahwa kau pernah membaca, sebuah komentar berisi saran mungkin, tanda smile, atau cukup mencontreng puisi in menarik, lucu, atau apa sajalah.. :)
Unknown mengatakan…
Kekauan akan ada dalam sikap, karena manusia penuh batas dalam gerak, hanya lafas pada kata yang mesti diukur agar terukur, namun manusia bijak akan meninggalkan jejak nilai pada tiap kalimat-kalimatanya yang baik. komitmen Iatiqomah dalam Agamaku Islam, Alam semesta adalah Ayat yang merupakan petumjuk dalam melangkahnya kita menuju keaempurnaan sejati.

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Suara

Hukuman paling telak adalah diam Jiwa terasa tercerabut Semangat melayang entah ke mana Jika kau masih diam Maka kelak kau akan menjumpainya Diam selamanya Karena dia telah mati bersama kata-kata terakhirmu

Seminggu Selepas Purnama

Seminggu selepas purnama, Maaf aku tak datang Seminggu selepas purnama Ada yang mencipta berbagai guratan yang menyeretku, terpaku Aku terjebak dalam labirin wajah rembulan dan menghilang Dan kita hanya bisa berjanji Tentang pertemuan, seminggu selepas purnama Karena takdir mampu menyapu dan mengubah segala Seperti awan yang tiba-tiba menutupi bulan Seminggu selepas purnama Kudengar ada adik kecil berjiwa bidadari pergi, Menuju rumah abadinya Kau boleh bersedih Aku bahkan tidak mampu mengucap satu kata pun Aku berdoa dalam diam Dan benar katamu Ia tidak mati, tapi ia sedang memulai hari kehidupan yang baru Di tempat yang berbeda Namun yakinlah, kita akan bertemu pada minggu-minggu berikutnya selepas purnama yang entah Pada suasana yang tidak bisa kita tebak Seminggu selepas purnama Aku dilema, tanpa kata, tanpa kabar Tanpa perpisahan Karena memang tidak ada perjumpaan Seminggu selepas purnama Seseorang di sana merindukanku, lebih dari biasa Palu, ...

Alasanku Meninggalkanmu Saat Itu...

Dulu pas awal2 nikah, sy juga suka nonton GGS  (Ganteng-ganteng Serigala) 😁, sekitaran tahun 2015, suka nonton sama suami... N ngefans sama si Prilly ini, di situ actingnya lebay, tapi suka sekali... Ternyata memang krn dia sekeren ini, dengan berbagai prestasinya... Di full podcastnya Domani Siblings juga akhirnya tau kenapa dia sesakit itu sama si lawan mainnya waktu. Oia ini link full podcastnya Domani yang ngewawancara Prilly sampai akhirnya Prilly buka-bukaan: https://youtu.be/bj4WVd2I_vM?si=qrmvB3l_7I-kcSUh Dan sempat heran aja, kenapa dia segitu ngak maunya disangkut pautkan dengan si lawan mainnya. Dan sangat ingin membuktikan bahwa dia juga bisa acting dan jadi terkenal karena bakatnya sendiri, atas kerja keras berdiri di atas kaki sendiri, tentunya dengan doa dan dukungan orang-orang terdekatnya... Ternyata oh ternyata, bukan aja tak dianggap tapi sempat di block kariernya... Sedih banget ngak sih... Yah.. Hal yang paling menyakitkan bagi perempuan adalah tidak diangg...